1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk banyak. Dengan jumlah penduduk yang banyak ini menimbulkan berbagai permasalahan
terkait dengan kesejahteraan warga negaranya. Masalah sosial terkait dengan penataan lingkungan merupakan cabang masalah kependudukan apalagi jika
pertambahan penduduk tersebut tidak dapat terkontrol secara efektif. Akibat pertambahan penduduk, keadaan lingkungan membutuhkan penyesuaian,
terutama mengenai
sumber-sumber penghidupan masyarakatnya
yang membutuhkan penyesuaian juga.
Negara Indonesia berlandaskan hukum, maka sudah selayaknya jika hukum dijadikan supremasi, dimana semua orang diharapkan tunduk dan patuh
terhadapnya tanpa kecuali. “Maka hukum mengikatkan diri kepada masyarakat sebagai basis sosialnya. Ini berarti, bahwa ia harus memperhatikan kebutuhan
dan kepentingan-kepentingan anggota-anggota masyarakat serta memberikan pelayanan kepadan
ya” Raharjo 2006: 18. Kondisi tersebut sangat dimungkinkan jika tersedia perangkat hukum yang mengatur seluruh sektor
kehidupan, termasuk dalam permasalahan tata lingkungan di Indonesia yang sesuai dengan cita-cita bangsa. Amanat cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana
yang tercantum di dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 alinea ke empat adalah
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
dan untuk
memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan
dalam permusyawaratanperwakilan,
serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang memiliki 33
provinsi, sebagai negara berkembang tiap provinsi terus melakukan pembangunan-pembangunan di tiap sektor untuk mengejar ketinggalannya
dengan negara maju. Semarang adalah salah satu ibukota Propinsi Jawa Tengah di Indonesia merupakan pusat segala aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.
Seperti halnya kota-kota lain yang sedang berkembang di seluruh dunia. Kota Semarang merupakan kota yang sedang berkembang pesat, seiring pesatnya
perkermbangan, seperti telah berdirinya kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan sebagiannya sehingga
mendorong para urban untuk mengadu nasib di kota tersebut. Akibatnya kota ini terus melakukan pembangunan disegala bidang. Pembangunan ini menghasilkan
manfaat di segala bidang kehidupan, antara lain bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Namun pembangunan juga membawa dampak
negatif berupa pencemaran danatau perusakan lingkungan. Pembangunan akan menyebabkan perubahan drastis pada sektor lingkungan
terutama pada sumber daya alam oleh karena itu dalam rangka mencapai tujuan pembangunan tersebut diperlukan untuk memperhatikan daya dukung
lingkungan dengan pembangunan sehingga permasalahan lingkungan di Kota Semarang dapat teratasi dan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable
development dapat telaksana sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Permasalahan lingkungan seperti banjir pasang Rob, tanah longsor di daerah Trangkil, polusi udara yang menyebabkan hujan asam, “pencemaran air
dan ancaman penumpukan sedimentasi akibat tidak adanya upaya konservasi, sehingga lingkungan di kawasan hulu sungai yang rusak menyebabkan pasokan
air ke waduk berkurang” Kompas Tgl 27 Juli 2010 Hlm. C. Sedangkan permasalahan lingkungan seperti banjir rob merupakan salah satu bencana alam
yang rutin di kawasan pesisir Semarang , “seperti di sebagian wilayah Semarang
bagian utara selalu tergenang rob. Wilayah yang selalu tergenang antara lain Jalan Empu Tantular, Kawasan Kota Lama, Pasar Johar, dan Jalan MT Haryono
Bubakan” Kompas Tgl 30 Juli 2010 Hlm. C. Banjir rob merupakan permasalahan lingkungan yang tidak pernah terselesaikan dengan baik, bahkan
menjadi masalah yang semakin besar seiring dengan perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai dan penurunan muka tanah di kawasan pantai ini. “Di
masa mendatang, dampak banjir rob ini diprediksi akan semakin besar dengan adanya skenario kenaikan muka air laut sebagai efek pemanasan global. Pada
kondisi ini masyarakat tetap melakukan adaptasi untuk bertahan dalam lingkungan
meski daerahnya
tidak nyaman
untuk hunian”
http:www.ugm.ac.idindex.php?page=rilis artikel=1599 Jam 15.44 WIB Tgl 08 Desember 2010.
Permasalahan lingkungan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ulah masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya seperti membuang
sampah sembarangan, mendirikan bangunan di bantaran sungai dan melakukan penebangan liar. Dalam hal permasalahan lingkungan tersebut diperlukan
kepedulian pemerintah secara terpadu baik unsur pemerintah sebagai pembuat, pelaksana maupun pengawas regulasi sesuai dengan amanat UUD 1945. Maka
sebagai bentuk solusi terhadap hal tersebut pemerintah telah membuat suatu kebijakan atau peraturan untuk mengatasinya.
Kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku aktor, misalnya pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah
atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Kebijakan pada umumnya digunakan dalam arti luas dan mungkin juga menunjuk sesuatu
yang lebih khusus Winarno 2002: 14.
“Peraturan perundangan yang merupakan kebijakan publik public policy atau yang sering disebut kebijakan negara, karena kebijakan itu dibuat oleh
negara. Bentuk kebijakan itu dapat berupa Perundang-undangan atau Peraturan Daerah dan sebagainya” Dewi 2002: 1. “Kebijakan publik yang diwujudkan
dalam bentuk Perundang-undangan atau Peraturan Daerah itu adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering
diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan” Dwijowijoto 2003: 159. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan umum untuk mengatasi
permasalahan lingkungan yaitu Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Hal tersebut diikuti oleh Pemerintah Kota Semarang dengan
adanya Perda Kota Semarang No. 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan No. 8 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Perda Kota Semarang No. 4 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Semarang Tahun 2005-2010, serta No. 7
Tahun 2010 tentang Ruang Terbuka Hijau RTH. Dalam kenyataannya, permasalahan lingkungan tersebut belum dapat
teratasi dengan baik, apalagi pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang ini terus meningkat sedangkan lahan untuk ruang hijau semakin sedikit. Hal ini
dapat disebabkan pola pikir atau budaya masyarakat yang kurang menaati dan memahami peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang telah di
keluarkan oleh pemerintah atau bisa jadi peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut belum dapat mengatasi permasalahan
lingkungan karena belum mampu diterapkan sesuai dan tepat sasaran. Dalam mengatasi masalah ini diperlukan pengkajian ulang terhadap kebijakan yang
pernah dikeluarkan pemerintah agar permasalahan penataan lingkungan dapat segera teratasi.
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah