membiarkan WPS bekerja di jalanan. Akibatnya adalah HIVAIDS bakal sulit terkendalikan.
Menurut data Kemenkes di tahun 2013, Jawa Tengah menduduki peringkat ke-6 dengan akumulasi penemuan kasus AIDS di Indonesia. Dengan penemuan
HIV sebanyak 607 kasus dan AIDS sebanyak 797 kasus. Sedangkan di level nasional yang memperihatinkan adalah meningkatnya jumlah kasus AIDS pada
ibu rumah tangga, sampai tahun 2013 ada 3368 kasus dan 775 kasus AIDS pada balita.
Alasan pencegahan HIVAIDS ini juga berguna sebagai argumentasi menolak penutupan lokalisasi. Seperti penolakan atas kebijakan Menteri Sosial
Mensos Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, Salim Segaf Al-Jufri yang berencana menutup lima lokalisasi besar di Indonesia yaitu ArgorejoSunan Kuning
Semarang, Dolly Surabaya, Pasar Kembang Yogyakarta, Saritem Bandung dan Kramat Tunggak Jakarta. Sebab penutupan beresiko menghilangkan fungsi
pengawasan dan pencegahan atas HIVAIDS.
4.1.2 Deskripsi Kader Kesehatan
Kader kesehatan yang berperan dalam kegiatan pembinaan wanita pekerja seks di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang sangat diutamakan sekali, karena
wanita pekerja seks harus mendapatkan pelayanan pendampingan oleh kader kesehatan, mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan, dan mendapatkan
pembinaan kesehatan selama wanita pekerja seks hidup di SK. Peranan kader kesehatan di SK sendiri yaitu kader harus mampu memberikan solusi dan
pembinaan yang berkaitan dengan kondisi WPS, kader mampu berperan sebagai
pembina atau PE Peer Education WPS maksudnya yaitu kader harus mampu memberikan pengetahuan atau pendidikan tentang kesehatan dan kader harus
menguasai materi yang akan diberikan sebelumnya, kader sebagai fasilitator yaitu setiap kader harus memberikan pelayanan kesehatan dengan baik dan pelayanan
harus didampingi oleh dokter maupun bidan agar WPS mendapatkan pelayanan pemeriksaan secara maksimal, kader sebagai motivator yaitu kader harus mampu
memberikan dorongan atau dukungan terhadap WPS yang beresiko maupun WPS yang tidak beresiko, kader sebagai katalisator yaitu kader kesehatan harus mampu
memberikan perubahan perilaku, perubahan kesehatan dengan cara memberikan pencegahan terhadap WPS untuk selalu rutin menjalankan pemeriksaan dan
memberikan kondom , dan juga kader sebagai perencanaan yaitu kader mampu merumuskan tujuan dalam pelaksanaan pembinaan WPS dan kader dapat
melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial terhadap WPS di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
Dalam melaksanakan pembinaan dan memberikan pemeriksaan rutin, sebelumnya kader kesehatan mengkoordinir setiap WPS yang di luar SK maupun
di dalam SK yang beresiko dan yang tidak beresiko. Agar kader dan dokter di SK tahu keadaan yang terjadi di lapangan, dengan demikian kader kesehatan dapat
menanganinya langsung dengan tahapan-tahapan pemeriksaan rutin dan pemberian kondom 100 kepada WPS setiap hari. Kader kesehatan harus
melakukan pengawasan terhadap WPS setiap hari, dan menjadi pendamping atau konselor bagi WPS.
4.1.3 Penjangkauan