Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990

4.1.2.2.1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

Sejak diamandemenkan UUD 1945, dilakukan oleh MPR 1999-2002, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak luput dari perubahan yang terjadi di masa reformasi dengan masa transisi sosial, politik, hukum, dan keamanan sehingga masih menunggu hasil optimal. Secara khusus, transformasi hukum tidak sedikit mengalami perubahan mendasar. Misalnya, kebijakan hukum dan politik yang sangat fundamental setelah amandemen adalah terbentuknya lembaga-lembaga negara yang baru seperti Dewan Perwakilan Daerah DPD yang menunjukkan prinsip dari negara hukum. Sebagai negara hukum maka pembuat kebijakan policy maker harus paham akan dasar dalam pembuatan kebijakan penataan lingkungan yang terdapat pada Pasal 28H ayat 1 Undang- Undang Dasar Tahun 1945 berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Pasal 28H ayat 1 dan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 ini, dipergunakan sebagai wujud peningkatan kemakmuran rakyat yang mengacu pada asas-asas tentang hak dasar atas lingkungan yang baik dan sehat. Prinsip ini juga diadopsi dalam Pasal 5 Undang-Undang Lingkungan Hidup Tahun 1982 Jo. Pasal 5 ayat 1 UULH Tahun 1997, tetapi hal ini tidak terdapat pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.2.2.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistem; Dasar hukum perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dapat ditemukan dalam berbagai bentuk kebijakan pemerintah baik dalam peraturan perundang-undangan ataupun intruksi-intruksi pemerintah serta termasuk hukum tidak tertulis berupa hukum adat, dan kebiasaan setempat yang masih berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. Kebijakan ini terdapat Pada Pasal 2 Undang- Undang Republik Ind onesia Nomor 5 Tahun 1990 menjelaskan “konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang”. Dalam melakukan penataan lingkungan harus memperhatikan korservasi yang berasaskan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati agar tercipta ekosistem yang serasi dan seimbang. Pada Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 ini juga menjelaskan “Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia”. Di Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 ini mengatakan bahwa konservasi di wujudkan agar terciptanya keseimbangan ekosistem dan sebagai bentuk upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini sudah sesuai fungsi dari kebijakan itu sendiri, sebagai instrument agar terciptanya kesejahteraan rakyat.

4.1.2.2.3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan