Riwayat Keluarga Pengaruh Konsumsi Energi dan Lemak terhadap Gizi Lebih

pengeluaran energi rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan besarnya penegeluaran kalori Subardja, 2004. Aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar di sekolah. Kegiatan belajar yang mereka lakukan mulai pukul 07.00- 13.00 WIB. Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan remaja perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki- laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi dari pada perempuan. Remaja laki-laki aktivitas fisiknya lebih berat, sebab pada usia tersebut sedang memprioritaskan olah raga seperti hiking, sepak bola, tenis, dan berenang. Sedangkan untuk remaja perempuan aktivitasnya lebih ringan dari remaja laki-laki seperti megerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman, berdandan dan sebagainya Subardja, 2004. Peningkatan rata-rata pemakaian energi sebanyak 418,4 kJ 100 kkal per hari oleh satu populasi akan dicapai hanya dengan meningkatkan aktivitas fisik mereka Azwar, 2004. Aktivitas fisik tingkat sedang seperti berjalan kaki selama tiga jam seminggu, didapati sangat mengurangi insidens dan risiko terjadinya pelbagai penyakit kronik, terutama diabetes mellitus tipe 2, obesitas, hipertensi, penyakit kardivaskuler, depresi, kegelisahan dan banyak jenis kanker Chakravarthy et al, 2002.

2.9. Riwayat Keluarga

Menurut penelitian Muktiharti dkk 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 55 mempunyai riwayat Keluarga yang kurang mendukung Universitas Sumatera Utara kejadian Gizi Lebih. Hal ini dikarenakan responden tidak mempunyai orang tua atau anggota keluarga yang mempunyai riwayat keluarga gizi lebih.Hasil Penelitian ini terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian gizi lebih dengan p value sebesar 0,002.

2.10. Pengaruh Konsumsi Energi dan Lemak terhadap Gizi Lebih

Gizi lebih disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan sehari- hari untuk memelihara dan memulihkan kesehatan, proses tumbuh kembang dan melakukan aktifitas jasmani, yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor makanan ini merupakan faktor yang terpenting untuk terjadinya kegemukan. Banyaknya pilihan jenis makanan, tersedianya makanan sepanjang hari dan metode pengawetan makanan yang semakin canggih berpengaruh terhadap tingginya asupan energy Barasi, 2007. Apabila konsumsi energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –YNPY, sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari konsumsi energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita gizi lebih terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan Harrison, 2003. Universitas Sumatera Utara Penelitian Croezen 2007 menunjukkan, pola makan yang tidak teratur pada remaja seperti tidak sarapan pagi, asupan alkohol, dan rendahnya aktivitas fisik menyebabkan gizi lebih pada masa remaja Indeks Massa TubuhIMT meningkat. Penelitian desain potong lintang tersebut mengikut sertakan 25.000 remaja laki-laki dan perempuan menemukan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan gizi lebih adalah tidak sarapan pagi. Toshcke 2007 menyatakan, adanya peningkatan berat badan pada masa pertumbuhan dan pubertas merupakan faktor risiko terjadinya gizi lebih dewasa. Penelitan kohor tersebut mengikut sertakan 505 anak laki-laki dan perempuan, menemukan gizi lebih usia 7 dan 11 tahun berkaitan erat dengan terjadinya gizi lebih setelah 23 tahun kemudian. Almatsier 2003 menyatakan, bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan idealnormal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak. Perubahan budaya makan ternyata dapat menyokong kecendrungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan di negara berkembang. Kebiasaan makan keluarga suka ditiru olek anak anak, misalnya makan berlebihan, frekuensi makan sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu makan Wirakusumah, 2001. Universitas Sumatera Utara

2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Gizi Lebih