4.1.2.3.1 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL Kawasan Kota Lama Semarang
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL Kawasan Kota Lama Semarang
merupakan kebijakan penataan lingkungan yang di keluarkan Pemerintah Kota Semarang dalam menyusun tata letak dan tata bangunan di kawasan kota lama
Semarang. Pasal 1 huruf f Perda Nomor 8 Tahun 2003 ini berbunyi “penataan
ruang adalah kesatuan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang”, sedangkan Pasal 1 huruf j berbunyi
Rencana tata bangunan dan lingkungan yang selanjutnya disebut RTBL adalah penjabaran dari rencana detail tata ruang kawasan perkotaan
berupa rencana geometrik pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang disusun untuk perwujudan ruang kawasan perkotaan dalam rangka
pelaksanaan pembangunan kota.
Rencana tata bangunan dan lingkungan RTBL merupakan hasil perencana tata ruang dan lingkungan yaitu perpaduan antara ruang dan bangunan-bangunan
yang telah ada dan yang akan didirikan dalam suatu kawasan tertentu. Rumusan kebijakan ini adalah kebijakan untuk pelestarian dan revitalisasi kawasan yang
disusun dan ditetapkan untuk menyiapakan perwujudan kawasan dalam rangka pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kawasan yang dilakukan
oleh pemerintah, swasta dan masyakat. Tujuan dari Peraturan daerah ini terdapat dalam Pasal 4 Perda Nomor 8 Tahun 2003 tentang RTBL Kawasan Kota Lama
Semarang yaitu :
a. Melindungi kekayaan historik dan budaya di kawasan Kota Lama baik
yang berupa bangunan kuno bersejarah maupun bentuk kota yang sudah ada.
b. Mengembangkan kawasan Kota Lama sebagai kawasan historik yang
hidup vibrant dan memungkinkan untuk kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata modern dalam rona arsitektural dan lingkungan
sebagai bagian dari sejarah Kota Semarang.
c. Mencapai pemanfaatan ruang dengan pola pemakaian campuran yang
sesuai dengan tujuan konservasi dan revitalisasi kawasan historis- budaya.
d. Mengembangkan kesadaran dan peran serta pemerintah, swasta dan
masyarakat. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL Kota Lama Semarang
merupakan perwujudan dari aspirasi masyarakat yang tertuang dalam rangkaian kebijakan pembangunan fisik di kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota
Lama Semarang adalah suatu kawasan historik yang kaya akan bangunan dan rancangan kota khas masa kolonial yang merupakan bagian dari masa lalu dan
kebudayaan kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wundri Ajisari, SH pada tanggal 11 Juli 2011 jam 14.00 WIB di Setda Kota Semarang mengatakan bahwa
Perencanaan tata ruang ini dalam proses perizinan bangunan atau gedung harus melalui izin lain yaitu KRK Keterangan Rencana Kota, izin KRK
baru keluar apabila ada iji prinsip sedangkan untuk izin prinsip keluar bila lokasi yang akan digunakan untuk bangun gedung sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW adalah dalam Perda RTRW Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang Tahun 2000-2010 dan bisa berubah sesuai dengan perkembangan suatu wilayah. Bila ada rencana tata ruang wilayah
disebutkan bahwa kawasan tersebut bukan merupakan kawasan pemukiman dan merupakan kawasan konservasi maka tidak akan keluar
izin KRK. Dalam hal ini biasanya Pemerintah Kota Semarang selalu adakan koordinasi antar instasibadan-badan sebelum mengeluarkan izin,
jadi tidak asal-asalan. KRK dikeluarkan oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan. Sedangkan untuk menentukkan kawasan dalam RTRW
adalah Bappeda dan untuk izin mendirikan bangunan yang mengeluarkan BPPT serta yang mengontrol pelaksanan Perda adalah Bagian Hukum
Setda Kota Semarang. KRK itu ada masa berlakunya misalnya 1 tahun. Untuk hal ini yang tahu hanya Dinas Tata Kota. Selama KRK masih
berlaku meskipun ada perubahan RTRW, tetap bisa dikeluarkan izin
prinsip dan IMB supaya mencegah terjadi kekosongan hukum pada masa transisi, tetapi bila masih ada masalah maka akan dibawa dan dikaji oleh
BKPRD. Anggota BKPRD itu campuran dari berbagai instansibadan- badan, DTKP, Dishubkominfo, BPPT, Bagian Hukum dan ketuanya
adalah Bappeda. Untuk bangunan gedung apapun, baik rumah, kantor, hotel, dll. Harus selalu memperhatikan ketinggian bangunan untuk
keselamatan penerbangan dan jalur komunikasi. Selain itu juga harus memperhitungkan lalu lintas baik ketinggian bangunan maupun kondisi
lain lokasi bangunan dikaji oleh dishubkominfo serta semuanya harus lengkap. Selain instansi tersebut BLH dan Dinas PSDA pun dilibatkan
dalam mengkaji aspek lingkungan terutama penggunaan air tanah. Penggunaan air tanah dibatasi dan diutamakan adalah penggunaan
PDAM. Semua instansi harus selalu ada di setiap proses perizinan pembangunan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diperoleh Pembangunan kawasan kota lama Semarang ini didukung oleh pembangunan potensi alami,
serta sosial ekonomi, budaya, politik, pertahanan keamanan dan teknologi yang menjadi ketentuan pokok bagi seluruh jenis pembangunan baik yang
dilaksanakan Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Pusat dan masyarakat secara terpadu..
Berdasarkan wawancara dengan Wundri Ajisari, SH pada tanggal 14 Maret 2011 jam 10.00
WIB di Setda Kota Semarang mengatakan bahwa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang
yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota Semarang adalah merupakan
acuan dalam
pelaksanaan pembangunan.
Dimana Pembangunan dilaksanakan untuk menambah kesejahteraan masyarakat.
Oleh karenanya apabila cara pelaksanaan yang di tempuh dapat mengganggu ketentraman masyarakat maka cara tersebut adalah salah.
Jadi, kebijakan rencana tata bangunan dan lingkungan ini adalah suatu perangkat panduan bagi terwujudnya lingkungan yang tanggap terhadap
berbagai isu lingkungan, baik yang bersifat fisik, maupun non fisik yang dikaji oleh berbagai instansibadan-badan dengan melalui proses yang panjang.
4.1.2.3.2 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 tentang