Soal Kinerja Pemerintahan : Kepuasan Rakyat yang Turun Harus Jadi Warning Bagi Presiden Yudhoyomo

Soal Kinerja Pemerintahan : Kepuasan Rakyat yang Turun Harus Jadi Warning Bagi Presiden Yudhoyomo

Sejak 2 tahun pertama SBY – Boediono memimpin pemerintahan, berbagai persoalan bangsa, dari masalah hukum, ekonomi, politik

hingga masalah sosial kerap menghiasi hari-hari kehidupan rakyat. Karena berbagai faktor, masalah tersebut kebanyakan tidak berhasil menemukan jalan keluarnya bagi rakyat. Sehingga rakyat menjadi kecewa atas kinerja SBY-Budiono.

Dampak dari kekecewaan tersebut, kemudian dimanifestasikan kedalam survei untuk menilai persepi publik atas kinerja pemerintahan. Berbagai lembaga survei pun memonitoring, sejauhmana indeks persepsi publik

terhadap kinerja pemerintahan SBY – Boediono tersebut. Dan ibarat koor paduan suara, beberapa lembaga survei merilis kesimpulan yang hampir sama. Yakni ternyata kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan SBY-Boediono menurun tajam.

Bahkan salah satu Lembaga survei yakni LSI, merilis Tingkat kepuasan rakyat terhadap kinerja Presiden SBY menurun hingga

17 persen. Hal ini disebabkan Presiden Yudhoyono tidak bekerja sesuai harapan. Presiden Yudhoyono dianggap gagal mengelola perekonomian, menegakkan supremasi hukum, menguatkan kekuatan diplomasi luar negeri, dan menegakkan demokrasi.

Hasil survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI) mencatat dari 1.200 responden, kepuasan rakyat terhadap Yudhoyono menyentuh angka 46,2 persen. Padahal, dua tahun lalu, kepuasan publik mampu menyentuh angka 63,1 persen. Pada 2010 lalu, angka kepuasan publik mencapai 60,7 persen.

Secara umum menurunnya kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY – Boediono disebabkan karena SBY tidak bekerja sesuai harapan rakyat. Bahkan lebih eksrem lagi kemungkinan menurunnya kepuasan masyarakat karena rakyat Secara umum menurunnya kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY – Boediono disebabkan karena SBY tidak bekerja sesuai harapan rakyat. Bahkan lebih eksrem lagi kemungkinan menurunnya kepuasan masyarakat karena rakyat

Selain itu, menurunnya kepuasan rakyat terhadap pemerintahan SBY – Boediono disebabkan karena diplomasi luar negeri yang dinilai tak 'bergigi', karena belum sepenuhnya mampu melindungi warganya yang bekerja di luar negeri. Kasus penyiksaan dan hukuman mati TKI di luar negeri serta sengketa perbatasan di Camar Bulan dan Tanjung Datu semakin memerahkan rapor pemerintahan SBY, karena dinilai tak mampu menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Presiden Yudhoyono juga semakin menjadi sorotan publik ketika mencuatnya isu gubernur lebih baik dipilih oleh DPRD. Hal ini semakin menguatkan SBY mengabaikan demokrasi. Hanya 38,4 persen responden yang puas dengan kinerja politik SBY. Selebihnya, responden tak puas.

Merosotnya kepuasan masyarakat mengakibatkan penyokong utama Yudhoyono juga beralih ke parpol lain. Tingkat dukungan atas Demokrat terjun bebas. Januari 2010 Demokrat meraup dukungan hingga 32,6 persen. Kini dukungan terhadap Demokrat hanya mencapai 16,2 persen.

Hanya dalam kurun waktu lebih dari setahun, dukungan terhadap Demokrat jatuh hingga 16 persen. Merosotnya dukungan disebabkan kasus penyelewengan dana pembangunan Wisma Atlet yang dilakukan oleh Mantan Bendahara Demokrat, Nazaruddin, kasus surat palsu MK yang melibatkan kadernya Andi Nurpati.

Ditambah lagi, SBY tak memiliki wakil yang cepat. Boediono dianggap tak menjadi gas yang mempercepat kinerja kabinet. Hal tersebut berbeda ketika wapres SBY masih dipegang M Yusuf Kalla. Kalla berhasil menciptakan reputasi SBY dengan kinerjanya yang cepat.

Kasus-kasus dugaan korupsi di kementerian juga mencoreng citra SBY, seperti kasus Sesmenpora, dan kasus penyelewengan dana program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Tertinggal (PPIDT) Kemenakertrans.

Menyikapi berbagai hasil lembaga survei yang merilis indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja SBY – Boediono, Pramono Anung angkat bicara.

Menurut Pram, banyaknya permasalahan yang tidak terselesaikan memicu rendahnya kepuasan rakyat terhadap presiden. Hal ini sebenarnya menjadi warning bagi pemerintahan SBY dan Boediono.

Ini survei terendah ketika pemerintah tidak menaikkan harga apa- apa. Pada tahun 2008 pemerintah menaikkan BBM dan kepuasan rakyat turun. Sekarang ini ada anomali menyangkut penurunan kepercayaan publik sehingga kepuasannya turun hingga 47 persen.

Oleh karena itu, terkait dengan semakin menurunnya kepercayaan masyarakat, pemerintah harus melakukan terobosan besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, jika ingin memperbaiki kepercayaan masyarakat. Bukan dengan membentuk Satgas setiap menyelesaikan persoalan. Sebab memperbaiki kinerja tidak cukup menyelesaikan masalah dengan satgas.

Justru keberadaan satgas yang dibentuk oleh SBY selama ini tugas dan fungsinya tidak jelas dan tidak memiliki parameter serta mengakibatkan problem birokrasi, koordinasi dan pertanggung jawabannya. Dengan kata lain, keberadaan Satgas justru Terlalu overload dan akhirnya menjadi kontraproduktif bagi pemerintah SBY itu sendiri.

Selain itu, Pramono Anung juga menilai bahwa merosotnya kepercayaan publik terhadap presiden SBY salah satunya juga diakibatkan ulah orang dekat SBY sendiri, baik di kabinet maupun di luar kabinet (dipartai).

Sebenarnya Pram juga menilai bahwa dari segi kinerja pemerintahan, Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II terbilang relatif cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya perekonomian dengan baik dan stabilnya situasi politik saat ini. Landasan dari pemerintahan SBY ini harus diakui adalah popularitas. Sekarang itu tergerogoti oleh pembantu-pembantu terdekatnya. Karena digerogoti seperti itu, maka kepuasan publik penurunannya sangat tajam. Pram tidak bisa membayangkan Presiden dengan kemenangan lebih dari 60% sekarang pada posisi 37,7%, kalau hasil survei itu betul.

Meski begitu, Pram menganggap hal itu seharusnya tidak perlu dikhawatirkan karena setelah 2014 mendatang SBY sudah tidak lagi maju sebagai presiden maupun wakil presiden. Sehingga survei itu hendaknya dijadikan sebagai acuan saja untuk memperbaiki kinerja pemerintahan saat ini. Kalau memang ada menteri-menteri yang tidak mampu dan tidak produktif, lakukan saja evaluasi untuk reshuffle.

Juru Bicara dari Fraksi PDI Perjuangan Irvansyah, S.IP Menyerahkan Pandangan Fraksi Kepada Ketua Rapat Paripurna yang dipimpin wakil Ketua DPR RI Pramono Anung. F-PDIP Menyetujui RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang menjadi Usul Inisiatif DPR RI. foto:doeh/parle/DS. Dok : DPR. RI