121 8 program pendidikan pelatihan, 9 penataan ruang wilayah, 10 kesesuaian
penggunaan lahan, dan 11 jumlah penduduk.
5.4 Faktor Kunci Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Penentuan skenario pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi didasarkan pada faktor kunci keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi.
Faktor ini diperoleh dari hasil analisis MDS yang menggambarkan kondisi saat ini dan hasil analisis kebutuhan stakeholder yang merupakan gambaran kondisi yang
diinginkan stakeholder pada kawasan transmigrasi di masa mendatang. Faktor kunci pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya
berdasarkan hasil analisis keberlanjutan kawasan dan kebutuhan stakeholder digabungkan sebagai faktor kunci keberhasilan pengembangan kawasan di masa
depan. Penggabungan ini menghasilkan 16 faktor kunci Tabel 18. Tabel 18. Gabungan faktor kunci dalam pengelolaan pengembangan kawasan
transmigrasi di Rasau Jaya
Faktor Kunci Keberlanjutan kawasan
Kebutuhan stakeholder
Gabungan
1. Tingkat pemanfaatan lahan
1. Luas lahan yang dimanfaatkan
1. Tingkat pemanfaatan lahan 2. Penggunaan pestisida
kimiawi 2. Sarana dan prasarana dasar 2. Penggunaan pestisida kimiawi
3. Pemanfaatan limbah untuk pupuk
3. Harga komoditi pertanian 3. Pemanfaatan limbah untuk pupuk
4. Ketersediaan air 4. Ketersediaan air
4. Ketersediaan air 5. Ketersediaan TPS
5. Pemasaran hasil pertanian 5. Ketersediaan TPS 6. Respon masyarakat
lokal 6. Teknologi pengolahan
hasil 6. Respon masyarakat lokal
7. Lembaga keuangan 7. Luas lahan yang dimanfaatkan
8. Program pendidikan pelatihan
8. Sarana dan prasarana dasar 9. Penataan ruang wilayah
9. Harga komoditi pertanian 10. Kesesuaian penggunaan
lahan 10. Pemasaran hasil pertanian
11. Jumlah penduduk 11. Teknologi pengolahan hasil
12. Lembaga keuangan 13. Program pendidikan pelatihan
14. Penataan ruang wilayah 15. Kesesuaian penggunaan lahan
16. Jumlah penduduk
122 Gabungan faktor kunci tersebut selanjutnya dianalisis guna menentukan
faktor yang paling pentingutama dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi di masa depan dengan menggunakan analisis prospektif melibatkan
stakeholder dan pakar. Faktor penting utama ini digunakan sebagai faktor kunci utama dalam menyusun skenario pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau
Jaya. Melalui analisis diperoleh lima faktor kunci utama yaitu 1 ketersediaan air, 2 luas lahan yang dimanfaatkan, 3 sarana dan prasarana dasar, 4 harga
komoditi pertanian, dan 5 teknologi pengolahan hasil pertanian. Hasil analisis disajikan pada Gambar 20.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
--------- Jumlah penduduk
Ketersediaan air
Harga komoditas Luas lahan
Pemasaran hasil Sarana prasarana dasar
Teknologi pengolahan
Lembaga keuangan Program diklat
Penataan ruang Kesesuaian lahan
Pemanfaatan lahan Limbah utk pupuk
Pestisida kimiawi Ketersediaan TPS
Respon masyarakat lokal
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
Ketergantungan P
e n
g a
ru h
Gambar 20. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor gabungan dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan
Ketersediaan air merupakan faktor yang paling penting dalam pengembangan kawasan transmigrasi di Rasau Jaya terutama dalam kaitan dengan
pembangunan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik. Kondisi ketersediaan air sangat berfluktuasi. Pada musim hujan akan terjadi banjir, sedangkan pada
musim kemarau terjadi kesulitan air. Untuk kebutuhan air domestik, masyarakat menggunakan air hujan yang ditampung pada wadah penampungan.
Luas lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan air dan kemampuan tenaga kerja untuk mengolah lahan.
123 Luas lahan untuk pengembangan pertanian relatif tersedia. Kesesuaian lahan
untuk budidaya tanaman padi dan jagung tergolong rendah, namun dapat ditingkatkan dengan pemberian masukan input teknologi. Demikian pula
kesesuaian lahan untuk pengembangan peternakan cukup layak untuk skala rumah tangga maupun skala industri.
Sarana dan prasarana dasar dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, dan jasa maupun aktivitas sosial budaya.
Prasarana yang paling vital di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah jalan. Dengan kondisi lahan yang sebagian besar adalah rawa, maka pembangunan jalan
memerlukan biaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Saluran primer dan saluran sekunder yang fungsi utamanya pengendalian tata air
dapat juga berfungsi sebagai saluran navigasi untuk transportasi air. Tanggul- tanggul saluran yang difungsikan sebagai jalan inspeksi, juga dimanfaatkan
sebagai jalan umum untuk transportasi darat. Diperlukan faktor pendorong yang kuat untuk melakukan pembangunan prasarana dan sarana dasar di wilayah ini.
Peningkatan sarana dan prasarana di Rasau Jaya berpengaruh kepada wilayah di sekitarnya. Dengan berkembangnya Rasau Jaya maka daerah seperti
Terentang dan Kubu akan memilih memasarkan hasil buminya ke Rasau Jaya. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung komoditi pertanian yang potensial
di Kawasan Rasau Jaya diperlukan guna pengembangan budidaya berbagai komoditi pertanian. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung usaha
pertanian termasuk pembangunan pengolahan padi di desa-desa yang potensial, pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung berkembangnya industri
bagi hasil komoditi unggulan. Dalam pembangunan prasarana jalan perlu dilakukan peningkatan dan
pemeliharaan. Kondisi jalan tanah sepanjang 67,85 km di seluruh kawasan memerlukan peningkatan menjadi jalan kerikil atau perkerasan. Kondisi jalan
kerikil di Rasau Jaya Umum 2 km dan Rasau Jaya I 1 km memerlukan peningkatan menjadi jalan aspal. Seluruh jalan tersebut memerlukan pemeliharaan
khususnya jalan aspal sepanjang 111,48 km yang menghubungkan pusat desa, desa utama, pusat KTM, dan keluar kawasan jalan poros dan jalan penghubung.
Besarnya biaya yang digunakan untuk membangun infrastruktur jalan, seperti
124 misalnya untuk pembangunan jalan perkerasan lapis aspal berkisar Rp20 milyar
setiap kilometernya menjadi permasalahan. Selama ini dana yang ada bersifat dana pemeliharaan dan bukan dana peningkatan. Peluang tambahan dana
didapatkan dari alokasi dana desa, tapi dana ini sebagian besar dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat melalui kelompok-kelompok tani.
Harga komoditi pertanian pada dasarnya masih belum mempengaruhi pola kegiatan usaha tani. Petani pada umumnya mengelola lahan karena telah menjadi
usaha pokok sejak menjadi transmigran. Selain itu, keterampilan masyarakat transmigran yang telah diketahui dari daerah asal relatif seragam untuk komoditi
pertanian yang telah diusahakan. Harga komoditi pertanian pada kondisi cenderung meningkat meskipun belum memadai. Harga komoditi ditentukan oleh
banyak faktor. Di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, kualitas produk dan kontinuitas produk signifikan mempengaruhi harga komoditi pertanian. Sifat
komoditi pertanian yang tidak tahan lama dan produksinya bergantung pada musim dan kondisi lingkungan menyebabkan harga komoditi menjadi fluktuatif.
Ketergantungan produksi
pertanian terhadap
aspek lingkungan
menyebabkan tidak adanya jaminan terhadap kontinuitas produk dan kualitas produk. Faktor ini sering dimanfaatkan oleh pedagang dengan mempermainkan
harga secara sepihak. Hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa harga ditentukan oleh para pedagang. Hal ini membuktikan bahwa di Kawasan
Transmigrasi Rasau Jaya tidak berjalan mekanisme pasar secara sempurna. Penyebabnya adalah terbatasnya informasi mengenai harga komoditi dan
rendahnya kemampuan petani untuk mengakses pasar yang lebih menguntungkan. Pemasaran hasil pertanian akan lebih optimal jika pemerintah mampu
memperkenalkan berbagai komoditi unggulan yang dikembangkan di Rasau Jaya ke pasar regional dan internasional. Pengembangan jaringan pemasaran juga dapat
dilakukan melalui berbagai upaya promosi ke daerah ataupun negara lainnya. Di Rasau Jaya terdapat beberapa komoditi unggulan yaitu padi, jagung, dan ternak
yang secara ekonomi layak untuk dikembangkan oleh masyarakat. Pengembangan usaha jagung memiliki prospek yang baik karena permintaan pasar cenderung
meningkat. Melihat potensinya yang besar maka upaya pengembangan usaha perlu didukung dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain harga jual yang
125 rendah menyebabkan masyarakat tidak terlalu antusias dalam pengembangan
usaha ini dibandingkan dengan pengembangan komoditi yang lain. Produk pertanian yang dipasarkan umumnya dalam bentuk mentah tanpa
proses pengolahan terlebih dahulu sehingga nilai tambahnya relatif rendah. Teknologi pengolahan hasil pertanian diperlukan agar produk-produk pertanian
memberikan nilai tambah lagi para petani maupun masyarakat Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya pada umumnya. Pengembangan teknologi pengolahan
hasil pertanian pada dasarnya tergantung dari permintaan pasar, karena saat ini pasar global lebih menghargai produk yang dalam proses produksinya memiliki
teknologi pengolahan yang baik. Selain itu, pemanfaatan teknologi akan memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pengadaan teknologi pengolahan
tergantung pada ketersediaan bahan baku yang diolah, sehingga diperlukan jaminan mengenai ketersediaan dan kontinuitas produk pertanian.
Peningkatan teknologi pengolahan hasil pertanian dalam rangka pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya difokuskan pada tiga komoditi
unggulan kawasan yaitu padi, jagung, dan ternak. Ketiga komoditi unggulan ini masih belum mendapatkan sentuhan teknologi pengolahan hasil yang optimal
untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Saat ini belum ada pabrik pengolahan jagung di wilayah Rasau Jaya dan jagung masih dikirim keluar daerah sebagai
bahan baku dan bukan hasil olahan sehingga nilai ekonomisnya rendah. Peternakan sapi belum memberikan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian
kawasan. Sapi masih dijual dalam bentuk sapi hidup, belum dalam bentuk produk olahan karena tidak adanya fasilitas yang mendukung seperti pemotongan hewan,
pengawetan, pengemasan dan pengalengan. Demikian pula dengan teknologi pengolahan padi menjadi beras masih sederhana sehingga kualitas beras yang
dihasilkan masih relatif rendah. Salah satu strategi pembangunan pertanian ke depan adalah pengembangan
agroindustri perdesaan, yang merupakan pilihan strategis dalam peningkatan pendapatan dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Selama ini masyarakat
perdesaan cenderung menjual produk dalam bentuk segar primer, karena lokasi industri umumnya berada di daerah urban semi urban. Akibatnya nilai tambah
126 produk pertanian lebih banyak mengalir ke daerah urban, termasuk menjadi
penyebab terjadinya urbanisasi Darmadjati, 2006.
5.5 Skenario Pengembangan Kawasan Transmigrasi