Analisis Bivariat dr.Mhd.ArifinSiregar,MS 3. drh.Rasmaliah M.Kes

61,4. Variabel asupan karbohidrat pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan asupan karbohidrat yang lebih sebanyak 29 orang 65,9 dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden asupan karbohidrat yang cukup sebanyak 25 orang 56,8. Pada variabel asupan lemak kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan asupan lemak yang lebih sebanyak 27 orang 61,4 dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan asupan lemak yang cukup sebanyak 27 orang 61,4. Variabel asupan serat pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan asupan serat yang kurang sebanyak 27 orang 61,4 dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan asupan serat yang cukup sebanyak 28 orang 63,6. Variabel aktifitas fisik pada kelompok kasus, lebih banyak pada responden dengan aktifitas fisik yang kurang sebanyak 23 orang 52,3 dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden aktifitas fisik yang cukup sebanyak 31 orang 70,5.

4.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu faktor risiko riwayat keluarga, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan serat, aktifitas fisik dengan variabel dependen yaitu kejadian gizi lebih, serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat ini adalah uji chisquare dengan derajat kepercayaan 95 α = 0,05. Universitas Sumatera Utara Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini: Tabel 4.3. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Agatha Pematangsiantar Variabel Kejadian Gizi Lebih Nilai p OR 95 CI Kasu Kontrol n n Faktor Risiko Riwayat Keluarga Ya Tidak 21 23 47,7 52,3 17 27 38,6 61,4 0,389 1,45 0,61-3,38 Asupan Energi Lebih Cukup 26 18 59,1 40,9 16 28 26,4 63,6 0,033 2,52 1,17-5,97 Asupan Protein Lebih Cukup 20 24 45,5 54,5 17 27 38,6 61,4 0,517 1,32 0,56-3,09 Asupan Karbohidrat Lebih Cukup 29 15 65,9 34,1 19 25 43,2 56,8 0,032 2,54 0,17-6,02 Asupan Lemak Lebih Cukup 27 17 61,4 38,6 17 27 38,6 61,4 0,033 2,52 1,16-5,95 Asupan Serat Kurang Cukup 27 17 61,4 38,6 16 28 36,4 63,6 0,019 2,77 1,17-6,59 Aktifitas Fisik Kurang Cukup 23 21 52,3 47,7 13 31 29,5 70,5 0,030 2,61 1,18-6,27 Jumlah 44 100 44 100 Hasil analisis riwayat keluarga dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 21 orang 47,7 dengan adanya riwayat keluarga, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 17 orang 38,6 dengan adanya riwayat keluarga. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 23 orang 52,3 tidak Universitas Sumatera Utara memiliki riwayat keluarga, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 27 orang 61,4 tidak memiliki riwayat keluarga. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,389 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara variabel riwayat keluarga dengan kejadian gizi lebih. Hasil analisis pengaruh asupan energi dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 26 orang 59,1 dengan asupan energi lebih, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 16 orang 36,4 dengan asupan energi lebih. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 18 orang 40,9 dengan asupan energi cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 28 orang 63,6 dengan asupan energi cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,033 0,05, artinya ada pengaruh asupan energi dengan kejadian gizi lebih, dengan OR sebesar 2,528 95CI = 1,170-5,970, menunjukkan bahwa responden yang menderita gizi lebih 2,5 kali kecenderungan dengan asupan energi lebih dibanding dengan responden yang tidak menderita gizi lebih. Hasil analisis pengaruh asupan protein dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 20 orang 45,5 yang lebih, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 17 orang 38,6 yang lebih. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 24 orang 54,5 yang cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 27 orang 61,4 yang cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,517 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara variabel asupan protein dengan kejadian gizi lebih. Universitas Sumatera Utara Hasil analisis pengaruh asupan karbohidrat dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 29 orang 65,9 dengan asupan karbohidrat lebih, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 19 orang 43,2 dengan asupan karbohidrat lebih. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 15 orang 34,1 dengan asupan karbohidrat cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 25 orang 56,8 dengan asupan karbohidrat cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,032 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel asupan karbohidrat dengan kejadian gizi lebih, dengan OR sebesar 2,544 95CI = 1,173- 6,028, menunjukkan bahwa responden yang menderita gizi lebih 2,5 kali kecenderungan dengan asupan karbohidrat lebih dibanding dengan responden yang tidak menderita gizi lebih. Hasil analisis pengaruh asupan lemak dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 27 orang 61,4 dengan asupan lemak lebih, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 17 orang 38,6 dengan asupan lemak lebih. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 17 orang 38,6 dengan asupan lemak cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 27 orang 61,4 dengan asupan lemak cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,033 0,05, artinya ada pengaruh asupan lemak dengan kejadian gizi lebih, dengan OR sebesar 2,522 95CI = 1,169-5,950, menunjukkan bahwa responden yang menderita gizi lebih 2,5 kali kecenderungan dengan asupan lemak lebih dibanding dengan responden yang tidak menderita gizi lebih. Universitas Sumatera Utara Hasil analisis pengaruh asupan serat dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 27 orang 61,4 yang kurang, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 16 orang 36,4 yang kurang. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 17 orang 38,6 yang cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 28 orang 63,6 yang cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,019 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel asupan serat dengan kejadian gizi lebih, dengan OR sebesar 2,779 95CI = 1,172-6,591, menunjukkan bahwa responden yang menderita gizi lebih 2,7 kali kecenderungan dengan asupan serat kurang dibanding dengan responden yang tidak menderita gizi lebih. Hasil analisis pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian gizi lebih diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 23 orang 52,3 dengan aktifitas fisik kurang, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 13 orang 29,5 dengan pengaruh aktifitas fisik kurang. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 21 orang 47,7 dengan aktifitas fisik cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 31 orang 70,5 dengan aktifitas fisik cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,030 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel aktifitas fisik dengan kejadian gizi lebih, dengan OR sebesar 2,612 95CI = 1,186-6,279, menunjukkan bahwa responden yang menderita gizi lebih 2,6 kali kecenderungan dengan aktifitas fisik kurang dibanding dengan responden yang tidak menderita gizi lebih. Universitas Sumatera Utara

4.3. Analisis Multivariat