Konsekuensi risiko, dalam studi ini risiko kopi organik pada semua

5.1.6.Jumlah Pasokan Jumlah pasokan pelaku rantai pasok diukur secara kuantitatif selama satu tahun periode pengiriman dari pelaku rantai pasok Tabel 20 Tabel 20 Rekapitulasi jumlah pasokan pelaku rantai pasok. DMU Petani kgthn Prosesor kgthn Kolektor kgthn 1 720 17.000 1.364,27 2 1.730 18.000 1.412,11 3 870 19.200 1.213,85 4 200 20.000 1.222,47 5 470 9.000 1.424,40 6 950 16.000 - 7 500 15.200 - 8 1.700 14.800 - 9 1.200 32.000 - 10 1.100 19.000 - 11 1.650 36.000 - 12 800 44.000 - 13 810 28.000 - 14 840 20.800 - 15 450 26.400 - 16 470 31.200 - 17 750 26.200 - 18 720 28.600 - 19 1.200 24.600 - 20 1.950 30.200 - Sumber : Data primer 2012 dikonversi kedalam kopi green bean

5.2. Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Dengan Pendekatan Data

Envelopment Analysis DEA Pengukuran kinerja pelaku rantai pasok dilakukan terhadap tiga mitra tani yang menjadi pelaku di dalam struktur rantai pasok yaitu : petani, prosesor, dan kolektor. Pemilihan pelaku rantai pasok berdasarkan data petani, prosesor dan kolektor yang bernaung di bawah lembaga koperasi Baburrayyan. Pengukuran kinerja dilakukan pada satu tahun terakhir atribut pengukuran DEA pada setiap tingkatan pelaku rantai pasok. Pengukuran efisiensi pelaku rantai pasok dengan pendekatan DEA dilakukan dengan bantuan solver excel 2007 Ragsdale 2008. Data yang dimasukkan ke dalam solver merupakan variabel atribut input dan output DEA yang telah dilakukan perhitungan nilai kuantitatifnya selama setahun terakhir.

5.2.1. Kinerja Pelaku Tingkat Petani

Perhitungan kinerja petani melibatkan 20 sampel yang terdapat di tujuh kecamatan berbeda. Dari hasil pengukuran efisiensi pelaku ternyata terdapat lima sampel petani yang mempunyai kinerja yang paling baik diantara 15 pelaku DMU lainnya Tabel 21. Dari hasil perhitungan terlihat jelas kalau fluktuasi nilai efisiensi petani sangat tinggi. Artinya, kinerja antara satu pelaku dengan pelaku lainnya sangat jauh berbeda. Nilai fluktuasi kinerja pelaku mulai dari rentang terendah yaitu sampel petani ke 16 dengan nilai efisiensi 49,74 sampai dengan lima petani lainnya dengan nilai efisiensi 100 . Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa kualitas produk organik tingkat petani sangat bervariasi dengan mutu jauh di bawah standar yang ditetapkan. Produktifitas petani juga sangat rendah akibat penetapan harga jual yang tidak berimbang. Distribusi profit yang tidak seimbang dengan risiko yang ditanggung mengakibatkan kinerja petani sangat rendah dalam memenuhi tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pasokan. Fluktuasi kinerja petani yang tinggi juga berakibat kepada penggelembungan risiko di tingkat pelaku akhir yaitu koperasi.