lebih mudah untuk berekspansi ke berbagai daerah yang ada hingga ke daerah pemukiman dengan menerapkan sistem ini.
2. Pasar Tradisional merupakan pasar yang bentuk bangunannya relatif
sederhana dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan ruang usaha sempit, sarana parkir yang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar dan
penerangan yang kurang baik. Barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan sehari-hari, harga yang relatif murah dengan mutu yang kurang
diperhatikan dan cara pembeliannya dilakukan dengan tawar-menawar.
2.4 Penelitian Terdahulu
Analisis Penilaian Mutu dan Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Pertanian Segar di Bogor pernah dilakukan Tresnawati, 2007 dengan
kasus pasar modern, pasar tradisional dan pedagang keliling. Tujuan penelitian ini 1 menganalisis perbedaan karakteristik dan proses keputusan pembelian
konsumen terhadap produk pertanian segar, 2 membandingkan penilaian mutu produk pertanian segar oleh rumah tangga di pasar tradisional, pasar modern dan
pedagang keliling, 3 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi lokasi pembelian konsumen di pasar tradisional, pasar modern dan
pedagang keliling. Berdasarkan analisis diskriminan yang mempengaruhi penentuan lokasi pembelian adalah jenis kelamin dan pendapatan.
Analisis tentang komoditas ayam ras petelur pernah dilakukan oleh Surya 2004 yang berjudul Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras di
Kelurahan Serua, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis imbangan
penerimaan dan biaya, analisis struktur pasar, analisis perilaku pasar, analisis marjinh pemasaran dan analisis efisiensi pemasaran.
Untuk komoditas daging ayam ras pernah diteliti Syirwan 2005 yang meneliti tentang keamanan pangan di beberapa pasar tradisional Kota Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam ras di pasar tradisional di Kota Bogor menggunakan formalin dengan kandungan yang berbeda-beda. Kandungan
formalin tertinggi pada Pasar Bogor dan Pasar Anyar sedangkan pada Pasar Gunung Batu tidak ditemukan penggunaan formalin. Ada korelasi yang sangat
nyata antara pengetahuan pedagang dengan kandungan formalin artinya semakin tinggi pengetahuan keamanan pedagang maka semakin rendah kandungan
formalin pada ayam potong. Basuki 2005 meneliti tentang analisis struktur pasar, perilaku pasar dan
marjin pemasaran pedagang pengecer daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk
bersifat oligopoli murni. Para pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional telah efisien secara operasional karena memiliki rasio LC lbernilai 4,04.
Penelitian tentang pasar tradisional di Kota Bogor juga pernah dilakukan oleh Nurmalasari 2007. Berdasarkan hasil analisis porter’s diamond didapatkan
bahwa pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari segi
bangunan maupun infrastrukturnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prefensi belanja di pasar tradisional adalah pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang,
kebersihan dan kenyamanan pasar.
Kebijakan untuk pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor dilakukan oleh Hidayat 2008. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stakeholders yang
terkait dengan pengembangan pasar tradisional yaitu Bapeda, Disperindagkop, masyarakat pedagang, UPTD, pengelola swasta. Hasil analisis secara deskriptif
menunjukkan bahwa kegagalan kebijakan karena proses penyusunan dan perencanaan kebijakan kurang tepat. Tidak semua stakeholders dilibatkan dalam
proses perencanaan dan penerapan kebijakan. Asapek yang paling penting dalam pengembangan pasar tradisional secara berurutan adalah aspek ekonomi, aspek
manajemen, aspek social dan aspek teknis. Penelitian tentang kasus flu burung sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang berkaitan dengan perilaku konsumen pernah dilakukan oleh Nurmansyah, 2006 dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi daging ayam pasca isu flu burung di Kecamatan Sukahati, Kecamatan Cibinong. Metode yang dipakai menggunakan
analisis Logit yang menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi yang mengurangi daging ayam atau tidak mengurangi daging ayam
adalah pendapatan per bulan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, lokasi perumahan kelas bawah, etnis betawi dan jawa.
Widari 2006 juga pernah meneliti konsumen terkait isu flu burung. Tujuan penelitiannya : 1 menganalisis dampak sosialisasi flu burung terhadap
pola konsumsi daging dan telur ayam, 2 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging dan telur ayam. Penelitian dilakukan di kota
Bogor dengan pengambilan sampel berdasarkan cluster yang mewakili kelas sosial di Kota Bogor.
Metode yang digunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi flu burung berdampak positif terhadap pola
konsumsi rumah tangga. Sesudah sosialisasi tidak ada konsumen rumah tangga yang berhenti mengkonsumsi daging dan telur ayam. Perubahan pola konsumsi
berbeda menurut kelas sosial. Pola konsumsi yang mengalami perubahan meliputi frekuensi pembelian, jumlah pembelian dan tempat pembelian.
Dampak merebaknya wabah flu burung dan isu formalin terhadap pola konsumsi daging dan telur ayam serta ikan konsumen rumah tangga studi kasus
di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor diteliti oleh Sari, 2006. Tujuan penelitian ini adalah : 1 menganalisis dampak merebaknya flu burung dan isu formalin
terhadap perubahan pola konsumsi daging daging dan telur ayam serta ikan konsumsi rumah tangga, 2 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan permintaan daging dan telur ayam serta ikan. Hasil penelitian menunjukkan setelah merebaknya wabah flu burung dan
isu formalin sebagian besar responden berhenti atau mengurangi konsumsi daging dan telur ayam serta ikan terutama pada kalangan rumah tangga kelas atas. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah permintaan daging ayam adalah usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan jumlah permintaan telur ayam adalah usia, pendidikan ibu, dan jumlah anggota keluarga.
Penelitian penulis berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis lebih fokus melihat dampak isu flu burung terhadap keputusan konsumen berpendapatan
sedang dan tinggi dalam membeli daging dan telur ayam ras yang lebih memperhatikan kualitas daripada harga. Kasus yang diteliti adalah pasar
tradisional dan swalayan berada dalam satu lokasi. Hal ini dilakukan agar dapat meneliti konsumen yang memilih berbelanja ayam atau telur ras di pasar
tradisional atau swalayan dengan tidak mempertimbangkan jarak antar kedua pasar. Penelitian akan dilakukan di kota Bogor dengan rentang waktu Maret-Juni
2008.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teorities 3.1.1 Perilaku Konsumen