Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam Indonesia

Tabel 11. Perkembangan Produksi Karet Alam di Negara Produsen Utama Tahun 2001-2007 dalam Ribu Ton Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Thailand 2.319,5 2.615,1 2.876,0 2.984,0 2.937,2 3.137,0 3.327,7 Indonesia 1.607,3 1.630,0 1.792,2 2.066,2 2.271,0 2.637,0 2.735,2 Malaysia 882,1 889,8 985,6 1.168,7 1.126,0 1.283,6 1.345,9 India 631,5 640,8 707,1 742,6 771,5 853,3 878,1 China 478,0 527,0 565,0 573,0 510,0 533,0 554,2 Vietnam 312,6 331,4 363,5 419,0 468,6 553,5 575,3 Lainnya 1.101,0 702,9 743,6 802,5 807,7 682,6 635,9 Total 7.332,0 7.337,0 8.033,0 8.756,0 8.892,0 9.680,0 10.004,7 Sumber : IRSG 2008 Produktivitas karet alam Indonesia yang relatif rendah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain umur ekonomis tanaman karet alam relatif tua sehingga kemampuan produksinya menurun. Tanaman karet yang tua memberi pengaruh pada biaya pemeliharaan yang tinggi, sedangkan penerimaan dari tanaman tersebut semakin menurun. Upaya peremajaan dan penanaman baru tanaman karet dilakukan untuk memacu peningkatan produktivitas, peningkatan optimalisasi pola usahatani tani, dan peningkatan teknologi budidaya. Keberhasilan langkah peningkatan produktivitas tersebut diharapkan akan mendukung peningkatan produksi karet alam Indonesia dan pada akhirnya berbanding lurus dengan jumlah dan kualitas ekspor karet alam Indonesia.

5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam Indonesia

Produksi karet alam Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan seperti yang tertera pada Tabel 11. Sama halnya yang terjadi pada produksi karet alam Indonesia, konsumsi karet alam Indonesia juga mengalami kecenderungan meningkat secara fluktuatif. Rata-rata peningkatan konsumsi karet alam Indonesia adalah sebesar 22,6 persen per tahun selama periode 2001-2007. Peningkatan konsumsi karet alam Indonesia adalah efek dari peningkatan kebutuhan sehari- hari yang menggunakan bahan baku karet alam. Penggunaan karet alam dalam kehidupan sehari-hari cukup luas, misalnya sebagai bahan baku dalam pembuatan ban, bahan campuran dalam berbagai peralatan, antara lain peralatan bedah, alat farmasi, peralatan, percetakan, industri kertas, peralatan mobil, bahan tekstil, karpet, alat kontrasepsi dan sebagainya. Total konsumsi karet alam Indonesia hanya sebesar 8,84 persen dari total keseluruhan konsumsi karet alam dunia IRSG, 2006 Bila dibandingkan dengan konsumsi karet alam Indonesia, jumlah produksi karet alam Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestik karet alam Indonesia. Kelebihan produksi atau penawaran karet alam Indonesia disalurkan dalam bentuk ekspor ke negara lain. Kecenderungan volume ekspor karet alam Indonesia terus meningkat tiap tahun. Surplus produksi domestik karet alam Indonesia dan tingginya permintaan karet alam dunia memicu peningkatan total ekspor karet alam Indonesia. IRSG 2008 mencatat total ekspor karet alam Indonesia meningkat sebesar 7,58 persen pada tahun 2007. Ekspor karet alam Indonesia tahun 2007 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor karet alam Indonesia pada tahun- tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Gambar 7. Upaya yang harus dilakukan Indonesia untuk menjaga kesinambungan ekspor karet alam dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas. Jika produktivitas meningkat dan perbaikan mutu karet alam terlaksana, maka permintaan ekspor karet alam Indonesia ke dunia internasional akan meningkat pula. Sumber : International Rubber Study Groups, Tahun 2008 Gambar 7. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Karet Alam Indonesia, Tahun 1980-2007

5.2.3. Ekspor Karet Alam Indonesia