Pemerintah dan Masyarakat Harus Cerdas Menelaah Eksistensi dan Hasil Lembaga Survei Sebagai Salah Satu Upaya Pembentukan Opini Publik

Pemerintah dan Masyarakat Harus Cerdas Menelaah Eksistensi dan Hasil Lembaga Survei Sebagai Salah Satu Upaya Pembentukan Opini Publik

Sebelumnya beberapa lembaga survei telah merilis hasil surveinya tentang indeks kepuasan masyarakat yang semakin menurun terhadap pemerintahan SBY-Boediono. Beberapa lembaga survei juga saat ini kian marak merilis tentang tema- tema kepemimpinan di tahun 2014.

Terkait dengan hasil lembaga survei, khususnya hasil survei yang menyoroti tentang kinerja pemerintahan, SBY seharusnya menjadikan apapun hasil suvei yang dirilis sebagai suatu masukan, sekaligus referensi aktual agar setidaknya pemerintah dapat bercermin dari sisi yang lain tentang sejauhmana kinerja yang telah dilakukannya.

Namun, bukan berarti juga pemerintah menelan bulat-bulat hasil lembaga survei tersebut. Banyak pihak juga percaya bahwa hasil survei sejatinya ditentukan oleh banyak faktor. Antara lain faktor sampling, karakteristik – komposisi responden, demografi dan geografi responden, kuantitas jumlah responden serta terlebih- lebih metode yang dipakai oleh lembaga survei tersebut dalam melakukan analisis hasil penelitiannya. Ditambah pula yang juga paling penting adalah siapa yang mendanai lembaga survei tersebut. Kesemua hal itu tentu saja akan mempengaruhi sejauhmana tingkat obyektifitas hasil survei yang dilakukan.

Pramono Anung juga mengingatkan bahwa banyaknya lembaga- lembaga survey belakangan ini, harus dicermati juga dalam perspektif yang lain. Sejatinya memang lembaga survei tersebut dibutuhkan untuk memberikan kita semacam penilaian kualitatif maupun kuantitatif terkait banyak hal yang menjadi indikator tema atau topik apa yang akan disurvei. Hasil survei tersebut memang bisa bermanfaat untuk dijadikan dasar pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah atau kebijakan tertentu. Apalagi jika dikaitkan dengan kepentingan suksesi kepemimpinan.

Pram mengingatkan. Masyarakat diharapkan harus hati-hati dan lebih cerdas untuk menelaah motif dan kepentingan lembaga survei tersebut.

Pram menilai kebanyakan lembaga survei saat ini sudah tidak independen lagi, tetapi telah menjadi bagian dari tim kampanye kekuatan politik tertentu. Walaupun Pram tidak menyebut lembaga survei tertentu, namun Pram tegas menyatakan bahwa dengan posisi yang tidak independen tersebut, kita dengan mudah bisa mengetahui kebenaran dan akurasi hasil survei dari suatu lembaga survei. Jika lembaga survei menjadi bagian dari tim kampanye seseorang, tentunya kredibilitas dari lembaga survei tersebut tidak perlu diapresiasi.

Para politisi dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang obyek hasil survei tersebut juga tidak perlu memberikan respek terlalu tinggi terhadap hasil survei yang dilakukannya.

Ekstremnya, Pram menganggap hasil survei tersebut sebagai lucu- lucuan saja, tidak perlu disikapi secara serius.

Mengapa Pram begitu sangat concern terhadap trend banyaknya lembaga survei yang saat ini menunjukkan eksistensinya dimata publik dengan cara merilis tema-tema krusial dan bersifat politis, dikarenakan ia melihat ada upaya sistematis untuk melakukan penggiringan opini yang menginginkan adanya semacam efek samping, karena masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya.

Misalnya, melalui hasil survei yang dilakukan enam lembaga survei, tentang calon presiden di tahun 2014, menurutnya seolah- olah publik masih percaya kepada salah seorang calon presiden bahwa figur tersebut adalah satrio piningit yang akan muncul pada 2014. Padahal 2014 itu kan masih jauh, tapi upaya tersebut tidak salah, sah-sah saja

Penggiringan opini publik melalui lembaga survei ini, tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di negara-negara yang sistem demokrasinya sudah maju.

Pram melihat dengan jujur dan melakukan pengamatan secara hati-hati, bahwa bertubi-tubinya beberapa lembaga survei sekarang ini merilis hasil survei tentang masalah kepemimpinan di 2014 mendatang, sejatinya menunjukkan lembaga survei tersebut sebenarnya telah menjadi bagian dari tim kampanye pihak tertentu.

Kalau lembaga survei sudah menjadi bagian dari tim kampanye seseorang, tentunya kredibilitas lembaga survei itu tidak perlu dihormati terlalu tinggi. Karena melalui survei itu diharapkan ada penggiringan opini terutama kepada para calon pemilih yang belum menentukan pilihan.

Karena mereka tahu swing voters itu yang tinggi sehingga yang namanya bandwagon efect atau efek pengaruh dari seseorang yang dianggap punya kecenderungan untuk menang dan itupun diciptakan dan itu terjadi. Meski di negara-negara yang demokrasinya sudah maju juga ada yang upaya mempengaruhi publik.

Namun demikian Pram belum melihat bahwa survei yang benar- benar dilakukan bertujuan untuk gampang mengetahui gambaran yang sebenarnya. Sebab melakukan survei tidaklah murah. Dan untuk melakukan survei kan harus ada bohir-nya. Jadi tergantung bohirnya, tergantung pemesannya.

Menurut Pram apapun hasil survei yang menyangkut Capres di tahun 2014, pada akhirnya semua diputuskan oleh partai politik masing-masing. Apalagi menyangkut isu dikotomi tua – muda. Bagi Pram hal tersebut hanyalah bumbunya demokrasi.

Bahwa dalam demokrasi, semua orang memiliki hak yang sama untuk bicara. Termasuk katanya, soal calon presiden (Capres) yang paling ideal. Namun demikian, urusan siapa yang akan Bahwa dalam demokrasi, semua orang memiliki hak yang sama untuk bicara. Termasuk katanya, soal calon presiden (Capres) yang paling ideal. Namun demikian, urusan siapa yang akan

Hal yang sama juga berlaku untuk partai lain. Apabila Partai Golkar ingin mencalonkan Aburizal Bakrie atau Partai Gerindra ingin mencalonkan Prabowo Subianto, itu adalah keputusan partai (masing-masing) dan tak ada yang boleh melarang.

Bersama Wimar Witular dalam wawancara ekslusif di acara Perspektif Wimar