3.2.4. Analisis Sensitivitas Model RS
Analisis sensitifitas dipahami sebagai salah satu alat pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar fluktuasi pengaruh terhadap output
yang didapatkan akibat perubahan pada pemberian nilai input Saltelli et al., 2004. Tujuan dari penentuan analisis sensitivitas pada model RS adalah untuk
mngetahui seberapa besar model bisa bekerja dalam meningkatkan profit pelaku rantai pasok. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, prinsip
benchmarking DEA menciptakan kompetisi diantara para pelaku rantai pasok.
Prinsip kompetisi ini mengakibatkan pelaku rantai pasok akan selalu berusaha meningkatkan variabel yang berpengaruh terhadap pencapaian nilai efisiensi
relatif. Sehingga, asumsi pada analisis sensitivitas lebih difokuskan kepada
bagaimana jika what if peningkatan input terjadi pada nilai persentase tertentu 5 . Menurut Saltelli et al. 2004 pemahaman analisis sensitivitas pada bidang
analisis risiko derajat perubahan pada nilai input lebih terfokus ke input material dalam rangka pencarian nilai kuantitatif output akibat adanya faktor
ketidakpastian. Rancangan informasi sensitivitas bisa digunakan pada rancangan awal postprocessing model yang diinginkan dalam rangka meningkatkan kinerja
atau kemampuan model. Analisis sensitivitas dilakukan dalam rangka memberikan deskripsi nilai
kuantitatif peningkatan profit pelaku rantai pasok. Hasil dari analisis ini difokuskan terhadap pelaku tingkatan distributo sebagai bagian dari peningkatan
posisi tawar Bargaining Position Model. Pemilihan ini didasarkan pada peranan distributor sebagai pelaku yang menjadi titik sentral terhadap penerapan aplikasi
model RS di dunia nyata. Penentuan analisis sensitivitas model RS dilakukan dengan menetapkan asumasi terhadap peningkatan nilai atribut variabel output
kuantitas dan kualitas pasokan.
3.3. Tata Laksana Penelitian
3.3.1. Tahapan Penelitian
Langkah-langkah perancangan rantai pasok kopi organik untuk optimalisasi balancing
risk adalah menetapkan rencana keputusan desain rantai pasok. Selanjutnya masalah mulai fokus kepada tujuan manajemen risiko rantai pasok
yang ingin dirumuskan, penentuan variabel pengukuran kinerja pelaku rantai pasok yang bisa mengakomodir tujuan manajemen risiko rantai pasok. Tahapan
selanjutnya adalah menentukan parameter-parameter model distribusi risiko yang akan memaksimalkan tujuan manajemen risiko rantai pasok. Terakhir, kajian
dalam studi ini menentukan manajerial model distribusi risiko rantai pasok Dari kerangka tahapan proses inilah diperoleh hasil rancangan rantai pasok yang
bersifat kontinuitas dan profitabilitas untuk keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah.
Pada tahapan pertama dimulai dengan mempelajari sistem rantai pasok kopi organik di Aceh tengah melalui studi literatur dan diskusi awal dengan pakar yang
mengetahui kodisi dan kendala pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Studi pustaka juga difokuskan kepada literatur yang berkaitan dengan panduan
dan tata cara penilaian usaha produk organik baik dari sisi budidaya pertanian on farm
maupun di tingkat pengolahan lebih lanjut. Selain itu juga, dilakukan analisis kondisi manajemen risiko rantai pasok kopi organik yang mencakup
aspek nilai tambah serta data kebutuhan dari setiap stakeholder dalam manajemen rantai pasok. Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan identifikasi risiko yang
lebih baik serta deskripsi konflik kepentingan dalam rantai pasok secara vertikal. Tahap kedua dari penelitian ini adalah merumuskan sitematika sub-sub
model yang akan membangun rancangan model mitigasi risiko melalui pendekatan risk sharing. Pendekatan rancangan model dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan antara satu tahapan sub model ke tahapan sub model berikutnya berdasarkan rumusan tujuan manajemen risiko rantai pasok.
Tahap ketiga adalah implikasi manajerial model melalui asumsi tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan output dalam bentuk bobot risiko dan profit pelaku
rantai pasok yang mampu digeser model. Tahap keempat adalah rencana implementasi model serta analisis
sensitivitas model. Analisis sensitivitas model diperoleh dari prinsip mekanisme benchmarking
DEA terhadap pelaku rantai pasok. 3.3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kabupaten Aceh Tengah yang menjadi sentra produksi terbesar kopi organik Gayo dibandingkan dengan dua kabupaten lainya
yaitu Bener Meriah dan Aceh Tengah. Dari 13 kecamatan yang ada, dipilih delapan kecamatan yang memberikan kontribusi pasokan kopi organik yang
terbesar. Penelitian mulai dilakukan melalui penelusuran literatur dan diskusi awal dengan pakar pada bulan November 2011- Januari 2012. Observasi dan
pengamatan langsung di lokasi penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2012 sampai dengan April 2012.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan kajian terdahulu yang relevan dan jurnal ilmiah. Tujuannya
untuk mendapatkan informasi yang berkaitan penelitian serta melihat sejauh mana posisi penelitian terbaru yang berkaitan dengan perancangan model yang akan
dibuat. Pengumpulan data primer dilakukan melalui beberapa cara : a. Observasi lapangan, yakni melihat secara langsung kegiatan-kegiatan
manajemen risiko rantai pasok mulai dari petani, prosesor, kolektor sampai
dengan koperasi.
b. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh kendala dan risiko pelaku, jumlah produksi dan penjualan, sistem transportasi, sistem budidaya organik
di tingkat petani, sistem pengolahan organik di tingkat kolektor dan koperasi, pasokan serta hubungan kemitraan antara pemasok dengan
distributor dari para stakeholder.
c. Focus Group Discussion FGD, meliputi wakil petanikelompok tani, prosesor, kolektor, koperasi KBQ Baburrayyan, lembaga peneliti, asosiasi
perkumpulan stakeholder kopi Gayo. d. Pendapat pakar expert judgement, dilakukan untuk memperoleh basis
pengetahuan melalui wawancara secara mendalam. Tahapan ini bertujuan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar terkait dalam penentuan
kompleksitas masalah rantai pasok kopi organik mulai dari risiko, sistem budidaya organik, kualitas , sampai dengan hubungan relif ketinggian
wilayah dengan pasokan kopi organik.
e. Sampling, metode pengambilan sampel menggunakan metode Stratified Random
Sampling untuk menjustifikasi lokasi pengambilan sampel secara berurutan dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai ke desa. Selanjutnya
proses pengambilan sampel ditngkat desa dilakukan dengan metode Random
Sampling. 3.4.
Teknik-Teknik yang Digunakan
Indeks Risiko, merupakan metode untuk mendapatkan nilai kuantitatif risiko untuk setiap tingkatan pelaku rantai pasok. Metode ini digunakan dalam
mengakumulasilasikan keseluruhan nilai risiko dari masing-masing pelaku rantai pasok. Perhitungan nilai Indeks Risiko RI digunakan sebagai sebagai salah satu
variabel input dalam perhitungan kinerja pelaku rantai pasok melalui pendekatan DEA.
Analisis nilai tambah, digunakan dalam mengukur persentase nilai tambah yang didapatkan pelaku rantai pasok ketika melakukan kegiatan usaha di dalam
jaringan rantai pasok. Perhitungan analisis nilai tambah merupakan salah satu prosedur dalam perhitungan nilai RI pelaku rantai pasok. Nilai tambah yang
diberikan pelaku rantai pasok merupakan inputan bagi metode perhitungan RI
pelaku rantai pasok.
Data envelopment analysis, merupakan suatu metode pengukuran kinerja melalui rasio penggunaan input dan output dalam mencapai nilai efisiensi yang
digunakan. Metode DEA yang digunakan dalam penelitian ini adalah CCR DEA melalui pendekatan yang bertujuan untuk memaksimalkan ouput. Sub model CCR
DEA digunakan sebagai alat dalam menghitung kinerja pelaku rantai pasok pada masing-masing tingkatan pelaku rantai pasok. Output sub model digunakan
sebagai variabel input bagi sub model RS dan menjadi faktor penentu dalam menentuan tujuan perancangan model dalam penelitian ini yaitu peningkatan total
profit rantai pasok. Distribusi risiko Risk Sharing, merupakan salah satu pendekatan metode di
dalam melakukan mitigasi risiko rantai pasok melalui mekanisme pendistribusian risiko pelaku rantai pasok berdasarkan bobot risiko yang ditanggung oleh masing-
masing pelaku. Risiko didistribusikan melalui perpindahan sebagian profit dari pelaku yang mempunyai bobot risiko rendah dan margin profit besar kepada
pelaku dengan bobot risiko tinggi tetapi dengan margin profit kecil. Model ini digunakan dalam menciptakan keseimbangan risiko balacing risk dalam studi
yang dilakukan.
Kontrak, Merupakan metode dalam mengkoordinasikan proses manajemen risiko antar pelaku rantai pasok sehingga mekanisme model berjalan sesuai dengan
parameter dan tujuan yang telah ditetapkan. Perancangan kontrak bertujuan mengkoordinasikan hasil keseluruhan dari integrasi ketiga sub model sebelumnya
sehingga pola dari implementasi model bisa diberikan bagi pengguna model. Analisis Sensitivitas, Merupakan metode untuk mengestimasi nilai kuantitatif
output sebagai akibat perubahan nilai input. Perubahan nilai input ini disebabkan ketidakpastian pelaksanaan implementasi model. Analisis ini digunakan untuk
meprediksi seberapa besar nilai kuantitatif peningkatan profit pelaku rantai pasok ketika model diimplementasikan.
IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK
4.1. Struktur Rantai Pasok Kopi Organik Aceh Tengah
Struktur Rantai pasok kopi organik di Aceh tengah terdiri atas beberapa tingkatan pelaku mulai dari petani, prosesor, kolektor, koperasi dan eksportir.
Sebagian koperasi langsung bertindak sebagai eksportir kopi organik. Keberadaan prosesor tergantung dari konsentrasi petani di dalam suatu wilayah serta
produktifitas dan jumlah pasokan kopi organik yang sanggup di hasilkan petani. Artinya, tidak semua wilayah sentra produksi kopi organik mempunyai jaringan
rantai pasok yang melibatkan prosesor dalam pendistribusian kopi. Dalam melakukan pengawasan mutu terhadap standarisasi kualitas kopi organik maka
dibentuk suatu lembaga independen yaitu ICS Internal Control System yang bertugas mengevaluasi proses sertifikasi yang telah diperoleh.
Koperasi Baburrayyan di Aceh Tengah bekerjasama dengan NCBA National Corporative Business Association dalam melakukan proses sertifikasi
organik terhadap komunitas petani yang berada di bawah naungan koperasi ini. Tetapi secara keseluruhan Struktur rantai pasok kopi organik di Aceh tengah
terdiri atas empat pelaku yaitu : petani, prosesor, kolektor dan koperasi Gambar 17. Sistem koordinasi melalui mekanisme kontrak hanya terdapat antara pelaku
koperasi eksportir dengan importir di luar negri. Hal ini membuat jaringan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah rentan terhadap berbagai gangguan dan risiko.
Kerentanan ini dipicu oleh tidak adanya koordinasi dari koperasi sebagai distributor kopi organik dengan pelaku bagian hulu upstream rantai pasok
sehingga proteksi terhadap jalur pasokan dan berbagai risiko yang terdapat di sepanjang jalur rantai pasokan tidak bisa diantisipasi dan ditanggulangi dengan
baik. Ketidakseimbangan antara risiko yang ditanggung pelaku terutama petani dengan profit yang diperolehnya mengakibatkan gangguan terhadap jalur pasokan
semakin tinggi. Koperasi Baburrayyan sebagai distributor kopi organik di Aceh Tengah
tidak melakukan transparansi informasi dengan baik dari hilir sampai ke hulu jalur rantai pasokan kopi organik sehingga mekanisme pengaturan harga jual tidak
transparan.