Revolusi Hijau di Asia Tenggara dan Dampaknya

C. Revolusi Hijau di Asia Tenggara dan Dampaknya

Dalam pelaksanaan Revolusi Hijau, didirikan lembaga-lem- baga riset pangan sesuai dengan komoditasnya. Di Meksiko didi- rikan International Center for Maize and Wheat Improvement (CIMMYT) pada tahun 1944. Atas bantuan Rockefeller Foun- dation pusat penelitian jagung dan gandum ini didirikan.

Kesuksesan di Meksiko ditiru untuk tanaman padi. Maka pada tahun 1962, Rockefeller Foundation bekerjasama dengan Ford Foundation mendirikan sebuah badan penelitian bernama International Rice Research Institute (IRRI) di Los Banos, Fili- pina. Semula pendirian lembaga IRRI ditawarkan kepada Indo- nesia dan diterima oleh Presiden Soekarno. Akan tetapi ketika pihak Rockefeller dinilai banyak melakukan berbagai macam tun- tutan yang sifatnya intervensif, Soekarno menolak dan menya- takan bahwa Indonesia sebenarnya telah mampu melakukannya sendiri tanpa IRRI. Saat itu Indonesia telah mempunyai ahli pembenihan, Ir. Siregar, yang telah melakukan uji coba pem- benihan di Lembaga Penelitian Benih, Bogor. 15

Lembaga di Bogor ini berada di bawah Departemen Per- tanian dan Urusan Agraria. Beberapa tahun lembaga ini telah

14 Henry Bernstein, “Landreform: Taking A Long(er) View”, Journal of Agrarian Change 2(4), 2002, hal. 445-446.

15 Wawancara dengan Sajogyo, Bogor, 21 November, 2008; dan wawancara dengan Gunawan Wiradi, Bogor, 18 Juli 2008. Bandingkan dengan, Gunawan

Wiradi, “Revolusi Hijau Ditinjau Kembali”, Suara Pembaruan, 24 September, 1987.

Melacak Sejarah Pemikiran Agraria me-lakukan penelitian penyilangan dari berbagai benih unggul

guna menghasilkan varietas baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah di Indonesia. Dari ujicoba itu lahirlah “Benih Pen- djenis” yang kemudian digunakan sebagai benih dasar yang dita- nam di beberapa lahan percobaan di Jawa dan Madura. Lembaga tersebut pada gilirannya diminta oleh berbagai Dinas Pertanian (Diperta) yang ada di daerah-daerah untuk memenuhi stok benih pokok . Benih keluaran lembaga itu dinilai baik, dapat tumbuh dengan cepat, subur, bebas gulma bawaan dan anti penyakit dan serangga, dan mempunyai rasa yang enak. Surat kabar dan radio terus menerus memberitakan keberhasilan penggunaan benih tersebut yang oleh lembaga itu diperkirakan menghasilkan kenaikan produksi 20-40%. 16

Benih yang dihasilkan dari lembaga di atas dikenal juga de- ngan benih “Unggul Nasional” (Ungnas). Di antara nama-nama Ungnas ini adalah ”Syntha”, ”Dara”, ”Sigadis”, ”Ramadja”, dan ”Bengawan”. Nama-nama ini merupakan hasil dari pengemba- ngan varietas lokal. 17

Sementara itu, varietas padi baru produksi IRRI memberi hasil yang jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di sebagi- an besar Asia. Benih baru adalah hasil dari persilangan antara varietas padi kerdil dari Taiwan (Dee-geo-woogen) dengan varietas padi jangkung dari Indonesia, yakni Peta. Peta adalah padi ung- gulan yang diperkenalkan pada tahun 1940. Hasilnya adalah sebuah varietas yang diberi nama resmi IR.8-288-3, biasa di- singkat IR-8 (di Indonesia dikenal sebagai PB-8). Varietas baru

16 Joyce Gibson, “Rice Production and Import”, Bulletin of Indonesian Economic Studies, No 1., Juni 1965, hal. 57-58.

17 Dibyo Prabowo dan Sajogyo, “Sidoarjo, East Java, and Subang, West Java”, dalam Gary E. Hansen (Ed.), Agricultural and Rural Development in Indonesia

(Colorado: Westview Press, 1981), hal. 71. Kedua penulis melakukan riset evaluasi pelaksanaan Revolusi Hijau di Sidoarjo dan Subang. Di lokasi pertama, Revolusi Hijau mendapat respons yang tinggi, namun tidak di lokasi kedua.

Ahmad Nashih Luthfi lainnya kemudian bermunculan dari lemb mbaga penelitian terse-

but.

Gambar 3. Menurut majalah Popular Mechanics, ics, IR-8 tercatat di urutan

teratas dari 50 penemuan selama paruh tera erakhir abad yang lalu. (Sumber: www.irri.org) )

Jenis-jenis bibit dari IRRI itu di In Indonesia disebut juga sebagai jenis Padi Unggul Baru (PUB). Seja ejak tahun 1966 itulah IR-8 mulai disebarkan di Asia Tenggara, ra, diikuti oleh penye- baran IR-5 tahun 1967. Maka pada 1968 68 di India, Pakistan, Sri Langka, Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietna tnam Selatan dan Indo- nesia, telah dilancarkan penanaman jeni enis-jenis PUB tersebut secara besar-besaran. 18

18 Ibid., bandingkan dengan Jonathan Rigg, “T gg, “The New Rice Technology and Agrarian Change: Guilt by Association?”, Progress ess in Human Geography, 1989,

13, hal. 377.

Melacak Sejarah Pemikiran Agraria