Latar Belakang Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumsi Daging Sapi Rendah Lemak (Studi Kasus Di Supermarket Giant Poins Square Dan Giant Pondok Gede Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor Peternakan merupakan salah satu bidang pertanian yang mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan pembangunan nasional. Salah satu tujuan pengembangan pembangunan nasional di sektor peternakan adalah usaha pemenuhan gizi masyarakat yang berasal dari protein hewani, salah satu diantaranya dapat diperoleh dari daging. Daging merupakan bahan pangan yang disukai oleh masyarakat, karena daging mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti kandungan protein yang tinggi, air, mineral, vitamin dan terdapat kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang Soeparno,1992. Asam-asam amino tersebut bermanfaat untuk pertumbuhan otak manusia. Adapun komposisi beberapa zat gizi dalam daging khususnya sapi, ayam dan kerbau per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 1 1 . Tabel 1. Komposisi Beberapa Zat Gizi Daging Sapi, Ayam Dan Kerbau Per 100 Gram Bahan Daging Zat Gizi Sapi Ayam Kerbau Air gram 66,0 - 84,0 Protein gram 18,8 18,2 18,7 Energi K 207,0 302,0 84,0 Lemak gram 14,0 25,0 0,5 Kalsium mg 11,0 14,0 7,0 Besi mg 2,8 1,5 2,0 Vitamin A SI 30,0 810,0 0,0 1 http: www.depkes.go.idindex=articletaskAyo Makan Ikan 31 Oktober 2005. Berdasarkan Tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa tiap zat gizi yang terkandung dalam daging, baik itu untuk daging sapi, ayam dan kerbau berbeda- beda. Pada 100 gram daging sapi dan kerbau kandungan zat gizi yang terbesar adalah energi sebesar 207,0 Kal untuk daging sapi dan 84,0 Kal untuk daging kerbau, sedangkan pada daging ayam kandungan zat gizi yang terbesar adalah vitamin A sebesar 810,0 SI. Komposisi zat gizi ketiga daging tersebut secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebenarnya daging kerbau jika dilihat dari zat gizi lemaknya adalah daging yang paling baik di konsumsi karena memiliki kandungan lemak yang paling rendah diantara daging sapi dan daging ayam yaitu 0,5 Gram. Namun demikian, daging kerbau untuk di beberapa daerah tertentu seperti DKI Jakarta ketersediaannya sangat terbatas sehingga sangat jarang konsumen mengkonsumsi daging kerbau tersebut. Sedangkan untuk daging ayam dan daging sapi meskipun kandungan lemaknya cukup tinggi, namun konsumen sangat menyukainya karena ketersediaan dari daging ayam dan daging sapi tersebut ada, rasanya yang lezat dan konsumen mudah memperolehnya. Keunggulan lain dari daging adalah bahwa protein daging lebih mudah dicerna daripada yang berasal dari protein nabati 2 . Selain bermanfaat bagi tubuh, daging juga dapat memberikan kepuasan dan kenikmatan bagi yang memakannya karena memiliki aroma dan rasanya yang enak. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi daging menyebabkan meningkatnya konsumsi daging nasional. Hal ini diketahui dari meningkatnya konsumsi produk daging nasional. Pada tahun 2005 konsumsi daging mencapai 1.578,872 ton dan tahun 2006 konsumsi tersebut meningkat 260,070 ton sehingga konsumsi bertambah menjadi 1.601,60 ton. 2 http: www.depkes.go.id .index=articletaskMengapa Kita Perlu Makan Daging ? 31 Oktober 2005. Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2006. Seiring dengan meningkatnya konsumsi daging nasional tersebut menyebabkan produksi daging nasional pun turut mengalami peningkatan. Tabel 2. Perkembangan Produksi Daging Di Indonesia 2002-2006 Tahun 000 Ton Jenis 2002 2003 2004 2005 2006 Sapi 330,3 369,7 447,6 358,7 389,3 Kerbau 42,3 40,6 40,2 38,1 39,5 Kambing 58,2 63,9 57,1 50,6 53,3 Domba 68,7 80,6 66,1 47,3 51,9 Babi 164,5 177,1 194,7 173,7 179,4 Kuda 1,1 1,6 1,6 1,0 1,7 Ayam Buras 288,3 298,5 296,4 301,4 322,8 Ayam Ras Petelur 42,8 48,1 48,4 45,2 54,3 Ayam Ras 751,9 771,1 846,1 779,1 955,8 Itik 21,8 21,2 22,2 21,4 22,3 Total 1.769,8 1.872,6 2.020,4 1.817,0 2.070,2 : Angka Sementara Sumber : Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2005. Berdasarkan Tabel 2 di atas, produksi daging sapi pada tahun 2002 sebesar 330,3 ton dan tahun 2003 sebesar 369,7 ton. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 39,4 persen. Sedangkan pada tahun 2004 juga mengalami peningkatan sebesar 77,9 persen. Namun demikian, produksi daging sapi pernah juga mengalami penurunan yaitu dari tahun 2004-2005. Penurunan jumlah produksi daging sapi tersebut diduga karena adanya serangan penyakit anthrax. Untuk mencukupi kebutuhan daging sapi, konsumen umumnya membeli daging sapi di supermarket, pasar tradisional dan pedagang daging keliling. Dalam membeli daging sapi, konsumen menginginkan daging sapi yang aman, sehat, utuh dan halal. Dilihat dari segi higiene dan kualitas, daging sapi di supermarket lebih terjamin kualitasnya dan dapat memenuhi kriteria diatas karena adanya standarisasi yang dilakukan oleh pihak supermarket pada daging sapi yang akan dijual Ridvana,2002. Kualitas daging sapi dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging sapi adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif hormon, antibiotik dan mineral. Sedangkan faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging sapi adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman pH daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, lemak intramuskular marbling, metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging serta lokasi otot 3 . Pada saat memilih daging sapi, umumnya konsumen melakukan seleksi terhadap keadaan fisik daging sapi tersebut. Hal yang diperhatikan antara lain warna, bau, lemak, kekenyalan dan tekstur daging Soeparno, 1992. Namun saat ini konsumen cenderung lebih mengutamakan membeli daging sapi yang kandungan lemaknya rendah dengan alasan untuk kepentingan kesehatan 4 . Oleh karena perubahan perilaku konsumen seperti tuntutan konsumen yang semakin tinggi, pendidikan yang tinggi, pengetahuan konsumen yang semakin bertambah dan adanya keputusan untuk membeli, maka studi perilaku konsumen terhadap daging sapi rendah lemak perlu dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah