dan produksi rokok kretek hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2.96 persen. Sedangkan tahun 2000-2006 laju pertumbuhan konsumsi cengkeh untuk industri
rokok kretek meningkat sebesar 2.24 persen dimana produksi rokok kretek juga meningkat sebesar 2.57 persen.
Tabel 10. Perkembangan Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek dan Produksi Rokok Kretek Indonesia Tahun 1980-2006
Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek
Produksi Rokok Kretek Tahun
ton juta
batang
1980 30 927.832
- 52 766
- 1981
36 158.578 0.17
64 255 0.22
1982 35 136.410
-0.03 61 673
-0.04 1983
38 297.632 0.09
67 979 0.10
1984 42 075.802
0.10 76 423
0.12 1985
45 951.786 0.09
86 588 0.13
1986 51 310.656
0.12 99 303
0.15 1987
57 183.432 0.12
113 015 0.14
1988 61 906.330
0.08 124 221
0.10 1989
63 492.854 0.03
128 819 0.04
1980-1989 46 244.131
8.45 87 504.2
10.65
1990 68 358.564
0.08 140 159
0.09 1991
66 659.056 -0.03
134 520 -0.04
1992 68 067.216
0.02 138 879
0.03 1993
70 252.826 0.03
143 886 0.04
1994 70 215.693
-0.01 143 230
-0.01 1995
78 598.399 0.12
160 366 0.12
1996 83 552.410
0.06 170 435
0.06 1997
87 609.592 0.05
180 428 0.06
1998 83 075.142
-0.05 165 424
-0.08 1999
87 609.502 0.06
169 762 0.03
1990-1999 76 399.840
3.38 154 708.9
2.96
2000 96 643.692
0.10 185 548
0.09 2001
97 508.100 0.01
187 332 0.01
2002 90 675.786
-0.07 173 909
-0.07 2003
87 343.456 -0.04
170 597 -0.02
2004 95 343.976
0.09 188 292
0.10 2005
106 124.556 0.11
211 249 0.12
2006 100 502.438
-0.05 199 132
-0.06
2000-2006 96 306.001
2.24 188 008.4
2.57 Rata-rata
70 391.915 4.83
138 451.5 5.52
Sumber: Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Kretek Indonesia, 2006 diolah 5.1.7. Harga Cengkeh Domestik
Harga cengkeh domestik selalu berfluktuasi setiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 11. Fluktuasi harga cengkeh domestik ini tidak terlepas dari
berbagai kebijakan yang pernah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatur kegiatan produksi maupun tataniaga cengkeh. Kebijakan ini telah
dilakukan sejak tahun 1969 hingga tahun 2002 seperti terdapat pada Lampiran 1 dan terakhir adalah peraturan mengenai pengendalian impor cengkeh tahun 2002.
Tabel 11. Perkembangan Harga Cengkeh Domestik Tahun 1980-2006
Tahun Harga Domestik Rpkg
Pertumbuhan
1980 10 000
- 1981 9
150 -8.50
1982 9 750
6.56 1983 7
600 -22.05
1984 9 100
19.74 1985 11
000 20.88
1986 7 000
-36.36 1987 6
440 -8.00
1988 5 720
-11.18 1989 5
010 -12.41
1980-1989 8 077 -5.70
1990 6 280
25.35 1991 6
150 -2.07
1992 3 650
-40.65 1993 2
570 -29.59
1994 2 680
4.28 1995 2
720 1.49
1996 2 820
3.68 1997 3
800 34.75
1998 7 420
95.26 1999 20
000 169.54
1990-1999 5 809 26.21
2000 30 875
54.38 2001 57
698 86.88
2002 64 320
11.48 2003 20
990 -67.37
2004 26 570
26.59 2005 31
791 19.65
2006 35 871
12.83
2000-2006 38 302.14
20.63 Rata-rata 15
073.15 13.66
Sumber: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006 Periode tahun 1980-1989 rata-rata harga cengkeh domestik sebesar 8 077
Rpkg dengan rata-rata pertumbuhan yang menurun yaitu sebesar 5.7 persen. Periode selanjutnya yaitu tahun 1990-1999 rata-rata pertumbuhan dan harga
cengkeh domestik masing-masing sebesar 26.21 persen dan 5 809 Rpkg. Pada
periode ini adalah periode beroperasinya BPPC yang mengatur tataniaga cengkeh, sehingga harga dasar cengkeh telah ditetapkan. Namun setelah BPPC dibubarkan
pada tahun 1998, harga cengkeh domestik mengalami peningkatan yaitu dari 7 420 Rpkg pada tahun 1998 menjadi 20 000 Rpkg pada tahun 1999 atau
meningkat sebesar 169.54 persen. Periode tahun 2000 hingga tahun 2006 rata-rata harga cengkeh domestik
sebesar 38 302.14 Rpkg atau meningkat sebesar 20.63 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun pada tahun 2003 harga cengkeh kembali
menurun. Fenomena turunnya harga cengkeh secara drastis pada tahun 2003 yang dimulai pada akhir bulan Juni 2002 hingga harga sempat mencapai 20 000 Rpkg.
Indonesia merupakan “negara besar” dalam perdagangan internasional cengkeh, sehingga fluktuasi produksi dan konsumsi, yang bisa terjadi karena faktor alam,
aspek perilaku industri, maupun aspek kebijakan domestik, dapat mempengaruhi tatanan perdagangan tersebut. Sejak tahun 2002 Indonesia mengurangi impor
cengkeh yang pada awalnya Indonesia mengimpor cengkeh sekitar 70 persen dari volume perdagangan dunia. Penurunan impor ini diakibatkan oleh adanya Surat
Keputusan Menperindag No.528MPPKep72002 tentang pengendalian impor cengkeh yang menyebabkan impor cengkeh indonesia menurun drastis dan
berdampak pada penurunan harga cengkeh dunia Siregar dan Suhendi, 2006. Sedangkan menurut Wahyudi 2002 hal ini dikarenakan adanya penundaan
pembelian cengkeh oleh konsumen utama cengkeh yaitu pabrik rokok kretek, terutama tiga pabrik rokok kretek besar yaitu Gudang Garam, HM Sampoerna dan
Djarum yang menyerap ± 80 persen kebutuhan cengkeh untuk pabrik rokok kretek.
Secara keseluruhan yaitu tahun 1980-2006 rata-rata harga cengkeh domestik sebesar 15 073.1481 Rpkg dengan laju pertumbuhan sebesar 13.66
persen. Fluktuasi harga cengkeh dapat disebabkan oleh fluktuasi hasil yang cukup tinggi yaitu produksi yang tinggi pada tahun-tahun tertentu dan diikuti dengan
penurunan produksi tahun berikutnya. Dalam hal ini dikenal adanya siklus empat tahunan tanaman cengkeh, yaitu produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu
diikuti dengan penurunan produksi tiga tahun berikutnya. Kondisis ini menyebabkan pada tahun-tahun tertentu komoditas tersebut mengalami
over-supply dan di saat lain mengalami defisit. Selain itu, tidak terkontrolnya
impor baik yang terkait dengan komoditas cengkeh itu sendiri maupun dengan rokok dapat menyebabkan ketidakpastian harga Siregar dan Suhendi, 2006.
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi, dan Harga