Soal Rendahnya Kinerja DPR, Saya Malu !

Soal Rendahnya Kinerja DPR, Saya Malu !

Salah satu rekomendasi yang diberikan dalam Rapat Kerja Kerja Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Bandung, 18 Desember 2011 lalu adalah agar DPR lebih serius mengatasi kelemahan

belum mampu mengoperasionalisasikan empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan RI (NKRI) sebagai kerangka kerja (framework) dalam pembuatan produk UU.

Rekomendasi itu dikeluarkan khususnya kepada fraksi PDIP di parlemen dalam rangka untuk lebih meningkatkan kapasitas dan kompetensi para kadernya di DPR. Hal tersebut merunut hasil evaluasi tentang fakta, bahwa ratusan produk legislasi (UU) yang dibuat oleh DPR ternyata banyak yang kandas setelah diuji di Mahkamah Konstitusi (MK) karena bertentangan dengan konstitusi negara.

Kondisi tersebut menjadi catatan penting sekaligus introspeksi para anggota DPR secara keseluruhan mengingat proses pembentukan UU yang dibuat di DPR mengalami kelemahan secara ideologis. Ini merupakan pelajaran serius bahwa membentuk suatu Undang-Undang untuk menjamin tatanan kehidupan

tidak semudah menstrukturisasi logika berfikir secara tekstualitas saja.

Kenyataannya memang membentuk UU haruslah mengacu secara konseptual dan kontekstual secara empiris, sosiologis, yuridis dan filosofis yang mengacu kepada konstruksi Konstitusi negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Jelas bahwa kelemahan produk UU yang ditolak MK itu sejatinya karena tidak inheren dengan nafas konstitusi.

Khusus menyangkut kinerja anggota DPR periode 2009 – 2014 ini, masyarakat ternyata makin tambah miris dan prihatin. Disamping tidak produktifnya anggota DPR menjalankan fungsi legislasi, yakni membuat UU, DPR juga kerap melakukan tindakan indisipliner. Tingginya tingkat ketidakhadiran anggota (sering membolos) untuk mengikuti tugas-tugas legislasinya, anggota DPR juga kerap berperilaku amoral. Adanya kasus anggota DPR yang kepergok nonton video porno saat sidang paripurna dan adanya anggota DPR yang terduga tersangkut kasus korupsi, menjadi salah satu indikator mirisnya masyarakat menilai kinerja DPR itu.

Sebagai Wakil Ketua DPR RI, Pramono Anung, menyatakan tingkat kepuasan masyarakat terhadap lembaga DPR memang berada pada titik terendah di periode ini dibanding periode-periode sebelumnya. DPR terus didera persoalan yang tak pernah berhenti.

Pram sendiri mengaku malu terhadap kinerja DPR saat ini. Karena, selama masa sidang III tahun 2011 ini hanya empat rancangan undang-undang (RUU) yang disahkan oleh DPR. Semestinya rasa malu, juga menjangkiti anggota DPR yang lain. Tetapi, malu saja tidak cukup. Mereka harus kembali ke jalan yang benar, sebagai wakil rakyat yang benar-benar berjuang untuk rakyat, bukan berjuang untuk diri sendiri dan partainya.

Salah satu penyebab rendahnya kinerja DPR periode 2009-2014 ini adalah karena belum baiknya sistem rekrutmen partai politik. Sehingga kurangnya kualitas kader-kader partai politik yang mengisi jabatan-jabatan publik baik di lembaga legislatif maupun eksekutif di pusat dan daerah. Sebagian besar partai politik belum melakukan rekrutmen dan pembinaan yang baik kepada para kadernya.

Memang dari sisi latar belakang pendidikan dan usia, anggota DPR periode 2009- 2014 lebih baik dari periode sebelumnya. “Rata-

rata lulusan S1 (47.7%), banyak yang S2 (35%), dan doktor (7.7%), usianya pun relatif lebih muda.

Para pengamat politik tadinya menaruh harapan yang tinggi kepada anggota DPR 2009-2014 pada awal masa jabatannya mengingat 70% dari mereka adalah wajah baru. Tetapi setelah berjalan 2 tahun lebih, harapan itu belum terwujud.

Dengan pemilu suara terbanyak, beberapa partai politik melakukan cara-cara instan untuk merebut suara rakyat, seperti merekrut artis terkenal, melakukan politik uang, dan lain-lain. Calon-calon anggota legislatif yang diajukan bukan yang terbaik kapasitas, kapabilitasnya dan memiliki jiwa kenegarawanan, tetapi mereka yang terkenal atau orang yang memiliki banyak uang yang dipilih.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan mengenai rendahnya kinerja DPR itu, Pramono Anung selaku salah satu pimpinan DPR RI bersama para pimpinan lainnya, telah mengemukakan bahwa untuk memperkuat kelembagaan, Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI telah merampungkan Rencana Strategis (Renstra) DPR 2010-2014, yang menjadi arah dan pedoman bagi segenap unsur yang ada dalam lingkungan DPR-RI selama 5 tahun ke depan.

Untuk mewujudkan DPR sebagai lembaga perwakilan yang kredibel, DPR juga berupaya membenahi sistem pendukung seperti tertuang dalam 7 prioritas pencapaian Renstra, yakni Penguatan Kelembagaan (Pembentukan Badan Fungsional Keahlian, Unit Pengawasan Internal, dan Reformasi Kesetjenan), Penguatan Kehumasan, Pengembangan Prasarana Utama, Pengembangan Perpustakaan Parlemen, Penguatan Sarana Representasi, dan Pengembangan e-parliament.

Melihat kenyataan tentang tingginya kekecewaan masyarakat terhadap kinerja dan perilaku anggota DPR tersebut diatas, partai politik sudah seharusnya turut bertanggungjawab terhadap rendahnya kualitas DPR ini, karena konstitusi dan UU partai politik mewajibkan partai politik untuk melakukan pembinaan kepada para kadernya.