petani di dalam rantai pasok akan sebanding dengan nilai risiko pelaku tingkatan yaitu sebesar 48,2 . Risiko petani bisa saja diturunkan secara lebih tajam dengan
konsekuensi  persentase  penerimaan  profit  petani  dari  total  profit  pelaku  rantai pasok dikurangi. Implikasi lebih jauh harus dilakukan pengaturan ulang terhadap
mekanisme penentuan harga jual optimal dimana bisa diterapkan asumsi seberapa besar  nilai  risiko  yang  diinginkan  untuk  diterima  petani  di  dalam  rantai  pasok
WR
i
terhadap  nilai  Ex  =  k  untuk  penentuan  fixed  payment  Fyi  dan  insentif. Hipotesa ini akan berlaku sama untuk pelaku tingkatan prosesor dan kolektor.
6.7.   Rencana Implementasi Model
Model  RS  di  dalam  studi  ini  bertujuan  untuk  menjembatani  kesepakatan perpektif  model  antara  pelaku  bagian  hulu  rantai  pasok  dengan  koperasi  sebagai
distributor.  Hasil  dari  pemodelan  RS  yang  pernah  diusulkan  pada  penelitian sebelumnya menjadi sulit di implementasikan ke dalam desain rantai pasok karena
tidak ada keuntungan lebih yang didapat pelaku tingkat distributor. Konsep model RS  sebelumnya  yang  hanya  bertujuan  untuk  menjaga  keberlanjutan  rantai  pasok
ternyata  tidak  mempunyai  posisi  tawar  yang  cukup  baik  bagi  koperasi  selaku distributor.
Mekanisme  model  RS  yang  menyebabkan  koperasi  harus  berbagi  profit berimplikasi  terhadap  output  model  RS.    Kendala  tersebut  yang  menjadi  ide
penyempurnaan  model  RS  pada  penelitian  ini  melalui  dualisme  ouput  model. Output  pertama  bertujuan  menjaga  kesinambungan  pasokan    sehingga
keberlanjutan  rantai  pasok  dapat  terjamin.  Sedangkan  output  kedua  mekanisme model RS dapat meningkatkan profit pelaku rantai pasok terutama sekali koperasi
sebagai  distributor.  Peningkatan  profit  yang  dimaksud  disini  bukan  disebabkan oleh  karena  fluktuasi  positif  harga  produk  pada  mekanisme  pasar,  akan  tetapi
peningkatan  profit  akibat  mekanisme  kerja  model  RS  ketika  diimplementasikan ke dalam rantai pasok.
6.7.1. Mekanisme Kerja DEA Dalam Model Distribusi Risiko Risk Sharing
Data  Envelopment  Analysis DEA  merupakan  metode  pengukuran  kinerja
berbasis pemrograman linier berdasarkan tingkat pencapaian nilai efisiensi relatif yang diperoleh melalui tahapan proses perbandingan benchmarking antar pelaku
rantai  pasok  DMU.  Nilai  efisiensi  pelaku  ditetapkan  berdasarkan  garis  batas efficient  frontier  dari  setiap  unit  yang  memperoleh  nilai  efisiensi  tertinggi.
Sehingga,  sejumlah  pelaku  dengan  nilai  efisiensi  tertinggi  yaitu  100    akan membentuk  garis  batas  efisien  yang  melingkupi  envelope  nilai  efisiensi  pelaku
yang  kurang  dari  100  .  Prinsip  inilah  yang  menjadi  tolak  ukur  metode  DEA untuk  membedakan  antara  pelaku  yang  efisien  dan  tidak  efisien.  Pelaku  yang
berada di dalam lingkup garis batas efisiensi akan ditetapkan sebagai pelaku yang tidak efisien Gambar 22.
Pelaku 1 Pelaku 4
Pelaku 7
Pelaku 2 Pelaku 2
Pelaku 5 Pelaku 6
Outputinput O
u tpu
t in
pu t
Garis batas efisiensi
a b
c
Gambar 22 Ilustrasi prinsip benchmarking DEA dalam model distribusi risiko Berdasarkan persamaan 10 diketahui bahwa garis a, b, c merupakan rentang nilai
ketidakefisienan  pelaku  rantai  pasok  yang  didefinisikan  model  RS  sebagai koofisien risk aversion
. Pelaku 2, 5, dan 6 merupakan pelaku dengan nilai EV yang  belum  optimal  karena  kinerja  yang  belum  maksimal.  Mekanisme  ini  akan
menyebabkan perolehan nilai harga jual untuk pelaku ke 2, 5 dan 6 menjadi tidak maksimal.  Hal  ini  disebabkan  nilai  efisiensi
θ  yang  menjadi  parameter  dalam penetapan jumlah insentif belum optimal sehingga jumlah harga yang didapatkan
pelaku menjadi tidak maksimal. Prinsip  yang  telah  dijelaskan  diatas  yang  menjadi  indikator  dalam
peningkatan  profit  pelaku  rantai  pasok  terutama  sekali  koperasi.  Ketika diimplementasikan  ke  dunia  nyata,  model  RS  akan  bekerja  berdasarkan
mekanisme  kompetisi  antar  pelaku  dalam  memperoleh  nilai  harga  jual  yang optimal. Peningkatan nilai harga jual diperoleh dengan perbaikan kinerja sehingga