jumlah sebesar 228.168 kgha. Produktivitas tanaman cengkeh di Indonesia umumnya masih rendah, yaitu berkisar antara 125-250 kgha, sedangkan
potensinya dapat mencapai 500-800 kgha. Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan permodalan petani yang
kurang, sehingga petani tidak dapat melakukan pemeliharaan dengan baik, antara lain tidak melakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Oleh
karena itu, meskipun harga cengkeh pada akhir-akhir ini tahun 2001-2006 relatif cukup baik, akan tetapi petani kurang dapat menikmati kenaikan harga cengkeh
tersebut karena produksi yang diperoleh umumnya rendah dan pemeliharan yang kurang memenuhi anjuran Dirjen Perkebunan, 2006. Secara keseluruhan, pada
periode tahun 1980-2006 pertumbuhan produktivitas cengkeh Indonesia tertinggi dicapai oleh perkebunan besar negara sebesar 118.23 persen kemudian diikuti
oleh perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat masing-masing sebesar 65.55 persen dan 3.25 persen.
5.1.4. Volume Impor dan Harga Cengkeh Impor
Fluktuasi nilai impor cengkeh ditentukan oleh volume dan harga cengkeh impor. Perkembangan volume dan harga cengkeh impor Indonesia pada periode
1980-2006 cenderung berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat meskipun secara keseluruhan rata-rata impor cengkeh Indonesia sebesar 4 123.111 ton
dengan laju pertumbuhan 109 122.78 persen dan rata-rata harga cengkeh impor Indonesia sebesar 8.307 USkg dengan laju pertumbuhan hanya 12.98 persen
Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Volume, Nilai dan Harga Cengkeh Impor Indonesia Tahun 1980-2006
Impor Pertumbuhan Tahun
Volume ton
Nilai 000US
Harga USkg
Volume Nilai Harga
1980 9 510
60 921 6.406
- -
- 1981
14 492 120 014
8.282 52.39
96.99 29.28
1982 7 998
70 156 8.772
-44.81 -41.54
5.92 1983 3
69 23.000
-99.96 -99.90
162.21 1984 2
56 28.000
-33.33 -18.84
21.74 1985
13 725 47 401
3.454 686 150
84 544.64 -87.67
1986 2 189
7 829 3.577
-84.05 -83.48
3.56 1987
1 996 14 003
7.016 -8.82
78.86 96.16
1988 6 113
18.833 -99.70
-99.19 168.45
1989 12 217
18.083 100
92.04 -3.98
1980-1989 4 993.3
32 077.9 12.540
68 591.82 8 445.91
39.92
1990 8 144
18.000 -33.33
-33.64 -0.46
1991 3 34
11.333 -62.50
-76.39 -37.04
1992 6 72
12.000 100
111.77 5.88
1993 5 89
17.800 -16.67
23.61 48.33
1994 3 46
15.333 -40
-48.32 -13.86
1995 4 54
13.500 33.33
17.39 -11.96
1996 0 -100
-100 -100.00
1997 0 1
1998 1 1
1.000 1999
22 610 40 067
1.772 2 260 900
4 006 600 77.21
1990-1999 2 264
4 050.8 9.070
226 078.08 400 649.44
-3.19
2000 20 873
52 390 2.510
-7.68 30.76
41.64 2001
16 899 17 365
1.028 -19.04
-66.85 -59.06
2002 796 653
0.820 -95.29
-96.24 -20.17
2003 172 151
0.878 -78.39
-76.88 7.02
2004 9 8
0.889 -94.77
-94.70 1.25
2005 1 1
1.000 -88.89
-87.50 12.50
2006 1 1
1.000
2000-2006 5 535.857
10 081.3 1.160
-54.87 -55.92
-2.40 Rata-rata
4 123.111 15 994.670
8.307 109 122.78
151 502.30 12.98
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006 Periode 1980-1989 rata-rata impor cengkeh mencapai 4 993.3 ton dengan
laju pertumbuhan sebesar 68 591.82 persen. Rata-rata laju pertumbuhan dan harga cengkeh impor pada periode yang sama sebesar 39.92 persen dan 12.54 USkg.
Sebelum mencapai swasembada, Indonesia banyak melakukan impor cengkeh seperti yang terjadi pada tahun 1981 sebesar 14 492 ton. Setelah swasembada
cengkeh tercapai, impor cengkeh kembali menurun meskipun pada tahun 1985 impor cengkeh kembali meningkat menjadi 13 725 ton dikarenakan pada saat itu
terjadi panen kecil, sehingga untuk memenuhi kebutuhan cengkeh dalam negeri yaitu sebagai bahan baku industri rokok kretek, maka Indonesia kembali
melakukan impor cengkeh. Periode 1990-1999 rata-rata impor cengkeh Indonesia sebesar 2 264 ton
dan laju pertumbuhan sebesar 226 078.08 persen tetapi dengan harga cengkeh impor yang mengalami penurunan sebesar 3.19 persen dan rata-rata harga impor
hanya 9.07 USkg, dikarenakan pada periode tersebut terdapat kelebihan penawaran cengkeh di pasar domestik, juga sekaligus periode beroperasinya
BPPC. Pada tahun 1996-1997 Indonesia tidak melakukan impor cengkeh. Impor cengkeh kembali meningkat pada tahun 1999 karena rendahnya produksi dalam
negeri yang tidak mampu memenuhi permintaan cengkeh khususnya sebagai bahan baku industri rokok kretek.
Periode tahun 2000-2006 volume impor cengkeh Indonesia hanya sebesar 5 535.857 ton dengan laju pertumbuhan sebesar -54.87 persen. Rata-rata harga
cengkeh impor adalah 1.16 USkg dan laju pertumbuhan harga cengkeh impor yang negatif yaitu 2.4 persen. Pada saat panen kecil pada tahun 1999-2001, impor
cengkeh kembali meningkat. Namun sejak tahun 2002 impor cengkeh Indonesia mengalami penurunan sebesar 95.29 persen dibandingkan tahun sebelumnya
karena adanya Surat Keputusan Menperindag No.528MPPKep72002 tentang pengendalian impor cengkeh yang mengatur bahwa importir cengkeh adalah
industri pengguna cengkeh yang memiliki Angka Pengenal Impor Produsen API-P atau Angka Pengenal Impor Terbatas API-T yang disetujui untuk
mengimpor cengkeh yang diperlukan semata-mata untuk proses produksinya. Hal
ini terus berlanjut hingga tahun 2006, sehingga impor cengkeh Indonesia hanya sebesar satu ton.
5.1.5. Volume Ekspor dan Harga Cengkeh Ekspor