2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Gizi Lebih
Individu dengan intake tinggi serat beresiko lebih rendah secara signifikan untuk mengembangkan penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, diabetes, gizi
lebih, dan penyakit pencernaan tertentu. Meningkatnyaasupan serat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterolserum. Peningkatan asupan serat larut
meningkatkan glikemiadan sensitivitas insulin pada individu non-diabetes dan diabetes. Serat suplementasi pada orang gizi lebih secara signifikan meningkatkan
penurunan berat badan Anderson JW, et al 2009. Peningkatan asupan serat makanan bermanfaat untuk pengobatan gizi lebih
dan diabetes melitus. Makanan kaya serat biasanya mengenyangkan tanpa kandungan kalori yang banyak. Diet normal yang disuplementasikan dengan serat
berbentuk gel, seperti guar gum meningkatkan rasa kenyang karena memperlambat waktu pengosongan lambung. Studi-studi panjang sebelumnya telah menjelaskan
kegunaan. Studi jangka panjang belakangan telah mengkonfirmasi manfaatdari serat kental sebagai tambahan untuk pengobatan diet reguler gizi lebih. Terlepas dari efek
yang bermanfaat selama pembatasan kalori, serat makanan dapat meningkatkan beberapa penyimpangan metabolisme yang terlihat pada gizi lebih. Gel pembentuk
serat sangat efektif dalam mengurangi peningkatan kolesterol LDL tanpa mengubah fraksi HDL. Efek ini mungkin berhubungan dengan bahan pembentuk gel dari serat
yang mengarah kepeningkatan viskositas dari lapisan unstirred sehingga menunda proses penyerapan Anderson JW, et al 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih
Apabila melakukan aktivitas fisik, hormon dan hasil metabolisme akan meningkat di darah dan jaringan tubuh serta aktivitas otot menghasilkan panas dan
peningkatan suhu inti yang juga dikenal sebagai hiperthermia akibat olahraga exercise induced hyperthermia, EIH. Menurut Radomski 1998, banyak faktor
yang mempengaruhi regulasi pelepasan hormon sewaktu berolahraga, seperti intensitas dan durasi olahraga, fitness fisik subjek, kekurangan oksigen dan
ketersediaannya sewaktu olahraga, serta perubahan asidosis dan hasil metabolisme yang bersirkulasi. Namun, satu faktor yang sering kurang diperhatikan adalah EIH.
Peningkatan metabolisme membakar lemak di tubuh dan membebaskan panas. Hemmingsson 2006, dalam penelitiannya melaporkan adanya hubungan
antara aktivitas fisik dan IMT bervariasi bergantung kepada status gizi lebih responden. Aktivitas fisik memberi efek yang baik terhadap IMT kelompok
responden yang gizi lebih berbanding kelompok responden yang bukan gizi lebih. Dimana tingkat aktivitas yang berat lebih memberi efek terhadap IMT responden
yang obese dibanding tingkat aktivitas yang rendah dengan gizi lebih. Sedangkan menurut Petersen, L 2004, melaporkan bahwa thermogenesis dari aktivitas fisik
yang ringan dan sedang memberi rintangan dalam peningkatan berat badan. Apabila seseorang itu memang sudah tergolong sebagai underweight, aktivitas fisik yang
terlalu banyakakan mengurangi penyimpanan energi pada badannya dan menyebabbkan underweight.
Universitas Sumatera Utara
Satu studi yang dilakukan pada tikus yang gizi lebih akibat diet, menunjukkan bahwa olahraga memberi efek pada jaras sentral yang meregulasi homeostasis energi.
Pada tikus yang gizi lebih akibat diet ini, aktivitas berlari roda mengurangi penumpukan lemak di adiposit secara selektif tanpa meningkatkan kebutuhan energi.
Efek ini mungkin diakibatkan sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas olahraga seperti interleukin-6, asam lemak dan panas yang memberi efek umpan balik ke otak untuk
regulasi sistem neuropeptida sentral yang berperan dalam regulasi homeostasis energi Patterson Levin, 2007.
Penggunaan energi setiap hari pada setiap individu bervariasi berdasarkan aktivitas yang dilakukannya. Misalnya, seorang yang duduk menggunakan energi
basal yang sangat rendah, dapat meningkatkan kebutuhan kalori harian sebanyak 500 kalori dengan berenang selama satu jam. Apabila pengambilan energi harian melebihi
permintaan jumlah energi, kelebihan energi itu akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan adiposa. Apabila penggunaan kalori melebihi kalori yang disediakan melalui
diet, cadangan energi akan di ubah dan ini akan menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini berpengaruh dalam arti penghitungan kalori dalam program pengaturan berat
badan melalui olahraga. Pada seorang yang underweight, penggunaan kalori yang meningkat akibat aktivitas fisik yang terlalu tinggi akan mula membakar otot-ototnya
sebagai pengganti lemak dan akan memperparah lagi keadaannya Martini, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.13. Landasan Teori