CE
D
= CE
D
HCE, HLT, HQR...............................................................19 LT
D
= LT
D
HLT, HCE, HQR ...............................................................20 dimana CE
D
dan LT
D
masing-masing adalah permintaan terhadap faktor produksi cengkeh dan faktor produksi lainnya. Dengan mensubstitusi persamaan 19 dan
20 ke persamaan 15, maka fungsi produksi penawaran rokok kretek dapat dirumuskan sebagai berikut:
QR
S
= QR
S
HQR, HCE, HLT ..............................................................21
3.1.4. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan antar negara atau perdagangan internasional sudah ada sejak dahulu namun masih dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan yang bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi menyebabkan peningkatan
kebutuhan masyarakat. Peranan perdagangan internasional sangat penting, karena pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki, yaitu
negara yang hidup terisolasi, tanpa mempunyai hubungan perdagangan dengan negara lain. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan
internasional diantaranya keterbatasan suatu negara dalam sumberdaya alam, sumberdaya modal, tenaga kerja, teknologi dan perbedaan dalam penawaran dan
permintaan antar negara. Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana
efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperolehnya gains from trade. Kebijakan perdagangan internasional membahas masalah-masalah serta pengaruh
pembatasan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru new protectionism
Salvatore, 1997. Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif
ekuilibrium dengan adanya perdagangan internasional. Kurva S dan kurva D melambangkan kurva penawaran dan kurva permintaan terhadap komoditi
cengkeh di kedua negara. Sumbu tegak melambangkan harga-harga relatif untuk komoditi X PxPy, atau jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh suatu
negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X, sedangkan sumbu mendatar melambangkan kuatitas komoditi X cengkeh. Secara teoritis,
suatu negara negara A akan mengekspor komoditi cengkeh ke negara lain negara B apabila harga domestik di negara A sebelum terjadinya perdagangan
relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan karena
adanya kelebihan penawaran excess supply yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sebesar BE. Dalam hal ini faktor produksi di negara A dalam
memproduksi cengkeh relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Negara B mengalami
kekurangan penawaran cengkeh karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik excess demand, sebesar B’E’ sehingga harga menjadi lebih tinggi.
Pada kesempatan ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi cengkeh dari negara lain yang harganya lebih murah.
Apabila kemudian terjadi komunikasi antar negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Sebelum terjadinya
perdagangan internasional harga cengkeh di negara A adalah sebesar P
a
,
sedangkan di negara B sebesar P
b
. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari P
a
, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P
b
. Pada saat harga internasional sama dengan P
w
, maka di negara B terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’, sedangkan di negara A terjadi kelebihan penawaran
sebesar BE. Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara A dan kelebihan permintaan di negara B akan menentukan harga yang terjadi di pasar
internasional, yaitu sebesar P
w
. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan mengekspor cengkeh sebesar BE, dan negara B akan mengimpor cengkeh
sebesar B’E’.
X X
Gambar 2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional
D
b
D
a
E’ A’
B’ P
b
E A’’
P
w
A P
a
E B
A D
w
S
b
S
w
S
a
P
x
P
y
P
x
P
y
Impor Ekspor
X
Perdagangan Internasional Negara B
Negara A
P
x
P
y
Sumber: Salvatore, 1997 Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar
merupakan faktor yang dapat menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan. Nilai tukar menggambarkan daya saing suatu negara dalam perdagangan
internasional. Terdepresiasinya rupiah terhadap dollar membuat harga cengkeh
Indonesia menjadi relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah penawaran ekspor Mankiw, 2000. Mekanisme pengaruh perubahan kurs
terhadap volume ekspor dapat dilihat pada Gambar 3. Seandainya di negara A terjadi depresiasi kurs seperti yang terlihat pada penurunan kurs dari e
1
menjadi e
2
akan meningkatkan ekspor bersih dari NX
1
ke NX
2
. Peningkatan dalam ekspor bersih ini akan menggeser kurva pengeluaran yang direncanakan ke atas dan
meningkatkan pendapatan dari Y
1
ke Y
2
. Peningkatan hasil produksi ini terjadi
karena adanya peningkatan ekspor bersih sebagaimana ditunjukkan pada gambar perpotongan Keynesian. Penurunan kurs yang terjadi ini menyebabkan terjadinya
peningkatan hasil produksi pada kurva investasi dan tabungan IS. Kurva IS meringkas hubungan antara kurs dan pendapatan, semakin rendah kurs maka
semakin tinggi tingkat pendapatan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa penurunan kurs depresiasi menyebabkan terjadinya peningkatan volume ekspor.
Selanjutnya dapat dijelaskan pula bagaimana mekanisme peningkatan volume ekspor yang disebabkan penurunan kurs pada gambar perdagangan internasional.
Semula sebelum terjadinya penurunan kurs, besarnya nilai excess supply di negara A sebesar BE. Setelah terjadinya penurunan kurs menyebabkan terjadinya
peningkatan excess supply menjadi FG. Kondisi ini mengakibatkan kurva penawaran dunia mengalami pergeseran dengan titik awal yang sama. Pergeseran
kurva penawaran dunia dari S
w
menjadi S
w1
menyebabkan tingkat harga dunia yang terjadi lebih rendah dan volume perdagangan internasional meningkat dari
0Q
1
menjadi 0Q
2
. Negara pengimpor merespon perubahan harga ini dengan meningkatkan jumlah impornya. Besarnya volume ekspor negara A setelah
depresiasi kurs FG sama dengan besarnya volume impor negara B F
’
G
’
.
Kurs Rp e b. Kurva Perpotongan
Keynesian
NX
1
NX
2
Ekspor bersih NX Pengeluaran aktual
Y = E
Produk Y
Produk Y Y
2
c. Kurva IS a. Kurva Ekspor Bersih Negara A