Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek dan Produksi Rokok Kretek

2003 sebesar 15 688 ton yang dikarenakan adanya panen besarraya di dalam negeri.

5.1.6. Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek dan Produksi Rokok Kretek

Berdasarkan penggunaannya sebanyak 85-95 persen konsumsi cengkeh di Indonesia digunakan untuk industri rokok kretek sedangkan sisanya diserap oleh industri farmasi, makanan, maupun rumahtangga. Konsumsi cengkeh oleh rumahtangga umumnya relatif stabil yaitu sebesar 0.001 onskapitaminggu BPS, 2006. Sehingga yang dimaksud dengan konsumsi cengkeh dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi cengkeh yang digunakan sebagai bahan baku industri rokok kretek domestik. Kebutuhan cengkeh oleh pabrik rokok kretek tergantung pada besarnya kandungan cengkeh jenis-jenis rokok kretek yang diproduksi, dapat dilihat pada Tabel 9. Kemala 2004, menyatakan bahwa kandungan cengkeh oleh LPEM-UI lebih mendekati kebenaran, sehingga dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari LPEM-UI. Tabel 9. Kandungan Cengkeh dalam Rokok Kretek yang Digunakan Pabrik Rokok Kretek mgbatang Jenis Rokok Kretek Lembaga Sigaret Kretek Tangan SKT Sigaret Kretek Mesin SKM Klobot KLB LPEM-UI 636 422 880 GAPPRI 800 600 1000 Sumber: Kemala, 2004 Konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek dipengaruhi oleh besarnya kandungan cengkeh dalam setiap jenis rokok kretek yang diproduksinya. Pada dasarnya, besarnya kandungan cengkeh dalam sebatang rokok, tergantung pada beberapa faktor, berikut ini: 1 jenis, 2 ukuran batang, 3 merek rokok kretek, dan 4 harga cengkeh. Pada rokok jenis SKM, kadar kandungan cengkehnya paling rendah, diikuti rokok jenis SKT, dan yang paling tinggi adalah rokok jenis klobot. Ukuran yang meliputi besar kecil dan panjang pendek batang rokok kretek akan mempengaruhi bobot rokok kretek serta kandungan cengkehnya. Umumnya rokok jenis SKM paling ringan, kemudian rokok jenis SKT dan klobot yang paling berat. Keragaman kandungan cengkeh antar berbagai jenis merek rokok kretek bertujuan untuk mengakomodasi perbedaan selera dan preferensi konsumen. Tingkat harga cengkeh dapat mempengaruhi besarnya kandungan cengkeh dalam rokok kretek. Selanjutnya, kandungan cengkeh yang terdapat pada rokok kretek jenis SKT dan KLB, lebih tinggi dibandingkan rokok jenis SKM. Bahwa rentangan campuran blending cengkeh-tembakau dalam rokok kretek ada batasnya. Kurang dari batas terendah, dikhawatirkan kekhasan aroma cengkeh akan hilang dari rokok kretek. Dengan demikian kekhawatiran akan terus menurunnya kadar kandungan cengkeh dalam rokok kretek kurang tampak beralasan, ini berarti konsumsi cengkeh pun akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya volume produksi rokok kretek Gonarsyah dalam Rumagit, 2007. Pada Tabel 10 terlihat bahwa secara rataan dari tahun 1980-2006, pertumbuhan konsumsi cengkeh untuk industri rokok kretek menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 4.83 persen per tahun, hal ini sejalan dengan pertumbuhan produksi rokok kretek nasional pada periode yang sama yaitu sebesar 5.52 persen. Periode 1980-1989 konsumsi cengkeh untuk industri rokok kretek meningkat rata-rata sebesar 8.45 persen dengan peningkatan produksi rokok kretek sebesar 10.65 persen. Tahun 1990-1999 rata-rata konsumsi cengkeh untuk industri rokok kretek mengalami pertumbuhan sebesar 3.38 persen dan produksi rokok kretek hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2.96 persen. Sedangkan tahun 2000-2006 laju pertumbuhan konsumsi cengkeh untuk industri rokok kretek meningkat sebesar 2.24 persen dimana produksi rokok kretek juga meningkat sebesar 2.57 persen. Tabel 10. Perkembangan Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek dan Produksi Rokok Kretek Indonesia Tahun 1980-2006 Konsumsi Cengkeh Industri Rokok Kretek Produksi Rokok Kretek Tahun ton juta batang 1980 30 927.832 - 52 766 - 1981 36 158.578 0.17 64 255 0.22 1982 35 136.410 -0.03 61 673 -0.04 1983 38 297.632 0.09 67 979 0.10 1984 42 075.802 0.10 76 423 0.12 1985 45 951.786 0.09 86 588 0.13 1986 51 310.656 0.12 99 303 0.15 1987 57 183.432 0.12 113 015 0.14 1988 61 906.330 0.08 124 221 0.10 1989 63 492.854 0.03 128 819 0.04 1980-1989 46 244.131

8.45 87 504.2