Laporan Investigasi Berebut Berkah Tan

BEREBUT BERKAH TANAH KENDENG LAPORAN INVESTIGASI KONFLIK REMBANG

Laporan Investigasi Berebut Berkah Tanah Kendeng

Copyleft - Komune Rakapare PENERBIT DIKARA KARSA

Bale Pare Jl. Ir. H. Djuanda No. 109 Bandung, Jawa Barat 40132 Telepon : +6285624100833 Email : dikarakarsa@rakapare.org Website : rakapare.org

Cetakan pertama tahun 2015 Penyelia : Andi Bhatara

EDITORIAL

Berjuang nampaknya menjadi sebuah kisah tersendiri yang digariskan dalam kala nyawa manusia, bahkan teruntuk mereka yang hanya menghendaki kehidupan sederhana. Bagaimana tidak, para petani di Rembang harus terkutuk letih berjuang dalam kemelut konflik pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia. Masalah ini mungkin terlampau berat dan berlarut untuk diperjuangkan oleh seorang petani yang seharusnya menggarap lahannya, menyuapi keluarganya sepiring nasi, ketimbang bertempur mempertahankan kemaslahatan tanahnya yang seharusnya dijaga oleh negara.

Namun, pembangunan juga tidak lagi menjadi sebuah mitos destruksi kultur ataupun ekologi. Pembangunan telah menjelma menjadi proses pendewasaan dan persiapan bangsa untuk perhelatan dunia yang tidak dapat dipungkiri. Konflik ini menjadi sebuah dilema yang menyadarkan kita bahwa segalanya bukan seperti yang terlihat. Nyatanya banyak sekali pihak dan berbagai kepentingan yang dipertemukan dalam friksi pada permasalahan ini, yang masing-masingnya tidak bisa disalahkan.

Lewat dokumen ini, Komune Rakapare mencoba mengguratkan berbagai cerita tentang konflik Rembang yang dikisahkan dari beberapa perspektif untuk menghindari ketimpangan sudut pandang. Laporan ini dibuat dan disusun sebelum survei besar kami ke Rembang, sebuah analisis awal tanpa data lapangan yang komprehensif, sehingga kekurangan akan senantiasa menghiasi. Semua yang tertulis di sini ditujukan untuk tujuan penelitian semata dan demi keadilan yang setegak-tegaknya.

Cerita ini kami harapkan menjadi sebuah risalah agar setiap perjuangan kawan-kawan kita di sana menjadi sebuah perjuangan yang layak diperjuangkan.

SENARAI CERITA S E L AYA N G

07 PA N D A N G BALADA SENGKETA REMBANG BALADA SENGKETA

11 REMBANG PUSARAN AKTOR

23 DI MEDAN POLITIK TELAAH KONTEKSTUAL

35 SOSIAL KULTURAL DAMPAK SOSIAL

43 DAN PSIKOLOGI POLEMIK SEMEN DAN

49 SUMBER DAYA ALAM SEMEN: MENILIK DARI

63 KACAMATA EKONOMI PASANG SURUT HAM

69 BUMI REMBANG REMBANG DALAM

81 PERSPEKTIF HUKUM REMBANG DALAM

89 BINGKAI MEDIA

Debu-Debu & Eulogi Padi

SELAYANG

koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual

penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi

PANDANG Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan

merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan

Koridor, yaitu :

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat, pemerintah Indonesia kian gencar mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan mewujudkan

pembangunan nasional merupakan frasa terminologis yang seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara

Dari sekian banyak sektor untuk mempercepat ekonomi,

antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing

pertambangan dianggap sebagai salah satu sektor paling potensial

yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil

untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs pertambangan di berbagai wilayah di Indonesia yang memang

juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara

kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera, termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang dibangun di area rural ini justru seringkali menjadi titik mula

lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai

terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan protes masyarakat lokal atas didirikannya situs pertambangan di habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua misalnya, hanyalah sedikit contoh dimana masyarakat setempat

aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini.

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang,

bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan

Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI)

kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga

untuk mengeksplorasi kekayaan karst di Rembang mendapatkan

Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun

perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya

menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik

memenangkan kompetisi ekonomi global dan pembangunan

Rembang.

koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan

merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan

Koridor, yaitu :

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya

tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat

menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan mewujudkan

seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara masyarakat pertanian dan perusahaan pertambangan yang antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil

untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia.

ataupun terganggu dengan adanya pembangunan pabrik semen,

Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs

yang disinyalir akan berdampak terhadap sumber daya alam yang juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara

kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera,

perusahaan ingin membangun pertambangan semen yang akan

termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang

memanfaatkan sumber daya alam lokal dan memberikan sebuah lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai

terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manfaatnya jelas, meningkatkan produksi komoditas semen dalam negeri untuk

habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua

dapat meningkatkan perekonomian Indonesia lewat segala aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini. Tapi sampai hari ini keduanya seperti air dan minyak yang tidak

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang,

bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan

Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI)

kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun

perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya

menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik Rembang.

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara masyarakat pertanian dan perusahaan pertambangan yang antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil ataupun terganggu dengan adanya pembangunan pabrik semen, yang disinyalir akan berdampak terhadap sumber daya alam yang juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara perusahaan ingin membangun pertambangan semen yang akan memanfaatkan sumber daya alam lokal dan memberikan sebuah lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manfaatnya jelas, meningkatkan produksi komoditas semen dalam negeri untuk dapat meningkatkan perekonomian Indonesia lewat segala aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini. Tapi sampai hari ini keduanya seperti air dan minyak yang tidak bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik Rembang.

Oleh karena itu, kami, Komune Rakapare hendak mengurai koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, tim Komune Rakapare telah merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi pemahaman holistik sekaligus pijakan untuk perumusan tindak lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan Koridor, yaitu :

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat, pemerintah Indonesia kian gencar mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan mewujudkan

pembangunan nasional merupakan frasa terminologis yang seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

Dari sekian banyak sektor untuk mempercepat ekonomi, pertambangan dianggap sebagai salah satu sektor paling potensial untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs pertambangan di berbagai wilayah di Indonesia yang memang kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera, termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang dibangun di area rural ini justru seringkali menjadi titik mula terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan protes masyarakat lokal atas didirikannya situs pertambangan di habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua misalnya, hanyalah sedikit contoh dimana masyarakat setempat resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang, Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI) untuk mengeksplorasi kekayaan karst di Rembang mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya memenangkan kompetisi ekonomi global dan pembangunan nasional tak menyurutkan gelombang resistensi dan polemik

KOMUNIKASI

POLITIK

SOSIAL / KULTURAL

SOSIAL / PSIKOLOGI

EKOLOGI /

GEOLOGI

EKONOMI

Melalui reportase ini, Komune Rakapare bermaksud mengajak rekan-rekan mahasiswa, aktivis, kaum intelektual, karyawan, ilmuwan, seniman, dan siapapun yang peduli dengan kemanusiaan dan lingkungan untuk bergabung dalam penelitian lebih lanjut terkait konflik Rembang. Penelitian ini nantinya bertujuan untuk mendesak pemerintah agar menciptakan kerangka regulasi baru yang relevan agar konflik-konflik sama nan serupa tidak terus menerus berulang tanpa penyelesaian yang adil dan berkelanjutan. Apalah artinya pembangunan, jika dasarnya ternyata ketidak-adilan yang menyengsarakan.

Sepi ing pamrih, rame ing gawe, memayu hayuning bawana.

/ Redaksi Komune Rakapare

KRONOLOGI BALADA SENGKETA REMBANG ANDI BHATARA EKSPANSI PEMBANGUNAN SEMEN

2006 - 2012

Sejarah konflik ini dimulai tahun 2006. Saat itu PT Semen Gresik (SG) hendak melakukan pembangunan pabrik semen di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditolak warga Samin karena takut pabrik semen merusak lingkungan dan mata air sehingga berdampak pada pertanian mereka. Masyarakat

yang menolak lalu membawa persoalan ini ke pengadilan, sampai pada akhirnya warga Samin memenangi gugatan di Pengadilan

Tinggi Umum Negeri (PTUN) dan Mahkamah Agung (MA) pada pertengahan 2009. Akhirnya PT SG terpaksa membatalkan investasinya dan angkat kaki dari Pati. Namun ternyata keputusan itu tidak menghentikan PT SG untuk membangun pabrik semen. Rencana tersebut dipindahkan ke Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

Setahun setelahnya, pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui keputusan Bupati No. 545/68/2010 perihal pemberian WIUP eksplorasi kepada PT SG. Keputusan itu disambut Bupati dengan keputusan berikutnya di surat Kep. Bupati No. 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi eksplorasi kepada PT Semen Gresik. Setelah mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan

berikutnya dikeluarkan oleh Bupati yaitu keputusan No. 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi kepada PT SG untuk pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung lainnya pada tanggal 18 November 2011. Pada tanggal 20 Desember 2012 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. berganti nama menjadi PT Semen Indonesia (SI) (Persero) Tbk. Setelah PT SG

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras

suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal

24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh

Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara. Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang

berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar

Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo. Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak

pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

PERTUMBUHAN BIBIT PERLAWANAN

2012 - 2013

Pada tahun 2012, kabar pendirian pabrik semen tersebut akhirnya sampai ke telinga warga, warga yang merasa tidak tahu menahu lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin (semuanya warga Tegaldowo) menanyakan kabar terkait rencana pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga adalah bahwa pihak Kepala Desa pun tidak tahu menahu mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang tidak puas dan masih merasa curiga pun memutuskan untuk menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh Gunawarman, selaku Camat Gunem, mengaku tidak tahu soal rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

Rembang, Bupati Rembang, Gubernur, MPR RI dan Presiden terkait permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI.

Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang

pemberian IUP mengenai operasi produksi batuan tanah liat kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa Tegaldowo yang merupakan tempat tinggal mereka, warga menjadi semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

warga akhirnya mencoba mengikuti saran dari Teguh Gunawarman untuk mengirim surat kepada pihak yang telah disebutkan dan meminta sosialisasi soal kebenaran kabar pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun dikirim melalui kantor pos Rembang diiringi aksi teatrikal di halaman kantor pos dengan rombongan warga yang beranggotakan 19 orang.

Tak kunjung mendapatkan surat balasan, warga Tegaldowo pun berinisiatif mengadakan pertemuan di balai desa antara seluruh

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum,

mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan

persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang pada warga dan kemajuan desa.

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di akhir pertemuan jawaban yang diberikan masih sama, mereka

masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga yang pulang dengan tangan hampa lalu mendapat kabar bahwa ternyata sebelum pertemuan sempat terjadi dialog di rumah salah

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna Desa Tegaldowo, Bambang Pornadi yang bertugas sebagai Hansip Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga orang yang tidak diketahui namanya oleh mereka, dicurigai berasal dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras

suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal

24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh

Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara. Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang

berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar

Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo. Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak

pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga

sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI. Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati

Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang

resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun beranggotakan 19 orang.

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum,

mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan

persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang pada warga dan kemajuan desa.

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras

suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal

24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh

Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara. Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang

berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar

Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo. Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak

pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga

sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI. Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati

Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang

resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun beranggotakan 19 orang.

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun karena kesibukan bertani, masyarakat akhirnya menjalani kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu mendirikan Paguyuban Katentreman tentang pengembangan pertanian, pemberantasan hama dan pemupukan demi meningkatkan produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa mereka berkelompok dan merencanakan untuk melawan pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah desa karena merasa mereka sudah tidak lagi memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

Pada tanggal 22 Juni 2013, Pemerintah Daerah mengundang warga untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan warga desa Tegaldowo berangkat mendatangi kantor Balai Desa Tegaldowo sekali lagi, namun dihadang oleh perangkat desa dan pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum, mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala Dusun, dan warga Tegaldowo lain yang di antaranya Jasmadi, Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko Priyanto yang merupakan salah satu tokoh dan pionir warga dikatakan telah menghadiri dan menyetujui hasil sosialisasi tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan dengan tegas bahwa mereka menolak rencana pendirian Pabrik Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut mendesak pemerintah mencabut surat izin prinsip dan surat izin pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

Rembang kemudian menjanjikan warga untuk membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelesaikan kasus tersebut, namun

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan

persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang pada warga dan kemajuan desa.

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

keamanan mendatangi rumah warga yang diduga pro terhadap kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga yang kontra, yang memutuskan supaya semua masjid sekitar desa menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

Bupati berusaha menenangkan warga dan mengajak bernegosiasi, di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak lingkungan, kalaupun sampai merusak, seluruh kerusakan akan ditanggung pabrik semen, kalaupun ada kerusakan mungkin ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal

24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan didatangi oleh pemilik Cafe Mamamia yang letaknya tidak jauh dari lokasi tapak pabrik semen, keduanya ditodong oleh pedang dengan tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga tidak patah arang, untuk meneguhkan suaranya mereka mengadakan pengajian istigosah selepas isya di makam Mbah Ronggodito, beliau merupakan leluhur desa Tegaldowo yang paling dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam rangka melestarikan alam, dihadiri oleh warga Tegaldowo,

Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah dilakukan kembali di lapangan Desa Tegaldowo dalam rangka melestarikan pegunungan Kendeng Utara.

Tanggal 27 Oktober 2013, kembali terjadi perseteruan di Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar calon tapak pabrik semen dalam rangka memperingati hari ulang tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan serangkaian kegiatan jalan sehat yang dihadiri oleh Teguh Gunawarman (Camat Gunem) dengan peserta yang sebagian besar siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri, Pasucen dan Bitingan yang merasa acara tersebut tidak layak

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar

Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo. Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak

pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga

sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI. Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati

Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang

resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun beranggotakan 19 orang.

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum,

mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan

persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang pada warga dan kemajuan desa.

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras

suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal

24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh

Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara. Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang

berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar

Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli