6. Asupan karbohidrat adalah Jumlah asupan makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam berat bersih yang mengandung karbohidrat dengan satuan gramhari
7. Asupan Lemak adalah Jumlah asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi
responden dalam berat bersih yang mengandung lemak dengan satuan gramhari. 8.
Asupan serat adalah jumlah serat yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan gramhari.
9. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa setiap
hari selama 24 jam. 10.
Kejadian gizi lebih adalah suatu keadaan akibat timbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang diukur dengan melakukan penimbangan berat badan dan tinggi
badan, kemudian dihitung nilai IMT BBTB
2
. Disebut gizi lebih apabila Indeks Massa Tubuh IMT 25-27 dan tidak gizi lebih apabila IMT 18-24.
3.6. Aspek Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel bebas meliputi: riwayat keluarga, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan serat dan aktivitas
fisik dan variabel terikat yaitu gizi lebih dilakukan dengan metode sebagai berikut : 1.
Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat diukur dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam. Recall 2 x 24 jam dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu pada recall 24 jam pada hari biasa dan recall 24 jam pada hari libur. Pertimbangan dilakukan recall pada hari biasa dan libur adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat gambaran kebiasaan makan dan konsumsi gizi responden pada hari-hari biasa di kampus dan pada waktu libur di rumahindekost. Jumlah
makanan dinyatakan dalam satuan URT Ukuran Rumah Tangga selanjutnya dikonversi dalam satuan gram dan dihitung konsumsi zat gizinya dengan
menggunakan software Nutri Survei. Tingkat konsumsi gizi dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan menurut umur dan berat badan
sehat WNPG 2004. 2.
Tingkat konsumsi energi dan protein dapat diketahui dengan cara membandingkan total konsumsi energi dan protein dengan Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan AKG. Tingkat konsumsi energi dan protein dikategorikan menjadi WKNPG, 2004 :
1. Lebih
: ≥ 80 AKG
2. Cukup
: 80 AKG Kategori untuk tingkat konsumsi karbohidrat WKNPG, 2002.
1. Lebih
: ≥ 65 dari total energi
2. Cukup
: 50- 65 dari total energi Kategori untuk tingkat konsumsi lemak WKNPG, 2004 :
1. Lebih
: ≥ 30 dari total energi
2. Cukup
: 20-30 dari total energi Kategori untuk konsumsi serat National Academy Sciences, 2007:
1. Kurang
: ≤ 25 gramhari
2. Cukup
: ≥25 gramhari
Universitas Sumatera Utara
3. Aktivitas fisik diukur dengan Physical Activity Level PAL dalam
FAOWHOUNU 2001. Aktivitas fisik dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori WHO2001 menjadi:
1. Kurang
: 1,40 ≤ PAL ≤ 1,69
2. Cukup : 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99
Tabel 3.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori
IMT
Gizi Kurang 18,5
Normal 18,5-24,99
Gizi Lebih 25,0 – 27,0
Sumber: WHO, 2006 1.
Riwayat keluarga diukur berdasarkan wawancara terhadap responden dengan riwayat keluarga yang mengalami gizi lebih.
2. Kejadian gizi lebih diukur dengan menggunakan metode antropometri
berdasarkan IMT, yang diperoleh dengan membandingkan berat badan kg dengan tinggi badan kuadrat m. Selanjutkan nilai IMT dikategorikan menjadi
gizi lebih = IMT 25-27, tidak gizi lebih = IMT 18-25.
Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen No
Variabel Kategori
Range Skala
Ukur 1
Gizi lebih 1. gizi lebih
2. tidak gizi lebih IMT
≥ 25 IMT
25 Ordinal
2 Riwayat
Keluarga 1.
Ya 2.
Tidak Ordinal
3 Asupan energi
kkalhari 1.
Lebih 2.
Cukup ≥ 80 AKG
80 AKG Ordinal
4 Asupan protein
gramhari 1. Lebih
2. Cukup ≥ 80 AKG
80 AKG Ordinal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Lanjutan No
Variabel Kategori
Range Skala
Ukur 5
Asupan karbohidrat
gramhari 1. Lebih
2.Cukup ≥ 65 total energi
65 total energi Ordinal
6 Asupan lemak
gramhari 1. Lebih
2. Cukup ≥ 20 total energi
20 total energi Ordinal
7 Asupan serat
gramhari 1.
Kurang 2.
Cukup 25 gramhari
≥ 25 gramhari= Ordinal
8 Aktivitas Fisik
1. Kurang 2. Cukup
1,40 ≤ PAL ≤ 1,69
1,70 ≤ PAL ≤ 1,99
Ordinal
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat