Dari kelima peranan tersebut yang dilaksanakan para kader di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang dapat dilihat bahwa terdapat beberapa peran kader
kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup para wanita pekerja seks WPS yang berada di Sunan Kuning beda dengan WPS yang hidup dijalanan dan tidak
tinggal di Lokalisasi. Dengan adanya peran kader kesehatan tersebut dapat memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada para WPS terkait dengan
pembinaan kesehatan, melakukan pemeriksaan setiap minggunya, memberikan pengamanan untuk para WPS dalam melakukan hubungan, mengadakan
kunjungan untuk pendataan kasus gejala HIVAIDS atau penyakit lainnya yang berbahaya.
5.1.2 Bentuk-bentuk Pembinaan Terhadap Para Wanita Pekerja Seks
Pembinaan adalah upaya pemberian arahan tentang bagaimana setiap WPS dapat berhati-hati dan tetap menjaga kondisi atau keadaan fisiknya, agar tidak
terkena penyakit maupun virus-virus menular seperti HIVAIDS, atau seperti penyakit kelamin menular lainnya. Pembinaan empowerment merupakan upaya
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi penduduk kategori miskin untuk melakukan kegiatan sosial
ekonomi yang produktif, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dan pendapat yang lebih besar.
Adapun beberapa bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan BKKBN, 2013, yaitu: 1 Penyuluhan kesehatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan; 2 Sosialisasi kesehatan yaitu sebuah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk
berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang disekitarnya; 3 Pengawasan dalam pembinaan kesehatan, Proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk mengetahui dan menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Dari tiga program pembinaan kesehatan yaitu penyuluhan, sosialisasi, dan
pengawasan dalam pembinaan kesehatan, terdapat dua peranan kader yang dominan yaitu peran kader sebagai fsilitator dan peran kader sebagai motivator.
Peran kader tersebut selalu menjadi kualitas di Sunan Kuning dalam melaksanakan pembinaan kesehatan setiap hari senin sampai rabu, sedangkan
untuk hari jum ‟at itu pelaksanaan kegiatan olah raga senam bersama di depan
Aula Sunan Kuning.
5.1.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembinaan
Berikutnya paneliti menyimpulkan juga tentang faktor pendukung yaiu: 1 Dari segi perencanaan, mendapatkan dukungan dari Dinas Sosial, Dinas
Kesehatan, Kementrian Agama, Rumah Sakit, Puskesmas, dari masyarakat dan lembaga-lembagainstansi-instansi lainnya yang mendukung penuh proses
pembinaan; 2 Dari segi pelaksanaan, yaitu: a Kondisi dan letak klinik SK dan aula pembinaan yang strategis dan mudah dijangkau karena terletak di RT 4 persis
pintu masuk dan juga dekat dengan perumahan penduduk, adapun macam-macam program yang diberikan kepada para WPS seperti pembinaan agama, sosial, moral
dan bimbingan keterampilan; b Keberadaan aula pembinaan yang cukup luas dan banyak ruangan untuk pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan IMS, Skrining
dan HIVAIDS; c Sarana dan prasarana yang cukup memadai dan lengkap dapat memperlancar proses pembinaan serta proses pelayanan pemeriksaan; d Sumber
pndidikan dan pembinaan yang cukup mendukung seperti adanya modul materi kesehatan, keterampilan, modul tentang keagamaan serta pendampingan yang
handal dan dapat dipercaya; e Media pembinaan yang mendukung seperti cara penyampaian materi menggunakan pengeras suara, menggunakan LCD dan leptop
dan memberikan modul yang sesuai materi sehingga dapat mengarahkan perhatian para peserta wanita pekerja seks; g Menggunakan metode ceramah, tanya jawab
dan pemberian pemeriksaan serta pengobatan langsung. Hal ini dapat menciptakan suasana yang baik, bersih, sehat dan komunikatif antara pendamping
dengan wanita pekerja seks.
Kemudian dilihat dari faktor penghambat yaitu: 1 Dari segi perencanaan, yaitu sulitnya memberi pengarahan, penyuluhan, sosialisasi dan motivasi kepada
wanita pekerja seks agar mereka mau dan termotivasi untuk mengikuti pembinaan kesehatan di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang, karena masih terpengaruh
dengan kehidupan bebas dan seenaknya; 2 Dari segi pelaksanaan, jumlah rasio pendamping tidak sebanding dengan jumlah WPSKlient Lokalisasi Sunan
Kuning sehingga proses pembinaan berjalan kurang efektif. Dari segi sasaran, para warga binaan atau para WPS di Lokalisasi Sunan Kuning dalam menerima
materi dari kader kesehatan berbeda-beda karena mentalitas mereka yang berbeda- beda juga sehingga dalam penyampaian materi kaderPE Peer Education
mengalami kesulitan atau canggung; 3 Dari segi evaluasi, warga binaan atau para wanita pekerja seks kadang kurang memahami dan menguasai materi yang
disampaiakn oleh narasumber teknis maupun para kader kesehatan sendiri dikarenakan kurangnya persiapan sebelum menerima materi seperti telat datang
dan suasana yang panas tidak ada AC, sehingga pada saat pembinaan dilakukan kurang maksimal. Dengan kurangnya proses pembinaan yang terganggu seperti
itu, maka setiap wanita pekerja seks diberikan pendamping untuk memberikan bimbingan secara face to face agar materi yang telah disampaiakan dapat diulang
kembali dan WPS akan mudah memahaminya.
5.2 Saran