Pengukuran dan Klasifikasi Gizi Lebih Konsekuensi Gizi Lebih terhadap Kesehatan

anak-anak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahun sampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami gizi lebih sampai usia dewasa. Gizi lebih pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah mengalami gizi lebih dari masa anak-anak Suyono, 2006.

2.2. Pengukuran dan Klasifikasi Gizi Lebih

Indeks Massa Tubuh IMT merupakan indeks pengukuran sederhana untuk kekurangan berat underweight, kelebihan berat overweight, dan gizi lebih dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cut off point dalam pengklasifikasian gizi lebih adalah IMT _ 30.00.Cut off point gizi lebih di Asia Pasifik memiliki kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya. Cut off point gizi lebih pada penduduk Asia Pasifik adalah IMT ≥ 25.00. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index BMI atau indeks massa tubuh IMT untuk menentukan berat badan lebih pada remaja dan dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi dalam meter kuadrat m 2 . Saat ini IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya Universitas Sumatera Utara diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia Kategori IMT Gizi Kurang 18,5 Normal 18,5-24,99 Gizi Lebih 25,0 – 27,0 Sumber: WHO 2006

2.3. Penyebab Gizi Lebih

Gizi lebih terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energi yang berubah menjadi lemak Pritasari, 2006. Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolisme juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain gizi lebih menurut Syarif 2002 adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi terus menerus:

2.3.1. Faktor Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orangtua gizi lebih, 80 anaknya menjadi gizi lebih, bila salah satu orangtua gizi lebih, kejadian gizi lebih menjadi 40 dan bila kedua orangtua tidak gizi lebih, kejadian gizi lebih 14. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Faktor Lingkungan

a. Faktor Nutrisi Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Sedangkan kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energy tinggi seperti makanan siap saji dan camilan. b. Aktifitas Fisik Aktifitas fisik anak saat ini cenderung menurun karena lebih banyak bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah. c. Sosial Ekonomi Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Misnadiarly 2007 melaporkan bahwa terjadinya gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan jenis kelamin. Meskipun sering terjadi pada semua umur, gizi lebih sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Gizi lebih yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan angka yang cepat. Anak yang gizi lebih cenderung menjadi gizi lebih pada saat remaja dan dewasa. Jenis kelamin tampaknya ikut berperan dalam timbulnya gizi lebih. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi gizi lebih lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Universitas Sumatera Utara Mungkin juga gizi lebih pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat adanya perubahan hormonal tersebut di atas Misnadiarly, 2007. Agoes dan Maria 2003 menyatakan bahwa bila remaja mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuhnya maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya remaja dalam mengkonsumsi energi melebihi kebutuhan tubuh maka kelebihan enegi akan disimpan sebagai cadangan energi. Cadangan energi secara berkesinambungan ditimbun setiap hari yang akhirnya menimbulkan gizi lebih. Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan gizi lebih. Keadaan gizi lebih merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam keadaan semacam ini menghilangkan gizi lebih tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru akan memperberat masalah Misnadiarly, 2007.

2.4. Konsekuensi Gizi Lebih terhadap Kesehatan

Konsekuensi gizi lebih terhadap kesehatan sangat bervariasi mulai dari kematian premature sampai kualitas hidup yang rendah. Umumnya gizi lebih dikaitkan dengan “ Non Communicable Diseases” seperti CVD, kanker, dan berbagai gangguan psikososial. Untuk memberi gambaran yang jelas dikelompokkan sebagai berikut Soegih, 2009. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Resiko Relative RR terjadinya Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan Gizi Lebih Risiko Relatif Meningkat Tajam Risiko Relatif Meningkat Sedang Risiko Relatif Meningkat Ringan RR ≥ 3 RR 2-3 RR 1-2 Diabetes mellitus Resistensi insulin Hipertensi Dislipidemia Sleep apnoe Kandung empedu PJK Osteoartritis Hiperurisemia Gout Gangguan fertilitas Low back pain Kanker Abnormal hormone reproduksi Sindrom polikistik ovarium Defek pada bayi dari ibu yang obes Sumber : Khaodar dan Blackburn, 2005 dengan Modifikasi Wiramihardja 2007menyatakan, bahwa orang dewasa yang gzi lebih berisiko untuk mengendap beberapa penyakit kronis non infeksi tertentu. Beresiko artinya bila dibandingkan dengan orang berbadan normal, penderita gizi lebih lebih berpeluang untuk mengindap penyakit non infeksi tersebut. Penyakit kronis non infeksi yang menjadi resiko kegemukan atau disebut penyakit penyerta gizi lebih terbagi dalam golongan yang tidak membahayakan tetapi tidak mengganggu, dan golongan yang membahayakan. Golongan penyakit penyerta gizi lebih yang tidak membahayakan tetapi menggangu adalah gangguan pernafasan, nyeri tulang, gangguan kulit, dan ketidaksuburan. Sedangkan golongan penyakit penyerta gizi lebih yang membahayakan adalah : a. Gangguan jantung dan pembuluh darah hipertensi, stroke, PJK b. Resisten terhadap hormone insulin DM Tipe 2 c. Kanker usus dan beberapa kanker yang berkaitan dengan hormone d. Penyakit hati dan kantung empedu Universitas Sumatera Utara

2.5. Pencegahan Gizi Lebih