Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Perda Kota Semarang No. 4 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Semarang Tahun 2005-2010, serta No. 7 Tahun 2010 tentang Ruang Terbuka Hijau RTH. Dalam kenyataannya, permasalahan lingkungan tersebut belum dapat teratasi dengan baik, apalagi pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang ini terus meningkat sedangkan lahan untuk ruang hijau semakin sedikit. Hal ini dapat disebabkan pola pikir atau budaya masyarakat yang kurang menaati dan memahami peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang telah di keluarkan oleh pemerintah atau bisa jadi peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut belum dapat mengatasi permasalahan lingkungan karena belum mampu diterapkan sesuai dan tepat sasaran. Dalam mengatasi masalah ini diperlukan pengkajian ulang terhadap kebijakan yang pernah dikeluarkan pemerintah agar permasalahan penataan lingkungan dapat segera teratasi.

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Secara umum permasalahan penataan lingkungan Kota Semarang memang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini yang harus di tangani oleh pemerintah dalam menciptakan tata lingkungan sesuai dengan amanat yang di tuangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Faktor-faktor ini antara lain terbagi menjadi tiga segi yaitu dari segi aturan, struktur dan masyarakat. Yang pertama dari segi aturan adalah peraturan dan kebijakan pemerintah belum dapat mengatasi permasalahan penataan lingkungan dikarena peraturan dan kebijakan itu tumpang tindih dan bertentangan antara peraturan satu dengan peraturan pelaksanaan lainnya atau peraturan tersebut belum bisa mengatasi permasalahan lingkungan yang ada serta dalam pelaksanaannya implementasi peraturan dan kebijakan itu belum terlaksana sesuai amanat dari UUD 1945. Yang kedua dari segi sturktural adalah aparat belum mampu melaksanakan isi dari yang dituangkan dalam peraturan dan kebijakan tersebut atau kekurangan dana dari pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Yang terakhir dari segi masyarakat adalah kekurangtahuan masyarakat terhadap manfaat lingkungan, tingkat kesadaran hukum masyarakat yang masih relatif rendah, dan kekurangpedulian masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang cenderung konsumtif. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan permasalahan lingkungan belum dapat teratasi dengan baik, sehingga tidak ada solusi pemecahannya. Hal ini yang harus diperhatikan pemerintah dalam membuat kebijakan agar tercapainya pembangunan yang berkelanjutan sesuai amanat yang dituangkan dalam UUD 1945. Karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman daripada peneliti, sehingga peneliti tidak dapat untuk membahas semua faktor-faktor yang ada dalam permasalahan penataan lingkungan di Kota Semarang tersebut. Untuk itu peneliti membatasi fokus penelitian ini pada bentuk-bentuk kebijakan publik bidang lingkungan di Kota Semarang Tahun 2010, khususnya pada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD terkait dalam penelitian ini adalah organisasi bagian hukum Pemerintah Kota Semarang dan organisasi badan lingkungan hidup kota Semarang.

1.3 Rumusan Masalah