Menyoal Kritik Ketua KPK tentang Gaya hidup anggota DPR dan kinerja Menteri Asal Parpol

Menyoal Kritik Ketua KPK tentang Gaya hidup anggota DPR dan kinerja Menteri Asal Parpol

Ketua KPK jlid II, Busyro Muqodas pernah mengkritik anggota DPR yang kerap bergaya hidup hedonis dan perlente. Dikatakannya pula DPR kerap dihuni pemberhala nafsu dan syahwat politik kekuasaan dengan moralitas rendah yang mengakibatkan berakarnya budaya korupsi.

Bahkan tak hanya DPR yang disinggung oleh mantan ketua Komisi Yudisial tersebut. Para menteri yang berasal dari parpol pun tak luput dari sentilannya. Busyro mengatakan, menteri yang dipilih dari parpol lebih cenderung melakukan korupsi daripada berprestasi. Dirinya pun menyarankan baiknya menteri itu ditunjuk dari kalangan profesional seperti dari perguruan tinggi ataupun LSM.

Menanggapi kritik tersebut, anggota dewan cepat-cepat bereaksi. Bahwa pernyataan ketua KPK tersebut dianggap sebagai suatu sikap politik ketua KPK itu terkait kepentingan posisinya dimasa datang, atau mencari simpati dan popularitas publik, bahkan secara politis pernyataan Busyro dianggap sebagai upaya untuk melemahkan eksistensi dan kekuasaan DPR.

Sinyalemen Ketua KPK Busyro Muqodas tentang gaya hidup hedonis, seharusnya tidak perlu menjadi polemik. Sebagai sebuah kritik, pernyataan tersebut tentu memiliki latar belakang beberapa fakta yang menjadi dasar mengapa seorang pimpinan KPK menyatakan pendapat demikian.

Jika-pun rakyat melihat kenyataan di gedung DPR di Senayan, memang pernyataan Busyro memiliki relevansinya. Tengok saja lapangan parkir gedung itu yang mirip galeri mobil mewah. Sejumlah mobil mewah yang menjadi tunggangan para politikus tersusun rapi di halaman parkir. Mulai jenis Alphard hingga Bentley Continental GT senilai Rp.7 miliar ada di sana.

Sebaliknya juga fakta bahwa ruang rapat paripurna DPR sering diisi kursi kosong. Lebih miris lagi, rapat yang dihadiri segelintir wakil rakyat kadang tetap digelar meski menabrak aturan. Padahal, salah satu kewajiban anggota DPR ialah menghadiri rapat dan harus memenuhi kuorum.

Menurut Pramono Anung, ucapan Busyro dianalogikan sebagai pernyataan yang tidak etis untuk diucapkan oleh seorang pimpinan lembaga negara. Statement itu seperti menggarami laut. Enak didengar tapi, Pram tidak yakin pimpinan KPK berani. Padahal yang menyampaikan adalah Ketua KPK dan tentu ucapan tersebut ada konsekuensinya. Yakni membuktikan ucapannya dengan data.

Menurut mantan Sekjen PDIP tersebut, ucapan Busyro sangat bermasalah. Pasalnya Busyro adalah Ketua KPK yang harus membuktikan ucapannya dengan data. Jika ketua KPK memiliki data, menurut Pram sebaiknya tidak usah banyak bicara. Tangkap saja kalau berani.

Dalam konteks yang lain, menurut Pramono pernyataan Busyro juga tidak tepat. Pram khawatir lama-lama Busyro juga melarang calon presiden dari parpol. ”Presiden boleh (dari parpol), masak menterinya enggak boleh ”. Jika ada menteri melakukan pelanggaran, KPK bisa langsung menindaknya. Sehingga soal menteri dari parpol tidak perlu jadi polemik dan dijadikan alasan.

KPK tugas utamanya adalah melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi. Kalau memang sudah ada indikasi, siapapun menterinya, ya ditindak. Pram justru agak heran lantaran ada menteri yang terindikasi melakukan tindak korupsi, namun KPK tidak menangkapnya. Bila itu dilakukan oleh ketua KPK maka akan lebih elok daripada mempermasalahkan menteri dari partai.

Pram mencurigai pernyataan Busyro sejatinya menunjukkan kecemasan yang bersangkutan karena merasa gagal memimpin KPK. Lembaga KPK yang dimpimpinya terkesan tidak berdaya Pram mencurigai pernyataan Busyro sejatinya menunjukkan kecemasan yang bersangkutan karena merasa gagal memimpin KPK. Lembaga KPK yang dimpimpinya terkesan tidak berdaya

Akibat ucapan Busyro yang menimbulkan polemik tersebut, Pram mengkhawatirkan hubungan antara lembaga negara yakni DPR dengan KPK bukan malah makin sinergis, namun sebaliknya akan terjadi Gap. Indikasi itu mulai dirasakan ketika dalam rapat kerja antara KPK dengan komisi III DPR tekait pengawasan kinerja KPK, kerap dihadapi dengan sikap panas antara KPK dengan DPR.

Contoh kasus misalnya ketika anggota Banggar DPR secara masal dipanggil KPK tanpa jelas statusnya terkait dengan dugaan korupsi di badan anggaran DPR. Akibat urusan teknis tersebut, hubungan KPK dengan DPR makin panas. Dalam rapat konsultasi dengan pimpinan DPR antara KPK dengan badan anggaran dan komisi III, akhirnya muncul ucapan yang juga tidak etis dari anggota DPR tentang KPK. Menurut ketua Komisi III Beny K. Harman, Tindak tanduk KPK sama jahatnya dengan teroris, bahkan salah satu anggota komisi III, Fahri Hamzah menyatakan niatnya untuk menggalang kekuatan membubarkan KPK.

Pernyataan Busyro ditengarai sebagai puncak dari ”kekesalan” Busyro terhadap DPR. Sebaliknya dengan ucapan Busyro tersebut DPR pun seakan menjadikan Busyro menjadi musuh bersama, karena pernyataan Busyro selalu menyinggung perasaan anggota DPR.

Himbauan pun disampaikan oleh Pramono kepada Busyro. Pram menghimbau kepada ketua KPK tersebut agar jangan terlalu banyak bicara yang tidak penting. Menurutnya, jika memang pihaknya (KPK) menemukan adanya sebuah indikasi pelanggaran, tidak usah diucapkan tapi lebih baik langsung ditindak.

Terkait dengan polemik tersebut, Pram berharap semua diakhiri dengan saling introspeksi. Khusus kepada KPK sebaiknya KPK fokus pada upaya pencegahan dan penindakan. Memainkan panggung media sebagai bentuk upaya untuk menunjukkan Terkait dengan polemik tersebut, Pram berharap semua diakhiri dengan saling introspeksi. Khusus kepada KPK sebaiknya KPK fokus pada upaya pencegahan dan penindakan. Memainkan panggung media sebagai bentuk upaya untuk menunjukkan

Problem itu kemudian akan berimplikasi kepada semakin percayanya publik terhadap kegamangan KPK selama ini dalam memberantas korupsi yang melibatkan elit politik di pusat kekuasaan.

Sebaliknya tudingan ketua KPK kepada anggota DPR dan para menteri juga harus diberikan catatan tegas. Yakni apa yang disampaikan Ketua KPK tersebut secara moral memang ada benarnya. Sangat tidak elok dan tidak simpatik apabila wakil rakyat mempertontonkan gaya hidup mewah dan perlente.

Sejatinya Wakil rakyat adalah contoh teladan seorang pemimpin kepada rakyat. Dan tidak ada pelajaran positif apapun kepada rakyat dengan mempertontonkan berbagai kemewahan dan gaya hidup tersebut kepada rakyat. Rakyat justru semakin tidak memiliki simpati dan empati terhadap wakilnya di DPR.

Sebaliknya kritikan Busyro kepada para menteri yang berasal dari parpol juga menjadi catatan penting bagi pemerintahan SBY dan bagi parpol koalisi. Walaupun Pram juga tidak sependapat kompetensi dan kinerja dikaitkan dengan asal usul menteri dari parpol, Namun sejatinya siapapun menteri dan dari manapun asalnya, persoalan kompetensi dan integritas menjadi hal yang paling mutlak untuk menilai apakah seorang pejabat negara memang layak dan otentik menduduki jabatannya.

Mudah-mudahan KPK jilid III pimpinan Abraham Samad, mampu menjawab semua harapan dan ekspektasi pubik terhadap kinerja pencegahan dan pemberantasan korupsi. Tidak cukup cuma retorika tapi tindakan nyata. Buktikan bahwa KPK Jilid III memiliki konsistensi antara ucapan ketika mengungkapkan komitmentnya menjadi pimpinan KPK dengan perbuatannya Mudah-mudahan KPK jilid III pimpinan Abraham Samad, mampu menjawab semua harapan dan ekspektasi pubik terhadap kinerja pencegahan dan pemberantasan korupsi. Tidak cukup cuma retorika tapi tindakan nyata. Buktikan bahwa KPK Jilid III memiliki konsistensi antara ucapan ketika mengungkapkan komitmentnya menjadi pimpinan KPK dengan perbuatannya

Pramono Anung (Kiri) ketika memberikan masukan tentang strategi komunikasi politik kepada Megawati disela-sela break acara debat calon Presiden, 2009.