Jenis Mutu Karet Alam

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Mutu Karet Alam

Jenis mutu karet alam terdiri dari TNSR Technically Specified Natural Rubber atau SIR Standart Indonesian Rubber, RSS Ribbed Smoked Sheets, Latex, Crepe dan lainnya. Jenis mutu yang menempati tempat teratas adalah SIR 77,99 persen, RSS 17,03 persen, lateks pekat 3,39 persen, pale crepe dan lain-lain 1,55 persen. 1. SIR Standart Indonesian Rubber Cara pengolahan SIR menghasilkan spesifikasi teknis yang sesuai bagi konsumen. Peralatan sehari-hari yang dibuat dari bahan baku SIR adalah ban, peralatan bedah, peralatan farmasi, alat percetakan, pembuatan tekstil, bola golf, alat renang, bantalan mesin, penghapus, dan suku cadang elektronik, industri kertas, dan pembuatan pita sensitif. Jenis mutu SIR terdiri dari SIR 5L, SIR 10, SIR 20 dan SIR 5 CV. SIR 5L adalah salah satu produk dari jenis SIR. Produk ini berasal dari bahan baku lateks segar yang dibekukan dikoagulasi dengan asam format, kemudian diolah dan dikeringkan. SIR 10 dalam penggunaan sehari-hari diperlukan dalam pembuatan ban kendaraan, pembungkus kabel dan ban berjalan. SIR 20 dalam keperluan sehari-hari juga dibuat untuk ban, pipa, baju hujan, ban berjalan, bahan tilam, dan lain-lain. Penggunaannya untuk keperluan sehari-hari cukup luas sehingga membuka peluang dalam pemasaran. Sama seperti SIR 5 L, SIR 5 CV juga berasal dari lateks segar yang dikoagulasi. SIR 5 CV banyak dibutuhkan dalam keperluan sehari-hari seperti pembuatan ban, pita pembalut, unit pemasangan rem, alat penyuntik, bahan pelunak, pembuatan bola golf 2. RSS Ribbed Smoked Sheets Kedudukan RSS dalam ekspor karet alam Indonesia cenderung terus menurun dari tahun ke tahun, akan tetapi untuk menjaga keseimbangan pangsa pasar di luar negeri khususnya di Eropa Barat dan Jepang, maka produksi RSS perlu dipertahankan. Masalah penetuan mutu secara visual yang kurang dapat diterima para konsumen terhadap RSS. 3. Lateks Lateks dadih adalah salah satu jenis dari lateks pekat, merupakan hasil pengentalan koagulasi dari lateks segar di lapangan dengan bantuan bahan kimia bahan pendadih. Permintaan atas lateks pekat juga berkembang cepat untuk pembuatan berbagai peralatan seperti sarung tangan, balon, alat kontrasepsi, dan peralatan lainnya. Lateks pusingan tidak banyak berbeda dengan lateks dadih, hanya berbeda cara pengolahan untuk memisahkan lateks dan air serum. Lateks pekat atau lateks pusingan berasal dari lateks segar dengan kadar karet kering sekitar 30 persen. Lateks segar itu kemudian dipekatkan dengan cara pusingan menjadi lateks pekat. Pengolahan lateks pusingan lebih efisien dibandingkan dengan pengolahan lateks dadih. Baik lateks dadih maupun lateks pusingan mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari yaitu membuat sarung tangan, alat kontrasepsi, balon, bahan tekstil, karpet dan karet busa. Negara konsumen lateks pekat antara lain Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman Barat. Kendala teknis dalam pembuatan lateks pekat adalah faktor kebersihan sejak lateks keluar dari pohon sampai ke pabrik pengolahan. Gagalnya pembuatan lateks pekat dialihkan menjadi SIR 5 atau SIR 10. Panjaitan 1990 menyimpulkan beberapa komponen biaya produksi seperti biaya panen, biaya umum, dan biaya pengolahan perlu dikaji ulang untuk meningkatkan efisiensi dan memperkecil harga pokok. Peningkatan produktivitas dapat menekan biaya produksi. Upaya peningkatan daya saing ekspor Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan cara mengurangi biaya produksi. Oleh karena itu, Panjaitan 1990 menyarankan agar komponen-komponen biaya yang tinggi seperti penyadapan, biaya umum dan penjualan dapat ditekan serendah mungkin. Diversifikasi jenis mutu perlu dipertimbangkan untuk merebut pasar konsumen yang lebih luas dan untuk mengurangi resiko produksi.

2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Ekonomi Karet