4.1.2.2.6 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, pada Pasal 1 angka 1 menjelaskan bahwa
“Limbah adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan” dan Pasal 1 angka 2 menjelaskan
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan danatau merusakkan lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain
Pasal tersebut memberitahukan bahwa limbah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan dari bisa dari rumah tangga, industri kecil dan industri besar.
Limbah yang berbahaya dan beracun disingkat limbah B3 ini merupakan bahan yang mengandung cairan yang berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan
dan merusak lingkungan hidup serta dapat membahayakan lingkungan hidup. Untuk menghindarimencegah timbulnya dampak lingkungan terhadap limbah
bahan berbahaya dan beracun dari kegiatan rumah tangga ataupun industri yang tidak dapat ditoleransi maka perlu disiapkan rencana pengendalian dampak
negatif yang akan terjadi. Untuk dapat merencanakan pengendalian dampak negatif tentu harus diketahui dampak negatif apa yang akan terjadi dan untuk
dapat mengetahui dampak yang akan terjadi maka perlu dilakukan pendugaan dampak lingkungan. langkah ini disebut pendugaan dampak lingkungan
sehingga dalam penataan lingkungan dapat terlaksana dengan baik.
4.1.2.2.7 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dalam Pasal 2 menyebutkan “konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan
seimbang”. Usaha danatau kegiatan pada ketentuan pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 di atas dalam penataan lingkungan adalah
pengelolaan pembangunan permukiman yang direncanakan oleh pihak pengembang developer, masyarakat, maupun pemerintah harus memperhatikan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang berada di daerah pembangunan pemukiman tersebut agar pembangunan pemukiman tersebut juga
memperhatikan penataan lingkungan, karena pembangunan permukiman dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Penataan lingkungan dalam pembangunan merupakan usaha danatau kegiatan yang dapat mencegah dan menimalisir dampak besar terhadap
kerusakan lingkungan hidup. Hal Ini sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
berbunyi “Pengelolahan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan”.
4.1.2.2.8 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang