Analisis Kekuatan STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR

VIII. STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR

KARET ALAM INDONESIA 8.1. Analisis Komponen SWOT Kondisi karet alam Indonesia mempunyai kekuatan dan kelemahan baik dari segi kuantitas, kualitas, lembaga, pendanaan dan sebagainya. Pada sisi lain, karet alam Indonesia mempunyai peluang untuk dikembangkan karena pengaruh kondisi karet internasional. Peluang karet alam Indonesia juga memiliki tantangan dalam perkembangannya. Analisis komponen SWOT tediri dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Apabila kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan karet alam Indonesia dapat diantisipasi, maka ekspor karet alam Indonesia dapat terus ditingkatkan.

a. Analisis Kekuatan

Indonesia memiliki beberapa keunggulan dalam ekonomi karet alam. Kelebihan dari karet alam Indonesia, antara lain ialah :

1. Kontribusi karet alam terhadap PDB Indonesia

Pada data IRSG 2006, Indonesia mampu melakukan ekspor karet alam sebesar 2,29 juta ton. Total ekspor tersebut mewakili sebesar 33 persen dari total ekspor karet alam dunia. Ekspor karet alam Indonesia dapat menghasilkan devisa negara. Tingginya volume ekspor karet alam Indonesia ini mengindikasikan bahwa Indonesia adalah negara pengekspor karet alam yang dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan karet alam dunia secara berkelanjutan. Nilai ekspor karet alam Indonesia memberi kontribusi terhadap PDB Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi karet alam terhadap PDB Indonesia mencapai 6 trilyun rupiah tiap tahun yaitu 2,3 persen dari PDB sektor pertanian Indonesia BPS,2006.

2. Indonesia memiliki pasar karet alam tradisional

Indonesia sudah sejak lama melakukan ekspor karet alam ke negara- negara maju di dunia. Negara tujuan ekspor tradisional karet alam Indonesia adalah Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia juga mengekspor karet alam dalam jumlah besar ke Negara-negara Eropa dan Jepang. Mulai tahun 2001, Indonesia secara intensif mengembangkan pasar ekspor karet alam ke Negara Cina, India, Brazil, Afrika dan sebagainya. Pangsa pasar karet alam Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk perkembangan volume dan nilai ekspor karet alam Indonesia.

3. Ketersediaan sumberdaya alam lahan dan iklim yang sesuai serta

plasma nutfah untuk pengembangan tanaman karet. Indonesia memiliki kekuatan dalam hal ketersediaan sumber daya alam, kesesuaian iklim dan keberadaan plasma nutfah yang melimpah. Areal perkebunan karet alam Indonesia adalah sebesar 3,4 juta hektar IRSG,2006. Total areal perkebunan karet Indonesia adalah luas areal perkebunan yang terluas di dunia dibandingkan negara produsen lainnya. IRSG mencatat bahwa luas areal perkebunan karet alam Indonesia adalah sebesar 50,5 persen dari total areal perkebunan karet alam dunia. Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kondisi dan kekayaan alam Indonesia untuk mengembangkan produksi dan produktivitas karet alam Indonesia. Kekuatan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekspor karet alam Indonesia.

4. Sumber pendapatan rumahtangga petani dan tenaga kerja

perkebunan karet. Pada data BPS tahun 2005 tercatat bahwa total angkatan kerja Indonesia adalah sebesar 105,8 juta orang dan tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia adalah sebesar 41,8 juta orang. Perkebunan karet merupakan sumber pendapatan 10 juta petani karet dan menyerap 1,7 juta tenaga kerja lainnya. Perkebunan karet Indonesia memberi lapangan kerja sebesar 11,06 persen dari total angkatan kerja Indonesia. Perkebunan karet Indonesia dapat memberikan kontribusi terhadap penciptaan tenaga kerja sebesar 28 persen dari total pekerja pertanian Indonesia. Kekuatan karet alam Indonesia tersebut mengindikasikan bahwa karet alam Indonesia berperan dalam perekonomian Indonesia. b. Analisis Kelemahan Pada kenyataannya kekuatan yang dimiliki komoditas karet alam Indonesia tidak terlepas dari banyak kelemahan. Kelemahan karet alam Indonesia terletak pada :

1. Produktivitas karet Indonesia relatif masih rendah

Areal perkebunan Indonesia yang luas tidak disertai oleh produktivitas yang tinggi. Luas areal perkebunan karet alam Indonesia ada terbesar di dunia, akan tetapi produksi karet alam Indonesia masih menempati urutan kedua setelah Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas karet alam masih rendah. Jenis tanaman karet Indonesia yang masih di bawah standar mutu dan kondisi tanaman karet yang rusak dan tua menjadi penyebab rendahnya produktivitas karet alam Indonesia.

2. Teknologi pengolahan karet alam di Indonesia kurang dapat

mendukung industri hilir. Teknologi produksi dan pengolahan karet alam Indonesia masih rendah. Teknologi yang digunakan Indonesia belum dapat diaplikasikan secara efisien. Teknologi pengolahan karet yang rendah menyebabkan kualitas karet alam Indonesia masih rendah. Teknologi yang dilakukan dalam pengelolaan karet alam Indonesia hanya sebatas menghasilkan produk antara intermediet. Indonesia hanya mampu memproduksi produk akhir dalam bentuk sarung tangan karet, pipa karet, sol sepatusandal, balon dan sebagainya yang penggunaannya masih sedikit.

3. Tenaga ahli yang kurang menunjang

Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Kemampuan tenaga kerja dan tenaga ahli kurang menunjang perkembangan produksi karet alam Indonesia. Kualitas SDM Indonesia yang rendah menyebabkan kualitas produk karet alam Indonesia juga rendah.

4. Tidak tersedia pendanaan khusus untuk komoditi perkebunan.

Perbaikan teknologi dan peningkatan produktivitas membutuhkan biaya yang besar. Usaha perbaikan teknologi membutuhkan biaya riset atau penelitian untuk menghasilkan teknologi yang aplikatif. Usaha peningkatan produktivitas melalui pembukaan hutan, penanaman dan peremajaan perkebunan karet juga memerlukan modal yang besar. Tidak tersedianya dana menjadi suatu kelemahan yang harus diantisipasi dalam pengembangan ekspor karet alam Indonesia.

c. Analisis Peluang