4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada responden pada saat melakukan pembelian. Atribut-atribut yang digunakan dalam
analisis didasarkan pada atribut pemilihan toko pasar yang dikemukan oleh Engel dengan penyesuaian sesuai dengan kondisi penelitian. Konsumen dapat
menilai sesuai dengan skala yang disediakan. Skala yang digunakan berada pada rentang 1-4. Skala lebih rendah mengindikasikan atribut yang dinilai baik.
Rentang skala ini diharapkan dapat menganalisis perilaku konsumen yang sering dan jarang membeli di pasar tersebut.
Kuisioner terdiri dari lima bagian. Bagian pertama kuisioner merupakan screening question
untuk memilah konsumen bisa dijadikan sampel. Bagian kedua berisi identitas responden. Bagian ketiga dan keempat berkaitan dengan
pemahaman konsumen tentang kasus flu burung dan pengaruh pada proses keputusan konsumen selanjutnya. Bagian kelima merupakan pernyataan atribut-
atribut karakteristik produk dan karakteristik pasar untuk mengetahui angka skala yang diberikan responden. Rentang skala ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang membedakan pengunjung yang sering dan jarang membeli di pedagang tradisional maupun swalayan. Dimensi penelitian didasarkan atas atribut
pemilihan toko oleh Engel et al, 1995 dengan penyesuaian sesuai dengan kondisi penelitian.
Kuisioner dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup terbatas alternatif jawabannya sehingga responden hanya memilih
berdasarkan pilihan yang sudah ada. Pertanyaan terbuka tidak dibatasi jawabannya sehingga jawaban dari konsumen bisa bermacam-macam.
4.5 Metode Analisis Data
4.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran maupun suatu
kelas peristiwa di masa sekarang. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjabarkan karakterisrik responden, proses pengambilan
keputusan konsumen serta variabel-variabel produk dan pasar secara lebih sistematis. Data dapat disajikan dalam bentuk tabel, tabulansi frekuensi serta
grafik sehingga lebih mudah dimengerti. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Microsoft Office Excell 2003.
4.5.2 Analisis Perbedaan Karakteristik Antar Populasi
Untuk menganalisis tujuan yang keempat digunakan uji ANOVA Analysis Of Varians pada level signifikan
α = 5 dengan menggunakan bantuan perhitungan aplikasi software SPSS.
Langkah-langkah pengujian dengan Anova adalah sebagai berikut : a. Merumuskan hipotesa
H = Karakteristik populasi konsumen yang berbelanja di pasar swalayan dan
tradisional tidak berbeda nyata. H
1
= Karakteristik populasi konsumen yang berbelanja di pasar swalayan dan tradisional berbeda nyata.
b. Menghitung statistik F dengan bantuan aplikasi software SPSS c. Menentukan daerah penolakan jika signifikasi
α kurang dari 0,05 d. Mengintepretasikan berdasarkan hasil pengujian Anova tersebut
4.5.3 Atribut dan Interpretasi Rentang Skala
Instrumen dalam ilmu sosial jarang sekali ada yang baku maka peneliti menyusun sendiri variabel yang akan digunakan berdasarkan pada teori Engel.
Atribut-atribut tersebut akan diberikan penilaian oleh responden dengan nilai yang telah diberikan antara satu hingga empat. Atribut-atribut yang diberikan penilaian
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Atribut-Atribut Penduga Pemilihan Pasar Swalayan dan Tradisional
No Telur Ayam Ras
Daging Ayam Ras
1 Cangkang telur lebih bersihtidak
banyak kotoran yang melekat Daging lebih bersihtidak ada bulu
ayamkotoran lain yang melekat 2
Tidak mudah retak Daging sehattidak lembek
3 Tidak mudah busukwaktu segar
lebih lama Daging segartidak pucat
4 Aman Flu Burung
Aroma daging baiktidak busuk 5
Harga lebih murah Aman Flu Burung
6 Pedagang mudah dijangkau
Variasi ukuran daging banyak 7
Selalu tersedia Harga lebih murah
8 Kemasan yang baik
Pedagang mudah dijangkau 9 Keramahan
pedagang Selalu
tersedia 10 Kecepatan pelayanan
Kemasan yang baik 11 Timbangan lebih baikpas
Keramahan pedagang 12 Kebersihan
pedagangpasar Kecepatan
pelayanan 13
Waktu buka pasar sesuai dengan waktu pembeli
Timbangan lebih baikpas 14 Tanggap terhadap saran dan kritik
Kebersihan pedagangpasar 15
- Waktu buka pasar sesuai dengan
waktu pembeli 16
- Tanggap terhadap sarankritik
Skala yang diperoleh merupakan skala ordinal yang hanya membuat ranking. Untuk mempermudah intepretasi maka digunakan interval dengan
mencari terlebih dahulu rentang skala dengan rumus Simamora, 2004 RS
75 ,
4 1
4 =
− =
− =
b n
m
Keterangan : m = skor tertinggi yang mungkin terjadi
n = skor terendah yang mungkin terjadi b = jumlah skala penilaian yang mugkin dibentuk
maka rentang skala yang digunakan untuk intepretasi penilaian responden sebesar 0,75 untuk setiap selang. Interpretasi skala interval untuk setiap atribut yang akan
dinilai adalah : a.
1,00 - 1,75 : Sangat Baik b.
1,75 - 2,50 : Baik c.
2,50 - 3,25 : Buruk d.
3,25 - 4,00 : Sangat Buruk
BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1 Kondisi Umum Kota Bogor
Secara geografis, Kota Bogor terletak di antara 106 -48
Bujur Timur dan 6
-26 Lintang Selatan dan terletak tepat ditengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta berdekatan dengan daerah Ibukota Negara. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 meter dan maksimum 330 meter dari
permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Bogor berada pada suhu rata-rata 26
C tiap bulan. Suhu terendah di Kota Bogor adalah 21,8
C dengan suhu tertinggi 30,4 C.
Kelembaban udara 70 dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 milimeter dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.
Kota Bogor memiliki potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, jasa serta pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi. Kota Bogor termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah
Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari enam kecamatan dan 68 kelurahan. Wilayah Kota Bogor dibatasi dengan Wilayah Kabupaten Bogor yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Ciawi c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Ciomas
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Caringin
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bogor Selatan 77.254
73.881 151.135
Bogor Timur 38.307
38.958 77.265
Bogor Utara 64.148
61.710 125.858
Bogor Barat 86.496
84.148 170.644
Bogor Tengah 46.235
46.620 92.855
Tanah Sareal 67.006
65.487 132.493
Jumlah 379.446
370.804 750.250
Sumber : www.kotabogor.go.id diakses pada Juli 2008 Secara administratif, Kota Bogor terdiri dari enam wilayah kecamatan
yang terdiri dari Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan
Tanah Sareal. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bogor Barat. Jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 750.250 orang seperti terlihat
pada Tabel 9.
Tabel 10 Pertokoan dan Pasar Induk di Kota Bogor
Nama Pertokoan Alamat
Nama Pasar Induk Alamat
1. Bogor Plaza 2. Borobudur
3. Ekalokasari Plaza 4. Jambu Dua Plaza
5. Mega Mall 6. Merdeka Mall
7. Sartika Plaza 8. Sukasari Plaza
9. Yogya Plaza Jl. Suryakencana No.3
- Jl. Raya Tajur
Jl. Ahmad Yani No.1 -
- -
Jl. Siliiwangi -
1. Pasar Kebon Kembang 2. Pasar Bogor
3. Pasar Induk Cimanggu 4. Pasar Induk Jambu Dua
5. Pasar Induk TU Kemang Jl. Dewi Sartika
Jl. Surya Kencana Jl. Baru Kemang
Jl. Pajajaran Jl. Baru Kemang
Sumber : www.kotabogor.go.id diakses pada Juli 2008 Kota Bogor memiliki beberapa pasar induk dan pertokoan yang cukup
besar yang dapat dilihat pada Tabel 10. Objek penelitian akan dilakukan pada konsumen yang berbelanja di Pasar Bogor dan Pasar Warung Jambu pasar becek
maupun Ramayana Departement Store yang berlokasi di Pertokaan Plaza Bogor
dan Plaza Jambu Dua. Pasar Bogor lebih ramai di dini hari hingga siang hari sedangkan Pasar Warung Jambu lebih ramai di sore hari hingga malam hari.
Jenis ternak unggas yang banyak dikembangkan di Kota Bogor adalah ayam buras, ayam ras dan bebekitik. Ayam buras merupakan ternak unggas yang
paling dominan dikembangkan di Kota Bogor. Jumlah ternak unggas dari tahun 2006 hingga 2007 tidak mengalami perkembangan yang signifikan kecuali jumlah
ternak itik yang bertambah dua kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. Populasi ternak unggas di Kota Bogor tahun 2006-2007 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Populasi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006-2007 Jumlah ekor
Jenis Unggas 2006 2007
Ayam Buras 554.434
554.350 Ayam Ras Pedaging
178.000 180.000
Ayam Ras Petelur 2.500
2.500 ItikBebek
3.098 6.900
Jumlah 738.028 743.750
Sumber : Dinas Agribisnis Kota Bogor, 2008 5.2
Perkembangan Flu Burung di Kota Bogor
Flu Burung pada unggas merebak pertama kali di Kota Bogor pada tanggal 12 Januari 2006 dengan ditemukan positif flu burung pada bebek di Kelurahan
Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah dengan kematian sebanyak kurang lebih 50 ekor. Kemudian pada tanggal 16 Februari 2006 ditemukan kembali kasus
positif AI pada tiga ekor ayam, tiga ekor merpati, satu ekor tekukur di daerah Cilebende, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah Prima, 2007.
Penyebaran flu burung mengalami peningkatan terus di Kota Bogor. Pada Bulan Juni 2006, unggas yang positif AI tercatat di 28 kelurahan. Penyebaran
sampai Bulan Oktober 2006 di 33 kelurahan dan meningkat hingga 44 kelurahan
pada akhir Bulan Desember 2006. Hingga akhir Mei 2007 status Kota Bogor termasuk ke dalam daerah tertular penyakit AI endemis dengan seluruh
kecamatan yang ada di Kota Bogor telah positif flu burung. Penyebaran penyakit flu burung di Kabupaten, Kota Bogor dan Depok dapat dilihat pada Gambar 6.
Meskipun demikian, hingga kini belum dilaporkan kasus positif pada manusia, masih terbatas pada unggas.
Gambar 6 Peta Penyebaran Penyakit Flu Burung di Kabupaten, Kota Bogor dan Depok
Sumber: www.disnakjabar.com Edit Terakhir : 11-04-2007 15:45:38 Dinas Agribisnis Kota Bogor melakukan berbagai kegiatan dalam
menangani dan mengendalikan wabah flu burung agar dapat dikendalikan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan adalah :
1. Melakukan depopulasi secara terbatas pada unggas yang dinyatakan positif flu burung
2. Sosialisasi mengenai pengenalan, pencegahan dan pengendalian penyakit flu burung serta budaya hidup bersih terutama pada peternakan skala rumah
tangga di enam kecamatan Kota Bogor. Sosialisasi dilakukan dengan metode langsung maupun menggunakan media tertulis seperti poster, spanduk, brosur,
leatfet. 3. Pengadaan bahan dan alat kesehatan, obat-obatan vaksin AI serta alat
praktek lapangan yang dipergunakan untuk pengendalian flu burung. 4. Pembekalan teknis kader dilaksanakan terhadap peserta kader vaksinator
kelurahan dan juga pemberian imunisasi kekebalan influenza yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor terhadap petugas dinas dan
kader vaksinator berjumlah 80 orang. 5. Pelaksanaan vaksinasi flu burung dan disinfeksi kandang unggas di setiap
kelurahan dengan melibatkan petugas teknis Dinas Agribisnis dan Petugas Paramedis dari Departemen Pertanian. Untuk warga yang unggasnya sudah
divaksin diberikan surat keterangan. 6. Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah unggas maupun sekresi unggas
dilaksanakan bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Veteriner Balivet Bogor dan Laboratorium Kesehatan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.
7. Pemeliharaan penangkaran ayam dilakukan di lahan Dinas Agribisnis, Kelurahan Cipaku Kecamatan Bogor Selatan berupa perbaikan kandang,
pemberian pakan dan obat-obatan. 8. Melaksanakan dan menghadiri undangan berbagai pelatihan, seminar, diskusi,
talkshow serta diklat terkait dengan flu burung yang dilakukan oleh berbagai organisasi masyarakat, mahasiswa, instansi pemerintah maupun swasta.
9. Penyebaran informasi flu burung melalui media cetak maupun elektronik. Penyebarluasan informasi secara berkala dengan penayangan iklan di Radio
Sipatahunan milik Pemda Kota Bogor. 10. Monotoring pelaksanaan dengan melibatkan unsur masyarakat kelurahan dan
kecamatan Secara umum, kebijakan yang diterapkan oleh Dinas Agribisnis Bidang
Usaha Peternakan Kota Bogor dalam menangani dan mengendalikan kasus flu burung di Kota Bogor terdiri dari empat kegiatan yang dinilai efektif :
a. Depopulasi terbatas b. Vaksinasi massal pada peternakan skala rumah tangga
c. KIE Komunikasi, Informasi serta Edukasi d. Monitoring dan evaluasi
FAO dan WHO merekomendasikan untuk melakukan pemusnahan massal unggas dalam menangani wabah AI ganas untuk menghindari resiko terjadinya
penularan kepada manusia. Tetapi situasi peternakan di Kota Bogor tidak tersentralisasi sehingga menyulitkan untuk pemusnahan massal. Selain itu, jenis
usaha peternakannya bervariasi dari peternakan skala rumah tangga, skala peternakan kecil hingga skala industri. Sehingga Dinas Agribisnis Kota Bogor
mengambil kebijakan depopulasi terbatas atau pemusnahan unggas secara selektif. Dinas Agribisnis hingga Mei 2007 telah melakukan depopulasi terhadap
unggas positif flu burung sebanyak 1.447 ekor. Depopulasi pertama kali dan paling besar dilakukan di daerah Cilibende, Kelurahan Babakan, Kecamatan
Bogor Tengah sebanyak 1.346 ekor. Depopulasi terbatas yang dilakukan hingga Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah itu, depopulasi berikutnya hanya
dilakukan dalam satu areal kandang pada unggas yang positif dengan cara dibakar setelah disembelih. Depopulasi terakhir dilakukan pada Februari 2008 dengan
kasus 3 unggas terinfeksi flu burung. Jumlah unggas yang dimusnahkan berbeda-beda tiap wilayah tergantung
dari jumlah unggas yang positif flu burung. Bagi warganya yang unggasnya dilakukan pemusnahan unggas terbatas mendapat dana kompensasi sesuai dengan
besarnya menurut Intruksi Presiden No 1 Tahun 2007 yakni Rp 12.500 per ekor. Semua unggas yang sakit dan sehat dalam satu wilayah infeksi dimusnahkan
dengan cara disembelih sesuai dengan prosedur pemotongan unggas kemudian langsung dikuburkan pada kedalaman minimum 1.5 meter ataupun dibakar dalam
keadaan telah disembelih terlebih dahulu. Tetapi keterbatasan anggaran, depopulasi massal hanya dilakukan pada
awal wabah pandemi terjadi di Bogor. Selanjutnya Dinas Agribisnis memberikan penyuluhan informasi yang lebih intensif untuk warga yang memelihara unggas.
Saat ini menurut hasil penelitian Prima Tahun 2007, Dinas Agribisnis Kota Bogor masih mengalami permasalahan dan hambatan dalam menangani wabah flu
burung yaitu : 1. Cara pemeliharaan unggas di pemukiman masih banyak yang mengikuti
sistem pemeliharaan tradisional sehingga menyulitkan pelaksanaan vaksinasi karena unggas tidak dikandangkan
2. Masih adanya pemilik unggas yang kurang peduli dengan pentingnya kesehatan unggas dan kebersihan lingkungannya
3. Pemilik unggas tidak melaporkan secara dini kematian unggas yang terjadi pada unggas peliharaannya
4. Belum ada sanksi hukum yang jelas bagi para pelanggar yang berhubungan dengan peternakan dan kesehatan hewan sesuai aturan yang berlaku
5. Kurang kuatnya posisi Organisasi Perangkat Daerah khususnya bidang kesehatan hewan otoritas veteriner dibawah Bidang Usaha Peternakan di
Struktural Pemerintahan Kota Bogor sehingga kebijakan kesehatan hewan masih sangat terbatas dan belum optimal
6. Kurangnya tenaga pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan vaksinasi massal secara serentak di seluruh Wilayah Kota Bogor
5.3 Pengelolaan Pasar di Kota Bogor