Koordinasi Rantai Pasok Kopi Organik
Peningkatan kualitas dan kuantitas produk akan ditetapkan pada angka 5 untuk perhitungan model RS terhadap petani. Dari tahapan ini akan dilihat berapa
kemungkinan peningkatan profit pelaku rantai pasok terutama koperasi. analisa akan dihubungkan langsung terhadap koperasi sebagai pihak yang akan
mendistribusikan profit sebagai konsekuensi model RS. Hasil pemodelan RS terhadap petani pada tahapan sebelumnya merupakan evaluasi terhadap kinerja
pada periode sebelumnya. Dalam analisis ini diasumsikan model RS sudah diterapkan dengan penetapan harga yang adil. Mekanisme analisis sensitivitas
model dimulai dari pengukuran kinerja petani dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pasokan 5 sebagaimana dapat dapat dilihat pada Tabel 28.
Peningkatan kinerja melalui atribut kualitas dan kuantitas di asumsikan terhadap pelaku tingkatan petani yang pada pengukuran sebelumnya teridentifikasi tidak
efisien. nilai atribut kualitas dan kuantitas untuk petani dengan nilai efisiensi sama dengan satu pada pengukuran sebelumnya akan bernilai tetap.
Tabel 28 Analisis sensitivitas peningkatan kualitas dan kuantitas pasokan 5 terhadap perhitungan efisiensi petani
DMU Nilai atribut awal
Nilai setelah terjadi peningkatan atribut
Efisiensi awal
pelaku petani
Efisiensi pelaku
petani setelah
simulasi Kualitas
Kuantitas Kualitas
Kuantitas Petani 1
21,00 720
22,05 756,00
0,81 0,85
Petani 2 10,00
1.730 10,00
1.730,00 1,00
1,00 Petani 3
21,00 870
22,05 913,50
0,80 0,77
Petani 4 14,00
200 14,70
210,00 0,52
0,55 Petani 5
11,00 470
11,55 493,50
0,58 0,58
Petani 6 12,00
950 12,60
997,50 0,55
0,57 Petani 7
13,00 500
13,65 525,00
0,58 0,58
Petani 8 15,00
1.700 15,00
1.700,00 1,00
1,00 Petani 9
8,10 1.200
8,51 1.260,00
0,75 0,76
Petani 10 8,80
1.100 9,24
1.155,00 0,75
0,75 Petani 11
8,00 1.650
8,00 1.650,00
1,00 0,99
Petani 12 9,00
800 9,45
840,00 0,64
0,64 Petani 13
8,90 810
9,35 850,50
0,50 0,50
Petani 14 8,60
840 9,03
882,00 0,50
0,50 Petani 15
8,50 450
8,925 472,50
0,50 0,50
Petani 16 7,20
470 7,56
493,50 0,50
0,50 Petani 17
14,00 750
14,70 787,50
0,78 0,78
Tabel 28 Analisis sensitivitas peningkatan kualitas dan kuantitas pasokan 5 terhadap perhitungan efisiensi petani lanjutan
DMU nilai atribut awal
nilai setelah terjadi peningkatan atribut
Efisiensi awal
pelaku petani
Efisiensi pelaku
petani setelah
simulasi Kualitas
Kuantitas Kualitas
Kuantitas Petani 18
16 720
16,80 756
0,72 0,72
Petani 19 19
1.200 19,00
1.200 1,00
0,81 Petani 20
29 1.950
29,00 1.950
1,00 1,00
Sumber : Data primer 2012 Dari Tabel 28 terlihat jelas pergeseseran pelaku petani yang teridentifikasi
efisien, yaitu dari pelaku petani ke 2, 8, 11, 19 dan 20 menjadi pelaku ke 2, 8 dan 3. Hal ini berdampak terhadap pergeseran nilai efisiensi pelaku yang tidak efisien
sehingga perolehan harga pada model RS juga ikut berubah. Pergeseran nilai efisiensi itu dapat dilihat pada pelaku ke 3, 11, 13, 14, 15, 19 yang mengalami
penurunan nilai efisiensi. Sebaliknya pelaku 1, 4, , 6, 9 mengalami peningkatan nilai efisiensi sehingga profit yang didapatkan juga meningkat. Mekanisme
pengukuran kinerja inilah yang akan menciptakan kompetisi antar pelaku dalam memperoleh nilai profit yang diinginkan. Peningkatan profit pelaku rantai pasok
bisa juga diperoleh melalui peningkatan harga jual produk kopi organik di tingkat koperasi finish good. Peningkatan nilai harga finish good F
y
pada koperasi akan meningkatkan nilai harga pada fungsi isenstif dan pembayaran tetatp
sehingga profit pelaku rantai pasok juga ikut meningkat. Peningkatan total profit dan loss profit koperasi melalui analisis sensitivitas model RS dapat dilihat pada
Tabel 29 Tabel 29 Peningkatan profit koperasi melalui mekanisme model distribusi risiko
Harga pembelian awal
Rp harga pembelian
setelah simulasi Rp
Selisih Rp
Pengurangan Loss profit
koperasi Rp Total
peningkatan profit koperasi
Rp 66.646,07
68138,37 -1492,30 4294,73
2.638.8747,95 73.600,00
73.600,00 0,00
- -
66.060,85 65.181,94
878,91 -
- 55.932,10
56.888,70 -956,61
- -
57.966,43 57.966,40
0,04 -
- 57.193,33
57.883,57 -690,24
- -
Tabel 29 Peningkatan profit koperasi melalui mekanisme model distribusi risiko lanjutan
Harga pembelian awal
Rp Harga
Pembelian setelah simulasi
Rp Selisih
Rp Pengurangan Loss
profit koperasi Rp
Total peningkatan
profit koperasi Rp
58.266,67 58.266,67
0,00 -
- 73.600,00
73,60 0,00
- -
64.400,00 64.739,82
-339,82 -
- 64.400,00
64.402,79 -2,79
- -
73.600,00 73.598,88
1,12 -
- 60.355,02
60.355,02 0,00
- -
55.200,00 55.199,74
0,26 -
- 55.200,00
55.198,68 1,32
- -
55.376,92 55.376,92
0,00 -
- 55.102,65
55.102,58 0,07
- -
65.550,00 65,55
0,00 -
- 63.296,00
63,30 0,00
- -
73.600,00 66.705,24 6.894,77
- -
73.600,00 73,60
0,00 -
-
Sumber : Data primer 2012 Dari rincian data pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa dari poses pembayaran yang
dilakukan oleh koperasi terhadap kopi organik kepada petani terjadi pengurangan loss
profit profit sebesar Rp 4294,73 untuk setiap kg gabah kopi. Pengurangan ini didapatkan karena model RS telah berhasil memberikan fungsi pembayaran
koperasi terhadap pelaku rantai pasok berdasarkan spesifik risiko masing-masing pelaku. Model pendekatan DEA bekerja dengan baik dalam mengakomodir
formulasi penentuan risiko spesifik pelaku rantai pasok sehingga tingkat loss profit
pada koperasi bisa dihindari. Dari analisis sensitivitas model RS diketahui, jika peningkatan nilai atribut
kuantitas dan kualitas produk sebesar 5 maka koperasi mengalami peningkatan total profit sebesar Rp 26.388.747,95. Nilai peningkatan merupakan justifikasi
dari 20 sampel pelaku rantai pasok pada 3 sphere yang ada. Peningkatan total profit koperasi sebesar Rp 26.388.747,95 merupakan nilai total peningkatan profit
koperasi ketika diakumulasikan dengan selisih marjin pembayaran total koperasi dari total pasokan yang diberikan petani. Dalam mekanisme ini secara implisit
juga telah diperhitungkan fungsi pembayaran spesifik terhadap bobot risiko yang ditanggung masing-masing pelaku.
Kesimpulannya, Model RS bisa memberikan posisi tawar yang lebih baik dari model sebelumnya terhadap pelaku yang akan mendistribusikan profit akibat
penerapan mekanisme. Proses perbaikan yang menjadi pertimbangan disini ditinjau dari tolak ukur ouput model sebelumnya yang hanya terfokus kepada
keberlanjutan rantai pasok. Perbaikan yang diberikan antara lain : 1. Model telah berhasil meminimalisir kehilangan profit di tingkat distributor
koperasi akibat fungssi pembayaran yang bersifat generik terhadap semua pelaku. Melalui mekanisme pembayaran berdasarkan risiko spesifik pelaku
ditambah dengan proses benchmarking DEA semakin memperjelas alur perbaikan yang diberikan terhadap fungsi pembayaran di tingkat distributor.
Implikasinya secara langsung akan berpengaruh terhadap aplikasi model RS karena distributor juga menerima keuntungan akibat konsekuensi model
yang mewajibkan distributor harus berbagi profit. 2. Model telah berhasil meningkatkan profit koperasi sebagai distributor ketika
kuantitas pasokan meningkat. Hasil ini diperoleh karena prinsip mekanisme benchmarking
DEA dalam model RS sehingga walaupun kuantitas pasokan meningkat akan tetapi nilai pembayaran optimal yang akan diterima pelaku
akan selalu sama. Perbedaan terhadap profit pelaku terjadi akibat perubahan efisiensi ketika nilai atribut juga berubah. Akan tetapi nilai harga jual
optimal yang bisa diberikan akan selalu sama. 3. Model RS akan memberikan peningkatan profit secara explisit terhadap
pelaku rantai pasok di bagian hulu ketika terjadi peningkatan kualitas produk sehingga harga di tingkat koperasi F
y
juga ikut meningkat. Model RS bisa lebih detail memberikan nilai kuantitatif peningkatan pelaku rantai
pasok di bagian hulu ketika penelitian bisa menyentuh sampai ke level importir. Kesulitan dalam studi ini karena posisi importir yang berada di luar negri
sehingga jangkauan analisis penelitian tidak bisa diberikan sampai ke level pelaku importir. Walaupun secara implisit peningkatan nilai F
y
akan terjadi seiring peningkatan kualitas pasokan dari petani tetapi nilai kuantitatifnya belum bisa
dipetakan dengan baik.
Perbaikan model juga diikuti oleh beberapa kajian lebih lanjut yang perlu dipertimbangkan sebelum diimplementaikan ke lapangan. Diantara beberapa
kelemahan model yang perlu ditelaah lebih lanjut adalah : 1. Model belum bisa mendeskripsikan dengan jelas seberapa besar
peningkatan profit di sisi pelaku petani, prosesor dan kolektor sebagai bagian jaringan rantai pasok akibat peningkatan kualitas pasokan produk.
Kajian ini diperlukan berkaitan dengan salah satu indikasi harga yang berlaku dikoperasi pada saat ini masih bisa ditingkatkan jika kualitas
standar oganik produk diperbaiki lagi. Perbaikan harga di tingkat koperasi pasti akan mempengaruhi harga jual di tingkat pelaku upstream rantai
pasok. 2. Model RS belum bisa menjelaskan dengan lebih jelas siklus periode
penilaian efisiensi pelaku rantai pasok. 3. Model RS belum bisa mendeskripsikan model kuantitatif untuk analisis
kelembagaan yang akan menyertai proses implementai model. Mekanisme tranparansi harga juga menjadi salah satu indikator yang harus
dikaji ketika akan mengaplikasikan model RS dalam penelitian ini. Koordinasi rantai pasok telah diberikan sebagai panduan yang jelas dalam melakukan proses
tranparansi harga. Struktur kontrak dalam penelitian ini diberikan dalam bentuk model kuantitatif sehingga bisa menjadi parameter acuan yang jelas dalam
merancang model atau mekanisme tranparansi harga dari distributor koperasi ke level Upstream rantai pasok. Permasalahan ini akan menjadi fokus riset
selanjutnya dalam memperbaiki model RS yang diusulkan dalam penelitian ini.