Tentang Buku ini

C. Tentang Buku ini

Buku ini akan mencoba pertama, melacak genealogi pemi- kiran ekonomi politik transformasi pedesaan sejak abad XIX. Wacana ini berkembang dalam konteks global baik yang sifatnya akademis maupun politik di abad XX, hingga masa Orde Baru dimana sistem pengetahuan dan kekuasaan dalam pembangunan pedesaan dikonstruksi.

Cara membaca sejarah periode kolonial yang demikian pan- jang dilakukan dengan menghadapkannya pada pertumbuhan ka- pitalisme. Kapitalisme bekerja dengan cara mengakumulasikan kekayaan dan keuntungan (surplus value) sebagai tujuan sekaligus sebagai syarat perlu bagi perkembangan kapitalisme selanjutnya. Proses akumulasi prasyarat inilah yang disebut sebagai primitive accumulation atau previous accumulation. Dalam proses terakhir ini penting dilihat bagaimana posisi rakyat dan tingkat keama- nan/kerentanannya terhadap alat produksinya. Khusus terhadap tema ini, strategi yang dilakukan adalah dengan menafsirkan ulang

Ahmad Nashih Luthfi secara kritis (critical reinterpretation) atas narasi sejarah yang pernah

ada, dan tidak melakukan penelitian baru (primer). Kedua, mengidentifikasi dan memetakan pemikiran-pemi- kiran para ilmuwan “Mazhab Bogor” dan genealoginya dengan

pemikiran terdahulu, serta membandingkan satu dengan lainnya. Apa saja tema-tema yang mereka geluti, adakah keragaman (perspektif dan pemihakan) dan mengapa, serta perjalanan pemikiran mereka ini berujung pada fokus tentang apa? Pela- cakan genealogi pemikiran ini penting untuk mengetahui kesi- nambungan (continuity) dan perubahannya (change).

Ketiga, melihat bagaimana institusionalisasi gagasan mereka di berbagai wilayah: kampus, LSM/CSO, lembaga pemerintah, dan masyarakat akar rumput. Hubungan antara gagasan (teks) dengan masyarakat di berbagai lapisannya, berlangsung melalui adanya mediasi. Hubungan itu ada dalam bentuknya yang beragam. Maka otoritas sebuah gagasan ditentukan tidak hanya melalui keterujiannya secara akademis, namun juga seberapa mampukah bermetamorfosa menjadi kekuatan pengubah (intelecutual forces) di tingkatan kebijakan dan pengorganisasian pergerakan di tingkat masyarakat. Bagaimanapun, sebuah ga- gasan bertujuan untuk mengubah realitas.

Keempat, pemikiran-pemikiran mereka akan dihadapkan pada dua konteks yang berbeda, yakni konteks pergeseran eko- nomi-politik Orde Lama menuju pembangunanisme Orde Baru dalam berbagai program modernisasi desa/pertanian, yang secara umum dibaca sebagai agenda liberalisasi ekonomi (terutama ta- hun 1986-1992). Apakah ada perspektif kritis yang mereka mun- culkan, dan bagaimana cara agar pemikiran-pemikiran kritis itu dapat dilembagakan di kampus, “lolos sensor” menjadi policy bagi pemerintah, dan diperjuangkan melalui swadaya masyarakat.

Selanjutnya, dalam konteks perkembangan ilmu-ilmu sosial, mengapa dan bagaimana perspektif kritis, teorisasi, dan pendekatan partisipatif mereka dikembangkan di tengah-tengah ilmu sosial yang didominasi oleh perspektif fungsionalisme struktural ala Parsonian, analisis non-Marxian, dan “applied sci-

Melacak Sejarah Pemikiran Agraria ences” non-kritis yang berorientasi pembangunan, serta di te-

ngah tuduhan mandegnya ilmu-ilmu sosial saat itu? Agar tidak terlalu melebar, buku ini membatasi diri pada upaya penelusuran sejarah pemikiran pembangunan pedesaan Indonesia. Setiap pemikiran, terutama dalam perspektif sosial dan ekonomi-politik, dapat lahir dari pelaku ekonomi (pengu- saha), teknokrat dan birokrat, birokrat dan teknokrat, kalangan media massa, aktivis gerakan sosial, maupun kalangan akademik. Buku ini membatasi diri pada pemikiran yang berasal dari kelompok akademik, khususnya kedua ilmuwan yang mende- dikasikan diri pada disiplin sosiologi pedesaan, dalam mempro- duksi pemikiran-pemikiran pembangunan pedesaan tersebut. Keduanya adalah Prof. Dr. Ir. Sajogyo dan Dr. HC. Gunawan Wiradi, M.Soc. Sc.

Buku ini bertujuan melacak trajektori wacana pemba- ngunan pedesaan pada masa kolonial, sampai dengan mengiden- tifikasi, memetakan dan membaca ulang pemikiran-pemikiran dua ilmuwan sosiologi pedesaan “Mazhab Bogor”. Lantas melihat bagaimana institusionalisasi gagasan mereka itu berlangsung dan direspon di berbagai aras: kampus, LSM/CSO, lembaga pemeri- ntah, dan lapangan masyarakat. Serta untuk melihat gambaran bagaimana mereka bergulat (mempertahankan sikap kritis mere- ka sebagai cendekiawan) ketika dihadapkan pada tarik-menarik kekuasaan yang ada di level “politik negara”.

Diharapkan buku ini memberi manfaat dalam mengetahui produksi pengetahuan tentang pembangunan (sosial-ekonomi) pedesaan pada kurun waktu tertentu. Pembacaan terhadap seja- rah pemikiran akan memberi kontribusi pada pemahaman atas peta pengetahuan ilmu sosial Indonesia saat ini, khususnya ter- kait dengan state of the art ilmu sosiologi pedesaan Indonesia. De- ngan demikian, tuduhan bahwa sejarah kesarjanaan di Indonesia berjalan terputus-putus bahkan sering dimulai tanpa pendasaran pada pencapaian-pencapaian sebelumnya, akan dapat dihindari.

Ahmad Nashih Luthfi