Metodologi dan Kerangka Konseptual
F. Metodologi dan Kerangka Konseptual
Buku ini menggunakan pendekatan sejarah pemikiran. Sejarah pemikiran, menurut Kuntowijoyo, dengan mengutip Roland N. Stromberg, adalah “the study of the role of ideas in
historical events and process”. 25 Secara metodologis, sejarah pe- mikiran mempunyai tiga pendekatan, yaitu kajian teks, kajian konteks sejarah, dan kajian hubungan antara teks dan masya-
rakatnya. 26 Yang dapat disoroti dari segi tekstualnya adalah gene- sis pemikiran, konsistensi pemikiran, evolusi pemikiran, sistema- tika pemikiran, perkembangan dan perubahan pemikiran, variasi pemikiran, komunikasi pemikiran, dan intertekstualitas.
25 Roland N. Stromberg, European Intellectual History Since 1789 (Cf. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah), hal. 189.
26 Kuntowijoyo, Ibid., hal. 191-199.
Ahmad Nashih Luthfi Agar tidak terjabak dalam karya filsafat, buku ini mencoba
melihat konteks dan proses-nya. Konteks yang akan dilihat di sini adalah pembangunan ekonomi-politik Orde Baru (Revolusi Hijau) dan developmentalisme. Proses-proses yang pernah terjadi pada masa kolonial, Perang Dingin dan pengaruhnya dalam membangun iklim dan orientasi akademis tertentu, serta konteks pertumbuhan internal ilmu sosial di Indonesia (terutama tentang kajian agraria), juga diuraikan terlebih dahulu, untuk mengetahui proses bagaimana suatu pemikiran itu bisa muncul atau tidak muncul.
Hubungan antara pemikiran dan masyarakat dipahami seba- gai bagaimana institusionalisasi gagasan itu berlangsung (diteri- ma dan ditolak) di berbagai level; baik di tingkatan akademik, nasional (sebagai policy pemerintah), dan lembaga swadaya ma- syarakat. Secara khusus, untuk menjelaskan relasi antara gagasan dan institusionalisasi ini, penulis menggunakan pendekatan epis- temic community yang diajukan oleh Peter Haas. Dalam naskahnya berjudul “Introduction: Epistemic Community and Policy Coor-
dination”, 27 Haas menunjukkan pentingnya peran aktor-aktor da- lam membentuk wacana dan kebijakan program pemerintah. Se- lain itu ia menunjukkan pentingnya systematic condition dan domes- tic pressure yang mempengaruhi state action. Yang terakhir ini pen- ting untuk mengenali kondisi sistematis, pengetahuan, dan sam- pai dengan tindakan nasional itu dilaku-kan oleh jaringan ahli berbasis otoritas pengetahuan yang oleh Haas disebut dengan “epistemic community”.
Kajian pemikiran ekonomi politik Indonesia yang meng- gunakan pendekatan komunitas epistemis telah dilakukan oleh Rizal Mallarangeng. Ia menerapkannya dalam konteks pemba-
ngunan liberalisasi ekonomi Indonesia. 28 Salah satu kritik utama terhadap karya Rizal Mallarangeng ini adalah definisi yang kabur antara liberal dalam pengertian ekonomi politik dengan liberal
27 Peter Haas, “Introduction: Epistemic Community an Policy Coordina- tion”, International Organization, 46, 1, Winter 1992, hal 2.
28 Lihat, Rizal Mallarangeng, Mendobrak Sentralisme Ekonomi Indonesia, 1986- 1992 (Jakarta: KPG, 2002). Uraian teoritisnya pada hal. 25.
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria dalam proses sosial politik. Liberalisasi dalam pengertian pertama
dapat diartikan dengan minimnya campur tangan negara dalam aktivitas ekonomi. Praktik deregulasi dan swastanisasi menjadi contoh mudahnya. Bagi kalangan ini, pilihannya hanyalah dua, menuju arah kapitalisme atau tunduk pada birokratisme eko- nomi Indonesia.
Sementara pengertian kedua lebih pada upaya emansipasi masyarakat dari kekangan otoritarianisme negara. Kaburnya pedefinisian itu berakibat pada dicampuradukkannya para tokoh dalam satu “wadah” yang disebut komunitas epistemis liberal itu padahal mereka berada dalam kerangka ideologi dan kepentingan yang berbeda. Seorang Sediono M.P. Tjondronegoro yang dicotohkannya, meski sama-sama anggota diskusi forum Kompas, tentulah berbeda dengan Widjojo Nitisastro dan Thee Kian Wie. Yang mempertemukannya kesemuanya hanyalah penolakannya terhadap sentralisme dan otoritarianisme Orde Baru.
Untuk memudahkan pembaca, buku ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode dan sumber, kajian pustaka, serta metodologi dan kerangka kon- septual.
Bab II mencoba melihat bagaimana pembangunan desa dalam konteks kolonial. Bagaimana ia dikonstruksikan dalam pertumbuhan kapitalisme dan kebijakan ekonomi politik kolo- nial. Bab ini penting artinya untuk melacak bagaimana berbagai orde itu mengkonstruksi pemahaman atas desa, dan apa saja yang dimunculkan dalam konstruksi itu.
Bab III menguraikan gagasan apa yang melatarbelakangi satu proyek besar yang terjadi pada paruh kedua abad XX, yakni Revolusi Hijau (Green Revolution), dan bagaimana prosesnya terjadi di Asia Tenggara mulai pada tahun 1960-an. Dalam konteks program ini dapat dilihat bagaimana transisi agraria Indonesia terjadi.
Ahmad Nashih Luthfi Bab IV mengulas studi agraria Indonesia yang dinilai bersifat
rintisan sejak awal abad XX. Bab ini berguna untuk melihat sejauhmana rintisan karya itu menjadi akumulasi pengetahuan di dalam ilmu sosial Indonesia umumnya, dan secara khusus memberi pengaruh pada kedua ilmuwan tersebut.
Bab V menyajikan kajian mendalam tentang Prof. Dr. Ir. Sajogyo sebagai peletak dasar ilmu sosiologi pedesaan di Indo-- nesia. Pada bagian ini didedah genealogi pemikiran, spektrum gagasan dan pengaruhnya, dan dimana posisi keduanya dalam semesta studi agraria di Indonesia khususnya, dan ilmu sosial Indonesia umumnya.
Bab VI adalah uraian tentang tokoh kedua dalam Mazhab Bogor, seorang guru dalam studi teori dan praktik Reforma Agraria, Dr. HC. Gunawan Wiradi, M. Soc. Sc. Di sini juga akan dikaji genealogi pemikirannya, spektrum gagasan dan pengaruh- nya, dan dimana posisi keduanya dalam semesta studi agraria di Indonesia khususnya, dan ilmu sosial Indonesia umumnya.
Bab VII Bab ini memaparkan sintesa pemikiran Sajogyo dan Gunawan Wiradi yang diletakkan dalam konteks pembangu- nan nasional. Dengan sintesa ini diharapkan diperoleh semesta pengetahuan “Mazhab Bogor” dan dimana posisi kritis yang dikembangkannya baik dari segi kritik kebijakan maupun kritik pengetahuan (metodologi).
Bab VIII adalah kesimpulan, berisi temuan atau jawaban da- ri “misteri” permasalahan yang diajukan.