Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia

h. Kandang harus dikosongkan selama dua minggu sehingga bebas virus flu burung i. Hanya menjual dan membeli unggas yang sehat

2.1.2 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia

Virus H5N1 akan menyebabkan kematian pada manusia jika terinfeksi dan tidak dirawat dengan segera. Manusia bisa terinfeksi atau terjangkit virus ini melalui : 1 kontak dengan unggas yang terinfeksi saat membawa, mengangkut, menyembelih dan memproses unggas, 2 makan darah unggas mentah atau telur dan daging unggas setengah matang. Seseorang yang diduga secara klinis terkena flu burung memiliki gejala flu pada umumnya yaitu suhu badan diatas 38 o C, sakit tenggorokan, batuk, beringus, terasa ngilu di persendian lengan, kaki dan punggung sakit akan meningkat saat batuk, sakit kepala serta lemas. Dalam waktu yang singkat, penyakit ini menjadi lebih berat berupa peradangan paru-paru pneumonia dan dapat menimbulkan kematian. Orang yang mempunyai resiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja pada peternakan, keluarga yang memelihara unggas, lingkungan keluarga disekitar peternakan, penjual dan pekerja pemotong unggas serta para penjamah unggas. Saat ini belum ada bukti ilmiah penularan virus ini dapat terjadi melalui daging unggas yang dikonsumsi. Penularan dari manusia ke manusia belum ada pembuktian penelitian ilmiah yang dipublikasikan. Saat ini tidak ada vaksin yang mampu mencegah penyakit ini jika sudah berjangkit pada manusia. Untuk mencegah berjangkitnya flu burung secara aktif maka : a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan unggas serta produk unggas lainnya b. Membeli unggas yang sehat c. Tidak mengkonsumsi darah mentah, daging unggas atau telur setengah matang d. Jangan menyembelih unggas yang sakit e. Jangan mengkonsumsi unggas yang mati atau sakit f. Hindari kontak dengan sumber terinfeksi g. Jangan biarkan anak-anak melakukan kontak dengan unggas atau bermain di dekat kandang h. Jangan biarkan unggas berkeliaran di dalam rumah i. Hindari kontak yang tak perlu dengan unggas bahkan unggas yang sehat sekalipun j. Gunakan masker dan sarung tangan saat kontak atau menyembelih unggas k. Kuburkan limbah unggas bulu, jeroan, darah sedalam lutut orang dewasa setelah disembelih l. Mandi, ganti serta cuci pakaian, sepatu dan sandal dengan sabun setelah kontak dengan unggas m. Cari perawatan segera bila mengalami gejala seperti yang dijabarkan sebelumnya. Jangan mengobati diri sendiri tetapi minumlah obat yang diresepkan dokter Jika ada orang yang terkena flu burung maka bawalah segera ke rumah sakit terdekat, minum obat yang diresepkan dokter, hindari kontak yang tidak perlu dengan orang yang terinfeksi atau gunakan pelindung jika harus terjadi kontak serta hindari kontak dengan air liur atau ludah orang lain. Dalam penanganan kasus flu burung ada tiga tahapan kasus. Pertama kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam temperatur 38 o C, batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus dengan salah satu keadaan : 1. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang terjangkit flu burung 2. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan 3. Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung Kedua, kasus probable yaitu kasus suspek yang disertai salah satu keadaan : 1. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A H5N1 2. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan atau meninggal 3. Terbukti tidak terdapat penyebab lain Ketiga, kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable yang didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium. Walaupun virus AI merupakan virus yang lemah, pemerintah dan masyarakat harus waspada sebelum terjadi pandemi antar manusia. Menurut WHO Organisasi Kesehatan Dunia ada tiga faseperiode perkembangan menuju terjadinya pandemi : 1. Periode Intrapandemik Pada Periode ini ada dua fase. Fase pertama tidak ada subtipe virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Subtipe virus influenza yang telah diketahui menyebabkan infeksi atau penyakit pada manusia masih rendah. Fase ini dialami Indonesia sebelum Juli 2003. Fase kedua, tidak ada subtipe virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Tetapi subtipe virus influenza berkembang dengan perantaraan hewan memiliki resiko penyakit pada manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Agustus 2003 ketika virus subtipe H5N1 dideteksi pada unggas. 2. Periode Kewaspadaan terhadap Pandemi Pada Periode ini ada tiga fase. Fase ketiga, Infeksi pada manusia dengan subtipe yang baru tetapi tidak ada penyebaran dari manusia ke manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Juli 2005 ketika infeksi subtipe H5N1 dikonfirmasikan pada manusia. Fase keempat, kelompok melingkar kecil clutser dengan penularan yang terbatas dari manusia ke manusia tetapi penyebaran sangat terlokalisir. Di Indonesia fase ini belum dimulai. Fase kelima, Penyebaran dengan daerah yang lebih luas tetapi virus belum sepenuhnya menular dengan mudah pandemi yang substantif 3. Periode Pandemik Fase keenam, penularan yang singkat dan berkesinambungan pada masyarakat umum. Menurut Komnas FBPI, pada periode pandemik masyarakat pada daerah wabah akan diisolir tidak ada yang keluar dan masuk daerah wabah, kemudahan mengakses Tamiflu, melakukan karantina dan pembatasan mobilisasi penduduk tidak bekerja atau sekolah serta pemusnahan unggas secara massal.

2.2 Perdagangan Eceran