2.5. Pencegahan Gizi Lebih
Prinsip pencegahan gizi lebih adalah menurunkan berat badan dengan cara menciptakan defisit energi dengan mengurangi konsumsi energi atau menambah
penggunaan energi melalui olahraga yang teratur Wiramihardja, 2007. Aktif berolah raga adalah salah satu cara menurunkan berat badan di
samping berdiit mengurangi makanan berlemak dan gula. Tetapi remaja gemuk merasa malu ikut olah raga, dan sikap yang demikian akan membuat badan tetap atau
malah bertambah gemuk. Cara lain menurunkan berat badan adalah dengan cara berdiit, tetapi diit yang ketat juga berbahaya terhadap kesehatan karena selain
mengurangi konsumsi energi juga mengurangi konsumsi zat-zat gizi lainnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan program diit, maka ahli gizi atau dokter perlu
dimintakan nasehatnya Depkes RI, 2000. Barasi 2010 menambahkan bahwa pencegahan gizi lebih dapat dilakukan
dengan melalui pendekatan diet dan gaya hidup dengan mengintegrasikan : perubahan perilaku, pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik. Pencegahan
dapat dilakukan pada tingkat individu dan tingkat komunitas. Adapun pencegahan gizi lebih pada tingkat individu antara lain :
a. Mengubah pemilihan makanan menjadi lebih sehat, dan berimbang b. Menurunkan asupan energi total sehingga sebanding dengan pengeluaran energi
melalui pengurangan ukuran porsi makan c. Mengatur pemilihan kudapan yang lebih sehat
d. Melakukan lebih banyak aktivitas fisik.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pencegahangizi lebih pada tingkat komunitas berupa kebijakan yang mendukung upaya pencegahan tingkat individu, diantaranya adalah :
a. Kebijakan tentang pencantuman label makanan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan makanan sehat
b. Industri makanan memperkecil ukuran hidangan c. Membatasi iklan promosi makanan yang kurang menyehatkan
d. Mendorong aktivitas berjalan, bersepeda dan olahraga lain dengan memperhatikan keamanankeselamatan di jalan raya dan lingkungan perkotaan.
2.6. Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Konsumsi zat gizi sehari-hari dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan dalam keluarga. Ketersediaan bahan makanan dalam rumah tangga tergantung dari
pendidikan, kemampuan untuk membeli dan ketersediaan bahan makanan di pasaran dan produksi Tabor, et al, 2000. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status
gizi seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang dapat digunakan secara efisien Almatsier, 2003.
Kebutuhan energi bervariasi tergantung aktivitas fisik. Seseorang yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan ataugizi lebih walaupun asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan energi yang direkomendasikan. Hasil penelitian di Barat menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi orang gemuk sama atau
sedikit lebih kecil dari konsumsi energi rata-rata penduduk yang berbadan normal. Tetapi penggunaan energinya lebih rendah daripada rata-rata orang yang berbadan
Universitas Sumatera Utara
normal. Mereka lebih tidak aktif sehingga keseimbangan energinya tetap surplus Wiramihardja, 2007.
Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua 97,5 orang sehat dalam kelompok
umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50 orang sehat dalam
kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi Hardinsyah dan Tampubolon 2004.
Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi.
Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi
Hardinsyah dan Tampubolon 2004. Angka kecukupan energi dan zat gizi untuk usia mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Energi dan Protein untuk Mahasiswa Usiathn
Energi kkalhr
Protein ghr
Laki-Laki 16-18
2600 65
19-29 2550
60 Wanita
16-18 2200
50 19-29
1900 50
Sumber: WNPG VIII, 2004
Universitas Sumatera Utara
Untuk menilai kecukupan konsumsi pangan maka didekati dengan menghitung tingkat kecukupan gizinya atau besarnya persentase angka kecukupan
gizi. Pada penelitian ini tingkat kecukupan konsumsi zat gizi dinyatakan sebagai tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat. Angka kecukupan
gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis
kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang digunakan untuk
perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan zat gizi IOM 2002 dalam Muhilal
Hardinsyah 2004. Tingkat kecukupan energi dinyatakan sebagai hasilperbandingan antara konsumsi energi aktual Susenas dengan kecukupan energi
yang direkomendasikan oleh WNPG tahun 2004, dan dinyatakan dalam persen. Demikian pula untuk menghitung tingkat kecukupan protein, dinyatakan sebagai
perbandingan antara konsumsi protein aktual dengan kecukupan protein yang direkomendasikan WNPG. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai
berikut : a. Tingkat kecukupan energi
TKE = [Konsumsi energi aktualAngka kecukupan energi] x 100 b. Tingkat kecukupan protein
TKP : [Konsumsi protein aktualAngka kecukupan protein] x 100
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dari perhitungan tersebut tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan menurut Departemen Kesehatan sebagaimana dikutip oleh Badan
Ketahanan Pangan 2006 yaitu: 1 TKE: 70 adalah defisit berat, 2 TKE: 70 - 79 adalah defisit sedang, 3 TKE: 80 – 89 adalah defisit ringan, 4 TKE: 90 -
119 adalah normal, dan 5 TKE 120 adalah kelebihan. Karbohidrat merupakan zat gizi utama sumber energi bagi tubuh.
Dalam1gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori almatsier, 2003. Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat menentukan jumlah energi yang tersedia bagi
tubuh setiap hari. Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS kecukupan karbohidrat yang baik adalah setengah dari kebutuhan energi 50-60. Jika lebih
dari itu, kemungkinan zat-zat lain akan sulit terpenuhi kebutuhannya Depkes, 2002. Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol, dan trigliserida. Sebagian besar lemak
99 terdiri dari trigliserid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol Hardinsyah Tambunan 2004. Fungsi lemak dan minyak dalam makanan adalah membantu
penyerapan vitamin A, D, E, K, menambah energi dan melezatkan makanan. Lemak dikelompokkan menjadi 3 menurut tingkat pencernaanya asam lemak jenuh yang sulit
dicerna, asam lemak tidak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan asam lemak tidak jenuh ganda yang paling mudah dicerna Depkes, 2002.
Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibandingkan zat gizi lainnya. 1 gram lemak mengandung 9 kkal, dibandingkan karbohidrat dan protein yang
menghasilkan 4 kkal per gramnya. Anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 30 dari total energi yang dianjurkan Soedjiningsih, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi individu menurut Hadi 2003 dan Gibson 1990, dapat dikelompokkan menjadi :
a. Mengingat makanan food recall yang dimakan oleh individu selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan food model dapat dipakai
sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga yang kemudian dikonversikan ke dalam
ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk mengukur rata- rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang jumlahnya besar.
b. Pencatatan makanan yang dimakan food records oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan diperkirakan dengan ukuran rumah
tangga. c. Frekuensi konsumsi makanan food frequency questionaire adalah recall
makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali
konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka waktu tertentu.
4. Riwayat makan dietary history yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang
diukur biasanya adalah selama 6 bulan atau 1 tahun yang lalu. Metode wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat
memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan kebiasaan makan.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Serat Makanan Dietary Fiber