Validasi Model Simulasi Model

perubahan variabel endogen kurang dari satu persen. Sedangkan nilai elastisitas sama dengan nol E = 0 artinya inelastis sempurna, nilai elastisitas tak hingga E = ~ artinya elastis sempurna, dan jika nilai elastisitas sama dengan satu E = 1 disebut elastis uniter.

4.5. Validasi Model

Sebelum model diaplikasi terlebih dahulu divalidasi untuk memeriksa apakah model yang diduga dapat merefleksikan dengan baik realitas dan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk memunuhi tujuan aplikasi model terutama untuk melakukan simulasi Sitepu dan Sinaga, 2006. Model divalidasi pada periode tahun 1999-2006. Kriteria statistik yang digunakan untuk validasi model ekonometrika adalah Root Mean Squares Percent Error RMSPE dan Theil’s Inequality Coefficient adalah sebagai berikut: RMSPE = ∑ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ × − T t a t a t s t Y Y Y T 1 2 100 1 U = ∑ ∑ ∑ = = = + − T t a t T t s t T t a t s t Y T Y T Y Y T 1 2 1 2 1 2 1 1 1 dimana: RMSPE = Akar tengah kuadrat persen galat U = Koefisien ketidaksamaan Theil Y t s = Nilai simulasi Y t a = Nilai aktual T = Jumlah pengamatan simulasi Nilai dari koefisien ketidaksamaan Theil U bernilai antara 0 dan 1. Jika U = 0 maka pendugaan model adalah sempurna, dan jika U = 1 maka pendugaan model adalah naif. Semakin kecil nilai RMSPE dan U semakin baik pendugaan model.

4.6. Simulasi Model

Analisis simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan faktor ekonomi terhadap variabel-variabel endogennya. Analisis simulasi diterapkan pada periode tahun 1999-2006, yang sesuai dengan periode validasi model. Alternatif perubahan faktor ekonomi yang disimulasi adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan harga cengkeh domestik 20 persen. Simulasi dalam penelitian ini diasumsikan peningkatan harga cengkeh domestik sebesar 20 persen. Peningkatan harga cengkeh domestik sebesar 20 persen merupakan rata-rata peningkatan harga cengkeh domestik yang terjadi di dalam negeri dengan melihat perkembangan tahunan trend harga cengkeh domestik yang berfluktuasi. 2. Peningkatan harga pupuk 20 persen. Peningkatan harga pupuk dalam kondisi ekonomi normal sebelum adanya penghapusan subsidi pupuk berkisar antara 15-25 persen. Nilai 20 persen adalah nilai tengah dari rentang peningkatan harga pupuk tersebut. 3. Peningkatan suku bunga 20 persen. Sesuai dengan perkembangan inflasi, maka dalam penelitian ini diasumsikan terjadi peningkatan suku bunga sebesar 20 persen. Peningkatan suku bunga sebesar 20 persen merupakan rata-rata peningkatan suku bunga yang terjadi di dalam negeri dengan melihat perkembangan tahunan trend suku bunga yang berfluktuasi. 4. Peningkatan harga jual rokok kretek 20 persen. Peningkatan harga jual rokok kretek sebesar 20 persen merupakan rata-rata peningkatan harga jual rokok kretek yang terjadi di dalam negeri dengan melihat perkembangan tahunan trend harga jual rokok kretek yang berfluktuasi. 5. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika 20 persen. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 20 persen mewakili rata-rata depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang terjadi di dalam negeri, sebagai upaya pemerintah untuk memperbaiki kinerja ekspor dan memperoleh tambahan penerimaan devisa. Hal ini biasanya dilakukan dengan kebijakan devaluasi, yang dalam penelitian ini diasumsikan sebesar 20 persen.

4.7. Jenis dan Sumber Data