pekerja seks yang setiap harinya bisa mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan juga ada yang keterpaksaan dari pengalamnnya yakni dari keterpurukan
hidupnya yang sudah tidak bermoral dan rusak maka mereka melanjutkannya dengan hidup di tempat seperti itu.
Jadi kesimpulannya para WPS ini melakukan hal seperti itu hanya karena keterpaksaan semata dari hal ekonomi, kehidupan yang hancur, dan pandangan
yang kurang dihargai oleh masyarakat maupun dari keluarga sendiri yang kurang menganggap dan merendahkannya atau yang telah dikucilkan dari keluarganya
sendiri.
2.5 Kerangka Berfikir
Kader pembinaan kesehatan mempunyai hak dan kewajiban dalam menangani permasalahan terhadap para wanita pekerja seks. Oleh karena itu
pembinaan kesehatan wanita pekerja seks WPS yang dilakukan di Sunan Kuning sangat berpengaruh selain untuk perkembangan dan pembinaan kesehatan
terhadap wanita pekerja seks pun menjadi paham bahwa pembinaan wanita pekerja seks WPS sangat berperan penting. Melalui pembinaan yang dilakukan
kader kesehatan dalam memberikan pembinaan terhadap WPS dan pengetahuan terhadap masyarakat sekitar lokalisasi yang terkait dengan pembinaan wanita
pekerja seks WPS sehingga dengan mengikuti program kesehatan, diharapkan masyarakat sekitar juga wajib memperoleh pengetahuan dan menyadari bahwa
pentingnya pembinaan wanita pekerja seks WPS. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat sekitar lokalisasi lebih paham memberikan dorongan terhadap para
pekerja seks komersial untuk mengikuti pembinaan kesehatan di Lokalisasi
Sunan Kuning. Dalam permasalahan ini kader kesehatan WPS merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan kegiatan, karena kader kesehatan wanita
pekerja seks yang menggerakan kegiatan pembinaan di Lokalisasi Sunan Kuning, Kalibanteng, Semarang Barat.
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir tentang Peranan Kader Kesehatan dalam Pembianaan Wanita Pekerja Seks WPS
Peranan Kader Kesehatan:
1. Pembina 2. Fasilitator
3. Motivator 4. Katalisator
5. Perencanaan
Pembinaan Penyuluhan
Kesehatan
Sosialisasi Kesehatan
Pengawasan dalam
Pembinaan Kesehatan
Wanita Pekerja Seks yang Sehat Wanita pekerja seks yang tidak sehat itu tinggi dan
bermasalah seperti HIVAIDS, dan penyakit kelamin
49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Berdasarkan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk
mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus Moleong 2012:5. Metode ini digunakan
untuk mempelajari, menerangkan kasus dalam konteknya secara natural dan dalam penelitian ini peneliti menemukan fenomena yang kurang baik pada
kehidupan para wanita pekerja seks. Menurut Moleong 2012:6, metode kualitatif adalah penelitian yang
dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan terperinci serta dapat memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian tersebut, maka
peneliti menggunakan metode kualitatif, menurut Moleong 2012:8-13 bahwa penelitian kualitatif memiliki lima ciri-ciri yakni: 1 Dilaksanakan dengan latar
alami, karena merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari peristiwa, 2 Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-
kata atau gambar dari pada angka, 3 Lebih condong atau memperhatikan proses