Penelitian Terdahulu Tentang Model Logit

bertugas untuk berbelanja dan menyiapkan makanan bagi keluarga serta memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan jenis pekerjaan lain seperti pegawai swasta. Konsumen di Supermarket Matahari yang berpenghasilan satu juta rupiah ke atas berjumlah 73,4 dan konsumen Supermarket Hero berjumlah 43,3 . Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai penghasilan lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk memilih tempat berbelanja yang lebih nyaman dan pelayanan yang memuaskan. Selain itu prestise atau keberadaan mereka sebagai seorang yang berasal dari kalangan menengah atas, dimana mereka menyadari bahwa Supermarket Matahari dan Hero merupakan supermarket yang cukup baik dan harga juga cukup mahal. Preferensi konsumen dalam hal memilih kualitas daging sebanyak 33,3 konsumen di Supermarket Matahari dan 40 konsumen Supermarket Hero melakukan penilaian terhadap warna daging pada saat membeli daging. Di Supermarket Matahari lemak dalam otot menempati urutan kedua sebagai hal yang paling diperhatikan konsumen dengan persentase sebanyak 23,3 , sedangkan di Supermarket Hero keempukan menjadi pilihan kedua dengan persentase 23,3 . Hal ini menunjukkan bahwa marbling merupakan salah satu sifat daging yang penting yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli daging.

2.3. Penelitian Terdahulu Tentang Model Logit

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih 1999 yaitu mengenai perilaku konsumen jeruk besar konsumen rumah tangga dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen rumah tangga dalam memilih jenis jeruk yang akan dikonsumsinya. Variabel tak bebasnya adalah Y=1, jika konsumen memilih mengkonsumsi jeruk besar dan Y=0, jika konsumen memilih mengkonsumsi jeruk jenis lainnya. Penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi logistik dan diperoleh nilai statistik G= 41.135 yang signifikan pada α = 0.0001. hal ini menunjukkan paling sedikit terdapat satu variabel yang berpengaruh nyata. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah pendapatan, jumlah anggota keluarga, harga jeruk Bali, harga jeruk lainnya dan musim. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar peluang keluarga tersebut memilih jeruk Bali untuk dikonsumsi. Untuk variabel harga, peluang memilih jeruk Bali akan menurun bila harga jeruk Bali meningkat, jika harga jeruk lainnya meningkat maka peluang konsumen membeli jeruk Bali akan meningkat. Variabel lainnya yang berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk mengkonsumsi jeruk Bali adalah musim. Masyarakat yang memilih untuk mengkonsumsi jeruk Bali pada musimnya akan lebih tinggi dibandingkan pada saat bukan musimnya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Widya 2003 mengenai perilaku konsumsi sampo dan tanggapan konsumen terhadap iklan sampo melalui televisi. Adapun variabel tak bebas pada penelitian ini adalah Y=1, jika responden membeli dan Y=0, jika responden tidak membeli. Hasil penelitiannya menunjukkan nilai statistik G sebesar 27.098 yang siginifikan pada α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan model tersebut cukup baik, artinya paling sedikit terdapat satu variabel yang berpengaruh nyata. Variabel-variabel bebas yang berpengaruh nyata adalah harga, manfaat yang diharapkan dan daya tarik dari iklan sampo tersebut. Penelitian Dano 2004 menunjukkan bahwa pola konsumsi daging sapi konsumen rumah tangga di pasar supermarket lebih baik dibandingkan dengan konsumen rumah tangga di pasar tradisional. Hal ini karena ditunjang oleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Frekuensi konsumen rumah tangga ke pasar tradisional rata-rata satu bulan dua kali dengan rata-rata pembelian antara satu sampai dengan dua kilogram. Bagian daging yang sering dibeli konsumen adalah gadik yang bermanfaat untuk diolah menjadi rendang. Atribut daging sapi yang dinilai baik atau disukai oleh konsumen di pasar tradisional diantaranya : harga, bagian daging kualitas, warna, kekenyalan, perlemakan, kilap daging, tekstur, kebasahan daging, ketersediaan, pelayanan dan asal daging. Sedangkan atribut penyakit, tempat potong, potongan daging dan ketersediaan daging, konsumen bersikap netral artinya atribut tersebut tidak mempengaruhi minat konsumen untuk mengkonsumsi daging sapi. Untuk meningkatkan konsumsi daging sapi dan menjaga kepercayaan konsumen maka perlu dilakukan perbaikan terhadap atribut daging sapi yang telah ada. Terutama dari segi harga yang masih dinilai mahal oleh konsumen serta mempertahankan atribut yang disukai konsumen. Hasil survei terhadap 30 responden di pasar supermarket dan 30 responden di pasar tradisional didapatkan atribut daging sapi ideal dilihat dari kualitas fisik daging sapi. Menurut konsumen pasar supermarket, mereka menyukai daging sapi warna merah cerah 56,67 , kenyal 63,33 , sedikit lemak 73,33 , permukaan daging mengkilap 56,67 , tekstur halus 76,67 dan daging masih agak basah 46,67 . Sedangkan konsumen pasar tradisional menyukai daging sapi warna merah cerah 73,33 , daging tidak terlalu kenyal 50 , sedikit lemak 60 , permukaan daging tidak terlalu mengkilap 50 , tekstur halus 60 dan daging masih agak basah 60 . Penelitian yang dilakukan oleh Rhamdani 2004 mengenai Willingness to Pay WTP Masyarakat Terhadap Perbaikan Ekosistem Hutan Mangrove Muara Angke HMMA Jakarta Utara Melalui Pendekatan Contingent Valuation Method CVM dengan Analisis Regresi Logit bahwa karakteristik pengunjung HMMA Jakarta Utara adalah didominasi oleh laki-laki 71 dengan kelompok usia 15- 22 tahun 31 . Untuk tingkat pendidikan pengunjung HMMA sebagian besar merupakan lulusan SLTAsederajat 52 , dengan jenis pekerjaan mayoritas sebagai karyawan 30 dan buruh 22 . Tingkat pendapatan dari pengunjung HMMA, lebih banyak pada selang nilai Rp. 500.000,00 - Rp. 1.000.000,00. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk ikuttidaknya berpartisispasi dalam perbaikan kualitas HMMA adalah kegiatan pemanfaatan HMMA untuk berwisata, biaya yang dikeluarkan untuk sekali kunjungan, kemudahan mencapai lokasi, tingkat kenyamanan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung untuk kawasan HMMA adalah pengetahuan mengenai manfaat mangrove, tingkat umur, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Besarnya nilai WTP dari pengunjung HMMA berdasarkan rataan hitungnya adalah sebesar Rp. 4.127,907. Adapun persamaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah alat analisis yang digunakan yaitu analisis model logit. Sedangkan perbedaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah dari salah satu aspek atribut daging sapi dalam hal ini adalah daging sapi yang rendah lemak dan lokasi yang dipilih adalah supermarket yang menjual daging sapi rendah lemak tersebut. BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Konsumen