Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

156 daerah Bintang Mas saluran tersier TR 8 - TR 28 pertumbuhannya kurang baik karena lahannya belum ada tata air mikronya, sehingga lahan sering basahlembab. Produksi tanaman jagung di Rasau Jaya berkisar antara 0,8-1,6 tonha. Untuk menghindari penurunan permukaan tanah subsidence gambut melalui oksidasi biokimia, permukaan tanah harus dipertahankan agar tetap tertutup tanaman. Beberapa vegetasi seperti halnya legum leguminose dapat dibiarkan untuk tumbuh disekeliling tanaman kecuali pada lubang tanam pokok seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit dan kopi. Beberapa jenis legum menjalar seperti Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur hara minimum Singh et al., 1986 dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap kemasaman. Pembakaran lahan yang dilakukan harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kebakaran lingkungan sekitarnya. Untuk tanaman hortikultura, pembakaran serasah bisa dilakukan pada tempat yang khusus dengan ukuran 3 x 4 m. Dasar tempat pembakaran diberi lapisan tanah mineralliat setebal 20 cm dan sekelilingnya dibuat saluran selebar 30 cm. Kedalaman saluran disesuaikan dengan kedalaman air tanah dan ketinggian air dipertahankan 20 cm dari permukaan tanah agar gambut tetap cukup basah. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu pembakaran, api tidak menyebar Ardjakusuma et al., 2001. Penyiangan terhadap gulma dikembalikan lagi ke dalam tanah dibenamkan yang akan berfungsi sebagai kompos sehingga selain bisa memberikan tambahan hara juga dapat membantu mempertahankan penurunan permukaan tanah akibat subsidence Ambak dan Melling, 2000.

5.7 Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Analisis kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi dilakukan dengan pendekatan integrasi antara analisis restropektif dengan analisis prospektif. Analisis kebijakan restropektif dilakukan terhadap hasil pelaksanaan kebijakan pengembangan kawasan di masa lalu yakni hasil kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi, proyek P4S dan ISDP, dan hasil kebijakan di tingkat lokal seperti pengembangan komoditi unggulan, pembinaan petani, dan kelembagaan. Analisis prospektif dilakukan untuk memberi masukan terhadap kebijakan yang 157 telah ditetapkan saat ini dan akan dilaksanakan yakni kebijakan pengembangan kawasan KTM Rasau Jaya, RTRW Kabupaten Pontianak, RTR Pesisir Kabupaten Pontianak. Untuk menilai keberlanjutan dari sistem pengembangan kawasan saat ini yang merupakan hasil pelaksanaan kebijakan di masa lalu, dilakukan dengan cara menghitung Indeks Keberlanjutan kawasan transmigrasi IKKTrans dengan menggunakan metode multidimensional scalling MDS. Indikator yang digunakan mencakup lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Penentuan dimensi ini disesuaikan dengan karakteristik kawasan. Kelima dimensi tersebut secara simultan akan mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi. Masing-masing dimensi tersebut memiliki atribut dan kriteria tersendiri yang mencerminkan pengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang bersangkutan. Berbagai atribut serta kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil kajian pustaka dan preferensi pakar. Pengisian kondisi kawasan pada setiap atribut dilakukan oleh stakeholder. Hasil analisis MDS adalah status keberlanjutan pembangunan kawasan untuk setiap dimensi dan faktor-faktor pengungkit keberlanjutan pengembangan kawasan. Faktor-faktor pengungkit ini kemudian dianalisis untuk menentukan faktor kunci keberlanjutan pengembangan kawasan menggunakan metode analisis prospektif. Faktor kunci hasil analisis prospektif ini akan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap pencapaian tujuan pengembangan kawasan. Dalam kerangka pengembangan kawasan transmigrasi, kebutuhan yang didasarkan atas preferensi stakeholder dalam pengembangan kawasan di masa mendatang perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan pengembangan kawasan. Dengan menggunakan metode analisis prospektif dirumuskan faktor- faktor pemenuhan kebutuhan stakeholder serta faktor dominan atau faktor kunci yang akan memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan sistem pengembangan kawasan transmigrasi. Penggabungan antara faktor kunci keberlanjutan pengembangan kawasan dengan faktor kunci pemenuhan kebutuhan stakeholder merupakan gambaran faktor kunci pengembangan kawasan berdasarkan kondisi masa lalu dan 158 kebutuhan masa depan. Untuk menemukan faktor kunci utama pengembangan kawasan dalam rangka menentukan skenario pengembangan kawasan dilakukan dengan analisis prospektif. Skenario ini merupakan gambaran alternatif kondisi masa depan dari setiap faktor kunci utama. Penyusunan skenario pengembangan kawasan melibatkan semua pihak terutama stakeholder utama dan pakar. Selanjutnya melakukan pembobotan terhadap setiap skenario sehingga diperoleh urutan prioritas skenario. Skenario optimal yang dihasilkan merupakan gambaran masa depan yang akan diwujudkan oleh sistem pengembangan kawasan. Skenario terpilih kemudian disimulasikan untuk menilai prospek keberlanjutan pengembangan kawasan di masa mendatang dengan menggunakan analisis MDS. Hasil simulasi ini memberikan informasi bahwa faktor kunci yang diperoleh dapat memberikan kondisi keberlanjutan pengembangan kawasan yang lebih baik. Intervensi yang dapat memberikan kinerja paling optimal dalam mencapai tujuan sistem merupakan rekomendasi arahan kebijakan yang dapat disarankan untuk diadopsi oleh semua pihak yang berkepentingan dalam sistem untuk diimplementasikan dengan memperhatikan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh sistem tersebut. Hasil ini merupakan masukan untuk pelaksanaan kebijakan yang saat ini telah ditetapkan yakni kebijakan pengembangan kawasan KTM Rasau Jaya, RTRW Kabupaten Pontianak, dan RTR Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak. Secara skematis, model analisis kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi dapat dilihat pada Gambar 25. 159 Identifikasi Kebijakan Pembangunan Kawasan UU No.151997 tentang transmigrasi UU No. 322004 tentang pemerintahan daerah UU No.72004 tentang sumberdaya air UU N0.262007 tentang penataan ruang PP No. 21999 tentang penyelenggaraan transmigrasi Kepmen Nakertrans No.214MEN2007 tentang pedoman umum pembangunan dan pengembangan kota terpadu mandiri RTRW Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kalimantan Barat Revisi RTRW Kabupaten Pontianak Tahun 2014 KTM Rasau Jaya Status Keberlanjutan IKKTrans: 45,85 Arahan Kebijakan terwujudnya Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya yang berkelanjutan melalui skenario semi optimis Strategi Implementasi pengelolaan sumberdaya air secara optimal dan terpadu dan perluasan lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian Prospektif Faktor Pemenuhan Kebutuhan Stakeholder 11 faktor Prospektif Faktor Pengungkit Keberlanjutan 6 faktor Faktor Kunci Utama: Ketersediaan air Luas lahan yang dimanfaatkan Sarana dan prasarana dasar Harga komoditi pertanian Teknologi pengolahan hasil pertanian Ekologi 45,46 Hukum dan Kelembagaan 50,55 Teknologi 40,69 Sosial 55,60 Ekonomi 49,60 Simulasi Skenario Pengembangan: Saat ini IKKTrans: 45,85 Semi Optimis IKKTrans: 68,42 Moderat IKKTrans: 56,76 Gambar 25. Model analisis kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN