tahunnya. Belum lagi kalau ditelaah lebih jauh, dari keseluruhan jumlah petani kopi organik yang ada di Aceh Tengah hanya sebagian yang mampu mencapai 50
total produktifitas ideal sementara sebagian lagi berada jauh dibawah standar tersebut. Permasalahan inilah yang menyebabkan petani kopi organik banyak
yang berpindah ke budidaya kopi secara konvensional dengan rata-rata produktifitas lahannya masih berada di batas ideal. Nilai variabel risiko yang
tinggi pada risiko pesanan jumlah pasokan kopi dari petani merupakan nilai implisit yang baru terlihat ketika berada di tingkat koperasi.
Oleh karena
itu diperlukan
diperlukan mekanisme
yang bisa
menyeimbangkan antara risiko yang ditanggung petani dengan profit yang diterimanya. Mekanisme yang mengatur tranparansi informasi harga jual di
tingkatan koperasi sebagai faktor penentu jumlah profit yang diterima petani juga sangat diperlukan.
4.2.2. Identifikasi Risiko Tingkat Prosesor
Pelaku tingkat prosesor tidak semuanya terlibat di dalam jaringan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Hanya untuk wilayah dengan jumlah petani
kopi organik yang besar keberadaan prosesor dibutuhkan oleh kolektor untuk
membantu proses pengumpulan kopi organik dari petani. Dari prosesor yang ada
hanya sedikit sekali yang mempunyai tenaga kerja untuk membantu usaha yang dilakukannya. Sehingga penelitian ini seperti yang telah diuraikan sebelumya
hanya mengambil sampel untuk wilayah dengan jaringan rantai pasok yang melibatkan prosesor sebagai salah satu pelaku rantai pasok. Peranan prosesor di
dalam rantai pasok hanya terbatas sebagai perantara sehingga konsentrasi risiko lebih terfokus kepada risiko harga dan risiko pasokan Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa pada tingkatan pelaku prosesor nilai bobot risiko yang paling tinggi berada pada risiko harga karena pendistribusian
profit yang tidak adil pada jaringan rantai pasok. Indikasi ini terlihat dari dominasi dan tingginya variabel risiko harga pada tingkat prosesor. Dominasi terlihat dari
variabel risiko harga bahan baku dengan persentase 90,82 sampai kepada variabel risiko kenaikan biaya tenaga kerja hampir 100 untuk prosesor yang
membutuhkan tenaga kerja dalam membantu pelaksanaan usahanya.
Tabel 9 Variabel risiko tingkat prosesor. Fakor risiko
Variabel risiko Peluang risiko
Variabel pasokan Kuantitas pasokan
72,45 Sumber air
0,00 Proses
Standarisasi organik perlakuan peralatan 75,51
Standarisasi proses 0,00
Standarisasi organik inventori 42,86
Permintaan Pemenuhan pesanan
89,80 Kelebihan pasokan ke downstream
0,00 Produk reject
2,04 Harga
Harga bahan baku 90,82
Harga jual produk 12,24
Kenaikan biaya tenaga kerja 100,00
Kenaikan biaya peralatan penunjang 98,98
Sumber : Data primer 2012
Perbandingan antara marjin keuntungan yang diperoleh dengan biaya operasional yang diperlukan untuk mobilisasi pengumpulan kopi dari petani
menjadi faktor penyebab risiko harga di tingkat prosesor menjadi sangat tinggi. Kondisi ini diperparah dengan jumlah pasokan yang tidak memadai dari petani
yang ditandai dengan persentase variabel risiko kuantitas pasokan yang tinggi yaitu 72,45 . Perolehan profit yang tidak seimbang dengan biaya operasional
menyebabkan kinerja prosesor menjadi sangat rendah. Kompleksitas permasalahan ini bermuara kepada penurunan profit koperasi yang juga ikut
dirasakan oleh pelaku di bawahnya Upstream. Untuk risiko kualitas poduk organik tidak begitu tinggi karena dalam prakteknya semua pasokan dari prosesor
kepada kolektor belum ada pemeriksaan standar kualitas organik produk. Sehingga hampir semua pasokan dari prosesor lolos dan diterima oleh kolektor.
Indikasi ini dapat dilihat dari variabel risiko produk reject yang sangat rendah yaitu 2,04 yang berarti peluang terjadinya risiko pengembalian produk dari
kolektor sangat rendah. Mekanisme pendistribusian harga yang adil berdasarkan risiko usaha yang ditanggung prosesor perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan
ini melalui mekanisme penetapan harga jual yang berimbang.