diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia Kategori
IMT
Gizi Kurang 18,5
Normal 18,5-24,99
Gizi Lebih 25,0 – 27,0
Sumber: WHO 2006
2.3. Penyebab Gizi Lebih
Gizi lebih terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energi yang
berubah menjadi lemak Pritasari, 2006. Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolisme juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga
berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain gizi lebih menurut Syarif 2002 adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang
berinteraksi terus menerus:
2.3.1. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orangtua gizi lebih, 80 anaknya menjadi gizi lebih, bila salah satu orangtua gizi
lebih, kejadian gizi lebih menjadi 40 dan bila kedua orangtua tidak gizi lebih, kejadian gizi lebih 14.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Faktor Lingkungan
a. Faktor Nutrisi Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Sedangkan kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan
padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energy tinggi seperti makanan siap saji dan camilan.
b. Aktifitas Fisik Aktifitas fisik anak saat ini cenderung menurun karena lebih banyak bermain
di dalam rumah dibandingkan di luar rumah. c. Sosial Ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Misnadiarly 2007 melaporkan bahwa terjadinya gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan jenis kelamin. Meskipun sering terjadi pada semua
umur, gizi lebih sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Gizi lebih yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan
angka yang cepat. Anak yang gizi lebih cenderung menjadi gizi lebih pada saat remaja dan dewasa.
Jenis kelamin tampaknya ikut berperan dalam timbulnya gizi lebih. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi gizi lebih lebih umum
dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause.
Universitas Sumatera Utara
Mungkin juga gizi lebih pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat adanya perubahan hormonal tersebut di atas
Misnadiarly, 2007. Agoes dan Maria 2003 menyatakan bahwa bila remaja mengkonsumsi
makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuhnya maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya remaja dalam mengkonsumsi energi melebihi
kebutuhan tubuh maka kelebihan enegi akan disimpan sebagai cadangan energi. Cadangan energi secara berkesinambungan ditimbun setiap hari yang akhirnya
menimbulkan gizi lebih. Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan
makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan gizi lebih. Keadaan gizi lebih merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan
suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam keadaan semacam ini menghilangkan gizi lebih tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru
akan memperberat masalah Misnadiarly, 2007.
2.4. Konsekuensi Gizi Lebih terhadap Kesehatan