supermarket lebih terjamin kualitasnya dan dapat memenuhi kriteria diatas karena adanya standarisasi yang dilakukan oleh pihak supermarket pada daging
sapi yang akan dijual Ridvana,2002. Kualitas daging sapi dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging sapi adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur,
pakan dan bahan aditif hormon, antibiotik dan mineral. Sedangkan faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging sapi adalah metode
pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman pH daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, lemak intramuskular
marbling, metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging serta lokasi otot
3
. Pada saat memilih daging sapi, umumnya konsumen melakukan seleksi
terhadap keadaan fisik daging sapi tersebut. Hal yang diperhatikan antara lain warna, bau, lemak, kekenyalan dan tekstur daging Soeparno, 1992. Namun
saat ini konsumen cenderung lebih mengutamakan membeli daging sapi yang kandungan lemaknya rendah dengan alasan untuk kepentingan kesehatan
4
. Oleh karena perubahan perilaku konsumen seperti tuntutan konsumen yang
semakin tinggi, pendidikan yang tinggi, pengetahuan konsumen yang semakin bertambah dan adanya keputusan untuk membeli, maka studi perilaku konsumen
terhadap daging sapi rendah lemak perlu dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Meningkatnya produksi daging khususnya daging sapi sejak tahun 2002, menunjukkan bahwa daging sapi ini merupakan daging yang paling disukai oleh
masyarakat Indonesia Tabel 2. Salah satu daerah yang paling banyak mengkonsumsi daging sapi adalah Propinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan DKI
3
http: www.depkes.go.id
.index=articletask Mengapa Kita Perlu Makan Daging ? 31 Oktober 2005.
4
www.Majalah Kesehatan.com.index=option task Tips Sehat Makan Daging.27 September 2005.
Jakarta memiliki jumlah penduduk lebih dari sepuluh juta jiwa Retnowati,2005. Selain itu, Propinsi DKI Jakarta merupakan salah satu kota besar yang
masyarakatnya cenderung lebih cepat menyerap arus globalisasi yang mempengaruhi gaya hidup
life style mereka, seperti pola konsumsi pangan. Masyarakat khususnya di daerah perkotaan, dengan mobilitas sehari-hari yang
cukup tinggi lebih memilih untuk mengkonsumsi pangan yang tidak hanya berorientasi pada makanan yang cepat saji saja, melainkan juga makanan sehat
sehingga mereka tetap dapat beraktivitas dengan baik. Salah satu cara mereka menjaga kesehatannya yaitu dengan mengkonsumsi daging sapi khususnya
daging sapi yang kandungan lemaknya rendah. Konsumen umumnya membeli daging sapi yang kandungan lemaknya
rendah karena alasan kesehatan, seperti menghindari kolesterol dan kegemukan. Selama beberapa tahun terakhir, daging sapi selalu dianggap bahan
makanan yang harus dihindari karena mengandung lemak yang tinggi. Hanya makanan berserat dan
sea food yang diyakini tidak mengandung lemak yang tinggi. Namun saat ini, Departemen Pertanian Amerika Serikat melaporkan
adanya perubahan dalam teknis beternak dan memotong dalam industri daging sehingga daging potong yang ada memiliki kandungan lemak yang jauh lebih
rendah dibandingkan 25 tahun yang lalu
5
. Umumnya konsumen yang mengkonsumsi daging sapi rendah lemak ini
adalah konsumen menengah ke atas mengingat harga komoditas daging sapi rendah lemak ini mahal. Adanya informasi mengenai hal tersebut menyebabkan
persepsi konsumen terhadap suatu produk, khususnya daging sapi menjadi berubah. Saat ini orang tidak perlu terlalu khawatir untuk mengkonsumsi daging
sapi, karena ada beberapa bagian daging sapi yang mengandung lemak rendah.
5
http: www.Majalah
Kesehatan.com.index=option task Tips Sehat Makan Daging. 27 September 2005.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik individu yang mengkonsumsi daging sapi rendah lemak?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan mengkonsumsi daging sapi rendah lemak ?
1.3. Tujuan Penelitian