PT SEMEN GRESIK DI KABUPATEN REMBANG

PT SEMEN GRESIK DI KABUPATEN REMBANG

Putusan pencabutan izin di Kabupaten Pati tidak menyurutkan usaha PT SG untuk membangun pabrik semen. Pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 tentang pemberian WIUP kepada PT SG. Keputusan itu

disambut Bupati dengan keputusan berikutnya di surat Keputusan Bupati Nomor 545/04/2011 tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi kepada PT Semen Gresik pada tanggal 18 Januari 2011.

Setelah mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan berikutnya yang dikeluarkan oleh Bupati yaitu Keputusan Nomor 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi dengan luas sekitar 8.400.000 m2 kepada PT SG untuk pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung lainnya pada tanggal 18 November 2011. Izin lokasi merupakan tahap pertama untuk penilaian Amdal untuk selanjutnya mendapat keputusan kelayakan lingkungan.

Pada tanggal 30 April 2012, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengeluarkan Keputusan Nomor 660.1/10/2012 tentang kelayakan

lingkungan hidup rencana penambangan dan pembangunan pabrik semen oleh PT SG di Kabupaten Rembang. Kelayakan lingkungan hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlandaskan Analisis Dampak Lingkungan (Andal), Rencana Pengelolaan Liingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang merupakan bagian dari Amdal. Menyusul pada tanggal 7 Juni 2012, Gubernur Jawa Tengah mengeluakan Keputusan No. 660.1/17/2012 tentang izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen oleh PT SG. Pada tanggal 20

Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, pihak perusahaan resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Keputusan demi keputusan yang diterbitkan oleh Bupati Rembang

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan.

lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah

mematuhi

perundang-undangan

yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini

pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi

pascatambang.

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar tersebut kepada Bapak Kecamatan Tegaldowo dan Camat Gunem pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana pembangunan pabrik semen, Bupati Rembang sudah mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang pemberian IUP mengenai operasi produksi batuan tanah liat kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

Kekhawatiran warga mengenai pembangunan dan penambangan disebabkan adanya kemungkinan kerusakan lingkungan yang besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan. Terkait dengan hal itu, sebenarnya perusahaan juga tidak bisa seenaknya membangun pabrik atau melakukan penambangan tanpa disertai memerhatikan dampak pembangunannya terhadap lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah mematuhi perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini sejalan dengan persyaratan penerbitan IUP eksplorasi dan IUP produksi yang terdapat pada PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Untuk IUP operasi produksi memerlukan persyaratan tambahan yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Pada kasus pembangunan PT SI di Kabupaten Rembang, persayaratan IUP operasi produksi telah dipenuhi oleh PT SI dengan dikeluarkannya Keputusan Gubernur Jawa Tengah yang telah disebutkan sebelumnya tentang kelayakan lingkungan hidup. Dalam keputusan tersebut juga tercantum kewajiban yang

seharusnya dilakukan PT SI, antara lain melakukan sosialisasi rencana kegiatan, mengutamakan musyawarah proses pengadaan

lahan warga, dan memperbaiki kerusakan jalan akibat mobilisasi alat berat.

Selain itu, penetapan lingkungan hidup harus dilakukan berlandaskan Amdal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang PPLH yang merupakan pembaruan UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Masih dalam UU yang sama, pada pasal 26 dinyatakan Amdal harus memuat tanggapan warga yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup, dan/atau yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses Amdal. Warga yang terkena dampak tidak dijelaskan secara rinci mengenai batas warga yang terkena dampak, namun dapat dinyatakan Desa Tegaldowo yang berada pada zona ring 1

merupakan salah satu desa yang akan terkena dampak ketara. Warga dapat melakukan pengajuan keberatan mengenai Amdal berkaitan dengan syarat penyusunan Amdal yang melibatkan warga.

Penyusunan Amdal pembangunan pabrik semen PT SI sebagai syarat memperoleh izin kelayakan lingkungan hidup tidak

melibatkan warga sekitar. Warga mengaku tidak mengetahui adanya Amdal dan tidak merasa diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunannya, bahkan tidak tahu-menahu soal Amdal. PT SI juga tidak kunjung melakukan sosialisasi yang menjadi kewajibannya sesuai dengan keputusan-keputusan pemerintah daerah terkait usaha pertambangan. Bahkan hingga izin penambangan dan pembangunan pabrik dikeluarkan, sosialisasi urung dilakukan.

Atas saran Camat Gunem, warga telah mencoba mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD Rembang, Bupati Rembang, Gubernur, MPR RI dan Presiden terkait permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI. Namun, surat tersebut tak kunjung mendapat respon. Hingga akhirnya pada tanggal 22 Juni 2013, diadakan suatu forum yang dihadiri warga Tegaldowo, PT SI, pejabat desa. Forum inilah

satu tokoh warga sedang berada di Pontianak. Forum ini berujung adu mulut dan penyekapan empat orang warga Desa Tegaldowo.

pemerintah daerah dan sesama warga Desa Tegaldowo. Pada tanggal 18 Septermber 2013, warga mendatangai kantor pinjam pakai hutan. Surat pinjam pakai hutan menurut Permen

Kehutanan Nomor P.18/Menhut/II/2011 adalah surat izin yang dan peruntukan kawasan hutan. Adanya bukti mengenai

bertentangan dengan undang-undang dapat berdampak yang tercantum pada Permen Kehutananan tersebut pasal 41.

Selanjutnya pada tanggal 19 Februari 2014, warga meminta Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda

Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watuputih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi kepada DPRD Rembang.

Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.

Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang

perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal

25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal

1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Pada kasus pembangunan PT SI di Kabupaten Rembang, persayaratan IUP operasi produksi telah dipenuhi oleh PT SI

telah disebutkan sebelumnya tentang kelayakan lingkungan hidup. seharusnya dilakukan PT SI, antara lain melakukan sosialisasi

alat berat. Selain itu, penetapan lingkungan hidup harus dilakukan

berlandaskan Amdal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Masih dalam

UU yang sama, pada pasal 26 dinyatakan Amdal harus memuat dalam proses Amdal. Warga yang terkena dampak tidak dijelaskan merupakan salah satu desa yang akan terkena dampak ketara.

Warga dapat melakukan pengajuan keberatan mengenai Amdal berkaitan dengan syarat penyusunan Amdal yang melibatkan warga.

Penyusunan Amdal pembangunan pabrik semen PT SI sebagai melibatkan warga sekitar. Warga mengaku tidak mengetahui

adanya Amdal dan tidak merasa diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunannya, bahkan tidak tahu-menahu soal Amdal. PT SI juga

sesuai dengan keputusan-keputusan pemerintah daerah terkait usaha pertambangan. Bahkan hingga izin penambangan dan pembangunan pabrik dikeluarkan, sosialisasi urung dilakukan.

Atas saran Camat Gunem, warga telah mencoba mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD Rembang, Bupati Rembang, Gubernur,

pabrik PT SI. Namun, surat tersebut tak kunjung mendapat respon. yang dihadiri warga Tegaldowo, PT SI, pejabat desa. Forum inilah

satu tokoh warga sedang berada di Pontianak. Forum ini berujung adu mulut dan penyekapan empat orang warga Desa Tegaldowo. Keempat orang ini mengaku diintimidasi oleh beberapa pemerintah daerah dan sesama warga Desa Tegaldowo.

Pada tanggal 18 Septermber 2013, warga mendatangai kantor DPRD Rembang dengan menuntut pencabutan surat izin dan surat

pinjam pakai hutan. Surat pinjam pakai hutan menurut Permen Kehutanan Nomor P.18/Menhut/II/2011 adalah surat izin yang

diberikan untuk menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Adanya bukti mengenai perubahan peruntukkan kawasan hutan atau fungsi kawasan yang bertentangan dengan undang-undang dapat berdampak

pencabutan izin pinjam pakai kawasan hutan oleh menteri, seperti yang tercantum pada Permen Kehutananan tersebut pasal 41.

Selanjutnya pada tanggal 19 Februari 2014, warga meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watuputih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi kepada DPRD Rembang.

Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.

Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat besar sehingga menjadi sumber air terbesar bagi 14 kecamatan di Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal

25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal

1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) terdapat 49 goa di Kabupaten Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut

Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga

berkoordinasi dengan Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten lain yang turut terlibat. Adanya tumpang tindih antara dokumen dan peta RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam proses penyusunan RTRW.

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum

yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan

kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula, seharusnya

dokumen

Amdal

dikembalikan. Dengan dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan

pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada

pada periode yang sama.

Pembacaan putusan gugatan warga Rembang

Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung

geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut

Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga dalam hal ini Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten perlu berkoordinasi dengan Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten lain yang turut terlibat. Adanya tumpang tindih antara dokumen dan peta RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam proses penyusunan RTRW.

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum

dalam pasal 4 PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan

Kabupaten Rembang merupakan kawasan lindung geologi, izin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Rembang dapat dipertanyakan kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula, seharusnya

dokumen

Amdal

dikembalikan. Dengan dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan dengan usaha pertambangan tidak seharusnya diterbitkan oleh pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada perbedaan dalam hal rencana penataan ruang sebuah wilayah pada periode yang sama.

PT SI juga berencana untuk memperbesar ekspor dan ekspansi pabrik ke pasar ASEAN. Dan pembangunan pabrik di Rembang ini

ekspor PT SI ke pasar ASEAN. Maka kesimpulannya, pembangunan pabrik baru PT Semen apalagi warga Rembang. Dalih peningkatan PAD, pertambahan perundang-undangan yang berlaku sudah cukup bagi kita untuk

pembangunan infrastruktur nasional MP3EI, tetapi sebagai bentuk pengumpulan profit sebanyak-banyaknya dalam pemenuhan

permintaan proyek property swasta.