Deskripsi Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

42

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Secara geografis Kota Semarang terletak antara 6 derajat 50’ – 7 derajat 10’ lintang selatan dan garis 109 derajat 35’ – 110 derajat 50’ bujur timur, dengan batas-batas sebagai berikut: a. sebelah utara dengan Laut Jawa, b. sebelah timur dengan Kabupaten Demak, c. sebelah barat dengan Kabupaten Kendal, dan d. sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang BPS 2009: vii. Suhu udara berkisar antara 20 - 30 derajat Celsius dan suhu rata-rata 27 derajat Celsius. Kota Semarang memiliki luas 373,70 km atau 37.366.836 Ha. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2 BPS 2009: vii. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor Pantai Utara, koridor selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor timur ke arah Kabupaten Demak atau Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat jalur kereta api dan jalan serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah ini diakibatkan karena Kota Semarang merupakan “Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah yang jumlah penduduknya ± 1,5 juta jiwa dan akan terus meningkat setiap tahun, sesuai dengan fungsi dan perannya Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan, transportasi, komunikasi, perdagangan, industri, pendidikan dan pariwisata kebudayaan yang mendorong pertumbuhan perekonomian di Kota Semarang” Data Sekunder, Olahan Peneliti. Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang penduduk Kota Semarang periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,4 per tahun. Pada tahun 2005 adalah 1.419.478 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang terdiri dari 748.515 penduduk laki-laki, dan 758.409 penduduk perempuan. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Pada tahun 2009 jumlah kelahiran sebanyak 25.471 jiwa, jumlah kematian sebanyak 10.488 jiwa, penduduk yang datang sebanyak 38.910 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 29.107 jiwa. Besarnya penduduk yang datang ke Kota Semarang disebabkan daya tarik Kota Semarang sebagai kota perdagangan, jasa, industri dan pendidikan BPS 2009: 28. Pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Gunungpati, yaitu sebesar 4,71 , kemudian berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Gayamsari 4,37, Kecamatan Mijen 4,32, Kecamatan Ngalian 3,31 , Kecamatan Candisari 3,29 dan Kecamatan Genuk 3,11 . Kecamatan-kecamatan di atas merupakan daerah pengembangan areal perumahan dan areal industri sehingga banyak terjadi arus perpindahan penduduk masuk ke kecamatan-kecamatan tersebut BPS 2009: ix. Pertumbuhan perekonomian di Kota Semarang memacu perkembangan di bidang industri yang akan menimbulkan dampak positif bagi perkembangan kemajuan di Kota Semarang sebagai kota metropolitan. Namun di sisi lain dengan keberhasilan pertumbuhan ekonomi tersebut akan membawa dampak negatif terhadap penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan karena aktivitas di berbagai sektor industri maupun kegiatan rumah tangga berupa pencemaran air, polusi udara, maupun kebisingan yang pada akhirnya menimbulkan keresahan BLH Kota Semarang 2010: 1. Dengan adanya kebijakan penanganan dampak lingkungan dan kebijakan penataan lingkungan yang baik maka akan meminimalisirkan kerusakan lingkungan.

4.1.2 Bentuk-Bentuk Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam