burung sehingga dapat diperbandingkan sejauh mana isu flu burung berpengaruh pada perilaku keputusan dan pembelian.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk : 1. Membandingkan karakteristik konsumen dan pengetahuan konsumen yang
sering membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor terkait isu flu burung
2. Membandingkan keputusan pembelian konsumen yang membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor terkait
isu flu burung 3. Membandingkan penilaian atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan
konsumen yang membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang terkait. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana
memperluas pengetahuan dan upaya memperdalam masalah agribisnis. Bagi masyarakat umum diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan ataupun
bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flu Burung
Ayam ras merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa- bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas yang tinggi terutama dalam
memproduksi daging dan telur dibandingkan ayam buras. Ayam ras berupa ayam pedaging atau ayam petelur yang mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1980an.
Ayam ras pedaging atau disebut juga dengan broiler sedangkan ayam ras petelur dikenal juga dengan layer.
Ayam broiler memiliki kelebihan yaitu waktu pemeliharaan yang relatif singkat dengan pertumbuhan bobot badan yang lebih cepat. Kebutuhan protein
hewani harian dengan produktivitas yang tinggi adalah produk telur ayam ras. Ayam ras petelur menghasilkan telur dalam jumlah yang lebih banyak dengan
waktu yang relatif lebih singkat. Di Indonesia hampir setiap propinsi memiliki peternakan ayam pedaging maupun petelur baik peternak rakyat maupun
peternakan yang dikelola perusahaan. Jenis-jenis ayam ras atau disebut strain banyak beredar di pasaran dengan perbedaan produktivitas yang sangat kecil.
Flu burung atau avian influenza AI adalah suatu penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang
manusia. Etilogi penyakit flu burung adalah virus influenza. Sifat virus AI bisa mati pada daging ayam yang dimasak dengan suhu 80
o
C selama satu menit atau 70
o
C selama 30 menit, pada telur ayam mati pada suhu 64
o
C selama 4,5 menit. Virus AI dapat bertahan pada kotoran ayam selama 35 hari pada suhu 4
o
C, dapat
bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22
o
C dan lebih dari 30 hari pada 0
o
C. Sebenarnya virus AI lemah tidak tahan panas dan zat disinfektan. Flu burung sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1960an. Tahun 1997
mulai menyerang lagi dengan kasus manusia pada kasus 18 orang di Hongkong dan enam orang diantaranya meninggal dunia. Virus ini kemudian menyebar ke
China, Belanda, Vietnam serta Thailand. Akhir tahun 2003, virus AI menjadi wabah atau epidemi diberbagai negara yaitu : Korea Selatan, Jepang, Vietnam,
Thailand, Kamboja, Hongkong, Republik Rakyat China, Pakistan dan Indonesia. Pada Januari 2004, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan flu burung
sebagai KLB Kejadian Luar Biasa dan mengucurkan dana 212 milyar sebagai penanggulangannya.
Di Indonesia hampir setiap propinsi memiliki peternakan ayam pedaging maupun petelur baik peternak rakyat maupun peternakan yang dikelola
perusahaan. Pada Bulan Juli 2003, flu burung atau virus H5N1 menyerang peternakan unggas termasuk ayam ras di Indonesia dan negara lainnya. Flu
burung menimbulkan kerugian yang sangat besar pada industri peternakan ayam ras dan menimbulkan kematian pada manusia hingga pada 29 Januari 2004
pemerintah menerapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan mengucurkan dana 212 milyar sebagai penanggulangannya.
Kasus flu burung di Indonesia pada Maret 2007 pada unggas sudah menyebar di 30 provinsi diantaranya Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY
Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh
Darussalam, Kalimantan Timur serta Sulawesi Utara Komnas FBPI, 2008. Saat
ini Pemerintah Indonesia berupaya memberikan informasi kepada masyarakat untuk tanggap flu burung melalui Komnas FBPI. Informasi berupa tayangan iklan
di televisi, surat kabar maupun brosur. Contoh brosur yang disebarkan Komnas FBPI dapat dilihat pada Lampiran 2. Komnas FBPI menerangkan gejala flu
burung bila ada kematian mendadak pada unggas tanpa gejala sakit. Penyebab wabah flu burung pada unggas adalah Highly Pothogenic Avian
Influenza Viru, strain H5N1. Hal ini terlihat dari basil studi yang menunjukkan unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A H5N1 dengan jumlah besar
dalam kotorannya. Masa inkubasi virus influenza bervariasi, tiga hari untuk unggas diluar kandang dan 14-21 hari untuk unggas didalam kandang. Secara
umum, virus flu burung tidak menyerang manusia namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
2.1.1 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Unggas
Sesuai dengan panduan Komnas FBPI Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza, penyebaran flu
burung pada unggas terjadi secara cepat dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu peternakan dan
menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Unggas bisa terinfeksi flu burung melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung
terjadi bila unggas sehat bercampur dengan unggas yang terinfeksi ataupun dengan burung-burung liar yang terinfeksi. Kontak tidak langsung dengan kotoran
dari unggas yang terinfeksi virus, sumber air danaukolam yang tercemar kotoran atau bulu dari unggas yang terinfeksi, jerami tempat sarang unggas yang
terinfeksi ataupun virus yang terbawa dari orang-orang yang datang dari daerah
yang terjangkit melalui sepatu, baju, perkakas ataupun alat transportasi serta melalui pakan unggas yang terinfeksi.
Gejala flu burung pada unggas sebagai berikut : a. Unggas mati mendadak dalam jumlah yang besar dengan atau tanpa gejala
klinis b. Gejala yang mungkin terjadi pada unggas: unggas lemas tidak berenergi,
gelisah, kepala tertunduk menyatu dengan badan, kesulitan bernafas, bengkak pada kepala dan kelopak mata, pendarahan di kulit area yang tidak ditumbuhi
bulu terutama pada kaki, penurunan jumlah telur yang dihasilkan, diare, mengigil dan mengeluarkan air mata
Pencegahan perpindahan virus flu burung antar unggas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Masukkan unggas ke dalam kandang tidak berkeliaran b. Kandangkan masing-masing unggas yang berbeda jenis dalam kandang yang
berbeda c. Hanya membeli unggas muda yang sehat dan memisahkan unggas yang baru
minimal dua minggu d. Cuci tangan dengan sabun sesudah kontak dengan unggas
e. Transportasikan hanya unggas yang sehat f. Bersihkan halaman disekitar kandang setiap hari dengan membuang kotoran
unggas maupun bulunya kemudian bakar atau kuburkan g. Cuci dan bersihkan peralatan yang dipakai di peternakan dengan disinfektan
seminggu sekali
h. Bersihkan, cuci kemudian sucihamakan kandang dengan disinfektan atau bahan kimia lainnya seperti cairan pemutih pakaian
i. Bagi yang keluar dari halaman peternakan, cuci alas kaki dengan air bersabun atau ganti dengan alas kaki yang baru
j. Beri pakan yang sehat dan air bersih pada unggas k. Beri vaksin unggas yang sehat jika memungkinkan
Ketika menemukan unggas mati mendadak dalam jumlah yang banyak maka tindakan yang harus dilakukan masyarakat sekitar tempat kejadian adalah :
a. Laporkan kepada aparat berwenang Dinas PertanianPeternakan atau Dinas Kesehatan
b. Tidak membuang unggas yang mati c. Musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai ke dalam
galian setinggi lutut orang dewasa. Gunakan alat pelindung masker, sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, celana panjang serta topi. Bersihkan
badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun d. Bersihkan, cuci kemudian sucihamakan dengan disinfektan seperti pemutih
dan chlor, tepung kapur atau karbol untuk membersihkan sarang, kandang dan alat transportasi
e. Bersihkan alas kaki, peralatan, roda atau ban mobil transportasi sebelum memasuki dan setelah meninggalkan kandang unggas. Bagi pedagang jangan
parkir dekat kandang f. Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas
g. Ganti baju dan cuci pakaian setelah kontak dengan unggas
h. Kandang harus dikosongkan selama dua minggu sehingga bebas virus flu burung
i. Hanya menjual dan membeli unggas yang sehat
2.1.2 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia
Virus H5N1 akan menyebabkan kematian pada manusia jika terinfeksi dan tidak dirawat dengan segera. Manusia bisa terinfeksi atau terjangkit virus ini
melalui : 1 kontak dengan unggas yang terinfeksi saat membawa, mengangkut, menyembelih dan memproses unggas, 2 makan darah unggas mentah atau telur
dan daging unggas setengah matang. Seseorang yang diduga secara klinis terkena flu burung memiliki gejala flu
pada umumnya yaitu suhu badan diatas 38
o
C, sakit tenggorokan, batuk, beringus, terasa ngilu di persendian lengan, kaki dan punggung sakit akan meningkat saat
batuk, sakit kepala serta lemas. Dalam waktu yang singkat, penyakit ini menjadi lebih berat berupa peradangan paru-paru pneumonia dan dapat menimbulkan
kematian. Orang yang mempunyai resiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja pada peternakan, keluarga yang memelihara unggas, lingkungan keluarga
disekitar peternakan, penjual dan pekerja pemotong unggas serta para penjamah unggas. Saat ini belum ada bukti ilmiah penularan virus ini dapat terjadi melalui
daging unggas yang dikonsumsi. Penularan dari manusia ke manusia belum ada pembuktian penelitian
ilmiah yang dipublikasikan. Saat ini tidak ada vaksin yang mampu mencegah penyakit ini jika sudah berjangkit pada manusia. Untuk mencegah berjangkitnya
flu burung secara aktif maka :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan unggas serta produk unggas lainnya
b. Membeli unggas yang sehat c. Tidak mengkonsumsi darah mentah, daging unggas atau telur setengah matang
d. Jangan menyembelih unggas yang sakit e. Jangan mengkonsumsi unggas yang mati atau sakit
f. Hindari kontak dengan sumber terinfeksi g. Jangan biarkan anak-anak melakukan kontak dengan unggas atau bermain di
dekat kandang h. Jangan biarkan unggas berkeliaran di dalam rumah
i. Hindari kontak yang tak perlu dengan unggas bahkan unggas yang sehat sekalipun
j. Gunakan masker dan sarung tangan saat kontak atau menyembelih unggas k. Kuburkan limbah unggas bulu, jeroan, darah sedalam lutut orang dewasa
setelah disembelih l. Mandi, ganti serta cuci pakaian, sepatu dan sandal dengan sabun setelah
kontak dengan unggas m. Cari perawatan segera bila mengalami gejala seperti yang dijabarkan
sebelumnya. Jangan mengobati diri sendiri tetapi minumlah obat yang diresepkan dokter
Jika ada orang yang terkena flu burung maka bawalah segera ke rumah sakit terdekat, minum obat yang diresepkan dokter, hindari kontak yang tidak perlu
dengan orang yang terinfeksi atau gunakan pelindung jika harus terjadi kontak serta hindari kontak dengan air liur atau ludah orang lain.
Dalam penanganan kasus flu burung ada tiga tahapan kasus. Pertama kasus
suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam temperatur
38
o
C, batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus dengan salah satu keadaan :
1. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang terjangkit flu burung 2. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
3. Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung
Kedua, kasus probable yaitu kasus suspek yang disertai salah satu keadaan :
1. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A H5N1 2. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan atau
meninggal 3. Terbukti tidak terdapat penyebab lain
Ketiga, kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable yang didukung oleh
salah satu hasil pemeriksaan laboratorium. Walaupun virus AI merupakan virus yang lemah, pemerintah dan
masyarakat harus waspada sebelum terjadi pandemi antar manusia. Menurut WHO Organisasi Kesehatan Dunia ada tiga faseperiode perkembangan menuju
terjadinya pandemi : 1. Periode Intrapandemik
Pada Periode ini ada dua fase. Fase pertama tidak ada subtipe virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Subtipe virus influenza yang telah
diketahui menyebabkan infeksi atau penyakit pada manusia masih rendah. Fase ini dialami Indonesia sebelum Juli 2003. Fase kedua, tidak ada subtipe
virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Tetapi subtipe virus influenza berkembang dengan perantaraan hewan memiliki resiko penyakit
pada manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Agustus 2003 ketika virus subtipe H5N1 dideteksi pada unggas.
2. Periode Kewaspadaan terhadap Pandemi Pada Periode ini ada tiga fase. Fase ketiga, Infeksi pada manusia dengan
subtipe yang baru tetapi tidak ada penyebaran dari manusia ke manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Juli 2005 ketika infeksi subtipe H5N1
dikonfirmasikan pada manusia. Fase keempat, kelompok melingkar kecil clutser dengan penularan yang terbatas dari manusia ke manusia tetapi
penyebaran sangat terlokalisir. Di Indonesia fase ini belum dimulai. Fase kelima, Penyebaran dengan daerah yang lebih luas tetapi virus belum
sepenuhnya menular dengan mudah pandemi yang substantif 3. Periode Pandemik
Fase keenam, penularan yang singkat dan berkesinambungan pada masyarakat umum. Menurut Komnas FBPI, pada periode pandemik masyarakat pada
daerah wabah akan diisolir tidak ada yang keluar dan masuk daerah wabah, kemudahan mengakses Tamiflu, melakukan karantina dan pembatasan
mobilisasi penduduk tidak bekerja atau sekolah serta pemusnahan unggas secara massal.
2.2 Perdagangan Eceran
Menurut Kotler, 1997 usaha eceran dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung kepada konsumen
yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan non bisnis. Usaha eceran sangat
beragam dengan bentuk-bentuk baru yang terus bermunculan. Beberapa klasifikasi pengecer menurut Kotler 1997 adalah :
a. Pengecer Toko Usaha eceran toko dapat diklasifikasikan menjadi delapan kategori antara lain
toko khusus, toko serba ada, pasar swalayan, toko kelontong, toko diskon, pengecer potongan harga, toko super, toko kombinasi, pasar dan ruang pamer
katalog b. Penjualan Eceran Bukan Toko
Walaupun sebagian besar barang dan jasa dijual melalui toko, penjualan eceran tidak melalui toko berkembang lebih pesat dibandingkan penjualan
eceran melalui toko. Penjualan eceran tidak melalui toko terbagi menjadi empat kategori yaitu penjualan langsung, pemasaran langsung, penjualan
otomatis dan jasa pembelian c. Organisasi Eceran
Banyaknya pemilikan toko secara independen menyebabkan semakin banyak penjualan eceran menjadi bentuk corporate retailing. Organisasi-organisasi
eceran mencapai skala ekonomis yang lebih besar seperti daya beli yang besar, pengakuan merek yang lebih luas dan pegawai yang terlatih. Jenis-jenis
penjualan utama eceran yaitu jaringan toko korporat, jaringan sukarela, koperasi pengecer, koperasi konsumen, organisasi waralaba dan konglomerat
perdagangan
2.3 Pengertian Pasar