STRUKTUR GEOLOGI PEGUNUNGAN KENDENG

STRUKTUR GEOLOGI PEGUNUNGAN KENDENG

Lapisan batu-batuan di kulit bumi kawasan karst Kendeng Utara masuk ke dalam formasi bulu dengan batuan penysun (litologi)

batu gamping masif yang mengandung koral, alga dan pelapisan batu gamping yang juga mengandung foram laut berupa koral, orbitoid dan alga. Sesekali diselingi oleh batu pasir kuarsa bersifat karbonatan.

Menurut Van Bemmelen (1949), Cekungan Jawa Timur bagian Utara (North East Java Basin) yaitu Zona Kendeng, Zona Rembang – Madura, Zona Paparan Laut Jawa (Stable Platform) dan Zona Depresi Randublatung. Keadaan struktur perlipatan pada

Cekungan Jawa Timur bagian Utara pada umumnya berarah Barat – Timur, sedangkan struktur patahannya umumnya berarah Timur

Deformasi Plio – Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase Laut – Barat Daya dan ada beberapa sesar naik berarah Timur –

Barat. Kondisi struktur geologi ini menyebabkan batu gamping Geantiklin Kendeng yang memiliki arah umum barat – timur dan

penyusun dasar dari karst di Rembang memiliki banyak rekahan. Rekahan-rekahan ini merupakan awal terbentuknya gua dan sistemnya di kawasan karst melalui proses pelarutan geologi.

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari melampaui batas kedalaman plastisnya. Kedua sesar tersebut suatu benda (Kuang,1996). Deformasi pertama pada Zona Kendeng

terjadi pada akhir Pliosen (Plio – Plistosen), deformasi merupakan sesar sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok – blok dasar

manifestasi dari zona konvergen pada konsep tektonik lempeng cekungan Zona Kendeng yang mengakibatkan terjadinya sesar – yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara –

sesar geser berarah relatif utara – selatan.

selatan dengan tipe formasi berupa ductile yang pada fase terakhirnya berubah menjadi deformasi fracture berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona Kendeng. Intensitas

gaya kompresi semakin besar ke arah bagian barat Zona Kendeng Sangiran. Deformasi ini masih berlangsung hingga saat ini dengan yang menyebabkan banyak dijumpai lipatan dan sesar naik

dimana banyak zona sesar naik juga merupakan kontak antara sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak. formasi atau anggota formasi.

Deformasi Plio – Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase pertama berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya

Geantiklin Kendeng yang memiliki arah umum barat – timur dan menunjam di bagian Kendeng Timur, fase kedua berupa pensesaran yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu pensesaran akibat perlipatan dan pensesaran akibat telah berubahnya deformasi ductile menjadi deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas kedalaman plastisnya. Kedua sesar tersebut secara umum merupakan sesar naik bahkan ada yang merupakan sesar sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona Kendeng yang mengakibatkan terjadinya sesar – sesar geser berarah relatif utara – selatan.

Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang berlangsung secara lambat dan mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di

Sangiran. Deformasi ini masih berlangsung hingga saat ini dengan intensitas yang relatif kecil dengan bukti berupa terbentuknya

sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak.

Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai

produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan

tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah

produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.

Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua

perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan

dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.

air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh

air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan

ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang

mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.

Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai

produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan