Biaya Total Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok

output DEA yang telah dilakukan perhitungan nilai kuantitatifnya selama setahun terakhir.

5.2.1. Kinerja Pelaku Tingkat Petani

Perhitungan kinerja petani melibatkan 20 sampel yang terdapat di tujuh kecamatan berbeda. Dari hasil pengukuran efisiensi pelaku ternyata terdapat lima sampel petani yang mempunyai kinerja yang paling baik diantara 15 pelaku DMU lainnya Tabel 21. Dari hasil perhitungan terlihat jelas kalau fluktuasi nilai efisiensi petani sangat tinggi. Artinya, kinerja antara satu pelaku dengan pelaku lainnya sangat jauh berbeda. Nilai fluktuasi kinerja pelaku mulai dari rentang terendah yaitu sampel petani ke 16 dengan nilai efisiensi 49,74 sampai dengan lima petani lainnya dengan nilai efisiensi 100 . Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa kualitas produk organik tingkat petani sangat bervariasi dengan mutu jauh di bawah standar yang ditetapkan. Produktifitas petani juga sangat rendah akibat penetapan harga jual yang tidak berimbang. Distribusi profit yang tidak seimbang dengan risiko yang ditanggung mengakibatkan kinerja petani sangat rendah dalam memenuhi tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pasokan. Fluktuasi kinerja petani yang tinggi juga berakibat kepada penggelembungan risiko di tingkat pelaku akhir yaitu koperasi. Tabel 21 Hasil perhitungan efisiensi petani menggunakan pendekatan DEA Unit Output Input Bobot output Bobot input Selisih DEA efisiensi Kualitas Fulfill order Jumlah Pasokan thn RI Biaya Total Proses Rp Siklus Pemenuhan Pesanan jam Harga produk Rp petani 1 21,00 55,56 720 0,99 10.600.000,00 69,44 25.000 0,45 0,56 -0,11 0,81 petani 2 10,00 61,79 1730 0,99 10.410.000,00 30,89 26.000 0,76 0,77 0,00 1,00 petani 3 21,00 54,38 870 0,99 10.460.000,00 54,38 25.500 0,49 0,68 -0,19 0,80 petani 4 14,00 37,04 200 0,99 10.560.000,00 148,15 26.000 0,23 0,72 -0,50 0,52 petani 5 11,00 53,41 470 0,99 10.560.000,00 106,82 26.000 0,37 0,72 -0,35 0,58 petani 6 12,00 49,48 950 0,99 10.560.000,00 49,48 25.000 0,49 0,57 -0,08 0,55 petani 7 13,00 50,00 500 0,99 107.60.000,00 100,00 24.000 0,37 0,37 0,00 0,58 petani 8 15,00 42,50 1700 0,99 10.410.000,00 21,25 27.000 0,67 0,91 -0,24 1,00 petani 9 8,10 34,48 1200 0,99 102.93.333,33,00 22,99 26.000 0,49 0,80 -0,31 0,75 petani 10 8,80 31,43 1100 0,99 10.226.666,67 20,95 27.000 0,45 0,97 -0,52 0,75 petani 11 8,00 55,74 1650 0,99 10.360.000,00 27,87 26.000 0,72 0,78 -0,07 1,00 petani 12 9,00 62,50 800 0,99 10.360.000,00 62,50 28.000 0,51 1,07 -0,57 0,64 petani 13 8,90 45,00 810 0,99 10.360.000,00 45,00 28.000 0,43 1,07 -0,64 0,50 petani 14 8,60 46,66 840 0,99 10.360.000,00 46,67 28.000 0,45 1,07 -0,63 0,50 petani 15 8,50 46,88 450 0,99 10.560.000,00 93,75 26.000 0,34 0,72 -0,38 0,51 petani 16 7,20 47,96 470 0,99 10.560.000,00 95,92 27.000 0,35 0,87 -0,52 0,50 petani 17 14,00 78,13 750 0,99 11.560.000,00 156,25 29.000 0,57 0,87 -0,30 0,78 petani 18 16,00 72,00 720 0,99 11.360.000,00 144,00 29.000 0,53 0,92 -0,40 0,72 petani 19 19,00 38,46 1200 0,99 10.960.000,00 38,46 29.000 0,51 1,04 -0,53 1,00 petani 20 29,00 100,00 1950 0,99 10.610.000,00 50,00 28.000 1,00 1,00 0,00 1,00 Sumber : Data primer 2012 68 5.2.2.Kinerja Pelaku Tingkat Prosesor Pengukuran kinerja pelaku tingkat prosesor melibatkan 20 sampel pelaku yang yang berhubungan langsung dengan kolektor. Dari hasil perhitungan efisiensi menggunakan pendekatan DEA, dari 20 sampel pelaku ternyata tujuh diantara pelaku tingkat prosesor dinyatakan efisien. Sementara 13 pelaku lainnya belum mampu menyamakan kinerja dengan pelaku yang sudah mencapai nilai efisiensi 100 . Akan tetapi selisih kinerja pelaku yang tidak efisien tidak terlalu besar sehingga fluktuasi nilai efisiensi pelaku yang tidak efisien tidak begitu besar. Dari data nilai efisiensi prosesor pada Tabel 22 bisa disimpulkan bahwa kemampuan prosesor dalam memenuhi kuantitas pasokan hampir sama. Begitu juga dengan keseragaman mutu pasokan prosesor tidak terlalu bervariasi. Indikasi ini disebabkan karena fungsi prosesor yang hanya bersifat sebagai perantara distribusi pasokan petani ke kolektor, sehingga tidak ada indikator yang menyebabkan ketidakseragaman atribut yang menyebabkan perbedaan efisiensi. Perbedaan nilai efisiensi disebabkan karena kinerja yang berbeda dari setiap pelaku sehingga nilai efisiensi pelaku sedikit berbeda antara satu pelaku dengan yang lainnya. Perbedaan nilai efisiensi yang cukup tinggi pada sampel pelaku ke 14 yaitu 0,63 karena penggunaan variabel input total biaya proses sebesar 3.040.000.- tidak diiringi dengan peningkatan nilai variabel output jumlah pasokan yaitu sebesar 20.800 kg. Sehingga, jika dibandingkan dengan pelaku prosesor lain dengan penggunaan input yang relatif sama nilai output pelaku ke 14 jauh lebih kecil. Persentase pemenuhan pesanan sampel prosesor ke 14 dengan nilai 52.94 juga tidak seimbang dengan penggunaan input total biaya proses yang tinggi. Sebagai perbandingan sampel prosesor ke 16 dengan penggunaan variabel input total biaya proses yang relatif hampir sama yaitu 3.120.000,- mampu memenuhi total pesanan sebesar 79,40 . Mekanisme proses benchmarking seperti inilah yang menentukan tingkat efisiensi suatu DMU. Kesimpulan yang didapat dari hasil pengukuran efisiensi ini tingkat kinerja prosesor satu dengan yang lain relatif hampir sama terkecuali untk sampel prosesor ke 5 dan 14. Nilai bobot risiko tingkatan pelaku rantai pasok tingkat prosesor yang sangat kecil yaitu 0,03 terbukti selaras dengan capaian nilai efiiensi yang relatif sama. 5.2.3.Kinerja Pelaku Tingkat Kolektor Pemilihan sampel kolektor diselaraskan dengan jalur distribusi pasokan di dalam satu wilayah sehingga penetapan jumlah sampel kolektor yang akan menjadi unit pengukuran dibatasi dalam lingkup sampel petani dan prosesor sebelumnya. Dari lima unit sampel tingkat kolektor, tiga diantaranya teridentifikasi efisien sedangkan dua lainnya tidak efisien. Fluktuasi nilai efisiensi di tingkat kolektor yang tidak terlalu tinggi sebanding dengan bobot risiko pelaku di dalam struktur rantai pasok sebesar 0,098. Indikasi ini menyebabkan tingkat keseragaman mutu dan kuantitas pasokan antara satu kolektor dengan kolektor yang lainnya relatif sama. Hipotesa faktor penggelembungan dari petani terbukti pada pengukuran efisiensi tingkat kolektor. Rendahnya kualitas dan jumlah pasokan dari petani berdampak terhadap hampir pada semua kolektor sehingga nilai fluktuasi efisiensi relatif kecil. Tingkat penggelembungan risiko kualitas dan kuantitas pasokan semakin besar pada tingkatan prosesor sehingga kinerja kolektor relatif hampir sama. Kesimpulannya semakin besar tingkat penggelembungan risiko dari pelaku bagian hulu upstream maka peningkatan kinerja pelaku berikutnya dalam sphere rantai pasok semakin sulit dilakukan. Kualitas dan kuantitas pasokan yang rendah dari petani tidak dapat diperbaiki secara signifikan oleh pelaku tingkatan kolektor di dalam struktur rantai pasok kopi organik. Tabel 23 memberikan rincian lengkap nilai efisiensi pelaku rantai pasok tingkatan kolektor. Tabel 22 Hasil perhitungan efisiensi prosesor menggunakan pendekatan DEA Unit Output Input Bobot output Bobot input Selisih DEA efisiensi Kualitas Fulfill order Jumlah pasokan thn RI Biaya Total proses Rp Siklus pemenuhan pesanan hari Harga produk Rp Prosesor 1 30,00 73,02 17.000 0,02 2.000.000 3 25.500 0,68 0,84 -0,16 0,97 Prosesor 2 14,48 77,32 18.000 0,02 2.160.000 3 26.500 0,72 0,89 -0,16 0,83 Prosesor 3 20,22 82,47 19.200 0,02 1.920.000 3 26.000 0,77 0,85 -0,08 0,94 Prosesor 4 15,14 85,91 20.000 0,02 2.000.000 3 26.500 0,80 0,87 -0,07 0,94 Prosesor 5 16,54 52,45 9.000 0,02 1.300.000 5 26.500 0,45 0,79 -0,34 0,69 Prosesor 6 17,00 93,24 16.000 0,02 1.600.000 4 25.500 0,80 0,80 0,00 1,00 Prosesor 7 29,47 88,58 15.200 0,02 1.520.000 4 24.500 0,76 0,77 -0,01 1,00 Prosesor 8 18,07 86,25 14.800 0,02 1.680.000 4 27.500 0,74 0,86 -0,12 0,93 Prosesor 9 19,88 71,43 32.000 0,02 3.200.000 2 26.500 0,86 0,99 -0,14 0,95 Prosesor 10 14,05 42,41 19.000 0,02 2.000.000 3 27.500 0,51 0,89 -0,38 0,84 Prosesor 11 13,79 80,36 36.000 0,02 3.600.000 3 26.500 0,96 1,04 -0,08 0,98 Prosesor 12 14,24 98,21 44.000 0,02 4.400.000 1 28.500 1,18 1,18 0,00 1,00 Prosesor 13 14,03 71,25 28.000 0,02 2.800.000 2 28.500 0,81 1,00 -0,20 0,91 Prosesor 14 13,74 52,93 20.800 0,02 3.040.000 2 28.500 0,60 1,03 -0,43 0,63 Prosesor 15 13,55 67,18 26.400 0,02 2.640.000 2 26.500 0,76 0,94 -0,18 0,91 Prosesor 16 13,47 79,40 31.200 0,02 3.120.000 2 27.500 0,90 1,014 -0,12 0,94 Prosesor 17 17,55 84,28 26.200 0,02 2.320.000 3 29.700 0,87 0,98 -0,11 1,00 Prosesor 18 13,27 91,99 28.600 0,02 2.560.000 2 29.700 0,95 1,01 -0,06 1,00 Prosesor 19 13,27 79,13 24.600 0,02 2.160.000 3 29.700 0,82 0,96 -0,15 1,00 Prosesor 20 35,12 97.14 30.200 0,02 2.720.000 3 29.700 0,82 0,96 -0,15 1,00 Sumber : Data primer 2012 71 Tabel 23 Hasil perhitungan efisiensi prosesor menggunakan pendekatan DEA Unit Output Input Bobot output Bobot input Selisih DEA efisiensi Kualitas Fulfill order Jumlah pasokan thn RI Biaya Total proses Rp Siklus pemenuhan pesanan hari Harga produk Rp Processor 1 40,38 86,77 1.364,28 0,43 21.781.433,30 4 47.000 0,73 0,75 -0,02 1,00 Processor 2 43,21 88,87 1.412,11 0,43 16.260.017,66 4 48.500 0,77 0,77 0,00 1,00 Processor 3 41,24 73,66 1.213,85 0,43 39.495.123 4 49.000 0,72 0,78 -0,06 0,92 Processor 4 42,11 73,80 1.222,47 0,43 34.530.422,70 4 50.000 0,73 0,79 -0,06 0,97 Processor 5 60,32 78,49 1.424,40 0,43 38.585.140,29 4 63.000 1,00 1,00 0,00 1,00 Sumber : Data primer 2012 Dari proses pengukuran kinerja psetiap pelaku rantai pasok menghasilkan kesimpulan yang sama dengan sub model analisis risiko bahwa mekanisme mitiasi melalui pendekatan model distribusi risiko risk sharing diperlukan dalam merancang rantai pasok yang memiliki kontinuitas pasokan serta profitabilitas. Sub model pengukuran kineja menggunakan pendekatan DEA selain berfungsi sebagai parameter penentu dalam sub model berikutnya yaitu distribusi risiko juga memberikan pembuktian yang kuat mengenai hubungan kinerja dengan bobot risiko. Faktor penggelembungan risiko menjadi indikasi nyata bahwa semakin besar risiko yang diterima dari pelaku bagian hulu rantai pasok maka, semakin sulit untuk melakukan peningkatan kinerja pelaku tingkatan rantai pasok dalam satu sphere rantai pasok.