86 Pilar keenam: penguatan BUMD yaitu pengembangan perusahaan daerah
PERUSDA, restrukturisasi PERUSDA aneka usaha, pengembangan holding company PERUSDA, pengembangan kerjasama operasionalkemitraan.
Pilar ketujuh: mendorong kewirausahaan pengusaha pemula dan UKM yaitu: program permagangan, program bantuan permodalan usaha, program UKM
center, penguasaan teknologi, jaringan informasi. Pilar kedelapan: pengembangan administrasiregulasi investasi yaitu:
penataan regulasi investasi, penataan regulasi untuk memperkecil illegal trade, penataan regulasi dalam menghindar monopoli, dan sistem informasi bisnis
berbasis elektronik e-commerce.
4.5.2 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kalimantan Barat
Kebijakan RTRW Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kalimantan Barat yang diperkirakan akan mempunyai pengaruh terhadap pengembangan Kawasan
Transmigrasi Rasau Jaya diantaranya adalah: 1 Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah termasuk wilayah pesisir yang
diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi wilayah lainnya terutama di kawasan pesisir Kalbar, mengingat letak
kawasan cukup strategis untuk perlintasan antar wilayah serta berbatasan langsung dengan Laut Natuna.
2 Beberapa perangkat peraturan dan kebijaksanaan yang mendukung keberadaan RTRW Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kalbar ini, diantaranya adalah: Keppres
Nomor 89 Tahun 1996 tentang keputusan perlakuan perpajakan, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, dan Keppres Nomor 13 Tahun 1998
tentang pemberian kemudahan insentif untuk pengusaha investor. 3 Sebagai motor penggerak pembangunan dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi dan efek penjalaran ke daerah lainnya yang efektif adalah pada sektor perikanan budidaya laut dan pertambakan.
4 Mengingat Rasau Jaya termasuk ke dalam Wilayah Prioritas C yang meliputi wilayah Kubu
– Teluk Batang, selain sebagai kawasan yang posisinya sangat strategis, perlu dikembangkan sebagai kawasan pertanian terpadu yang
87 dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai dengan pengelolaan
secara terpadu. 5 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, dipandang perlu untuk
menetapkan suatu kawasan yang mencakup berbagai komponen kegiatan seperti perdagangan, industri, pariwisata, beserta prasarana, sarana dan
fasilitas pendukung dan mengarahkan perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut melalui suatu kegiatan penataan ruang sehingga potensi-potensi yang
dimiliki dapat dimanfaatkan secara lebih optimal.
4.5.3 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pontianak
Visi pembangunan Kabupaten Pontianak yang disepakati adalah: terwujudnya ekonomi rakyat yang kuat, masyarakat sejahtera, berkualitas dan
beriman. Misi pembangunan Kabupaten Pontianak yang dirumuskan sebagai upaya untuk mewujudkan visi pembangunan adalah: 1 meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2 meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, 3 mengembangkan agrobisnis berwawasan
lingkungan, 4 meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan perluasan kesempatan kerja, 5 meningkatkan pemberdayaan perempuan, 6 meningkatkan
kualitas maupun kuantitas infrastruktur, 7 pelayanan prima, dan 8 meningkatkan supremasi hukum dan hak asasi manusia.
Berdasarkan visi dan misi pembangunan tersebut di atas, tujuan pembangunan Kabupaten Pontianak yang hendak dicapai dalam rentang waktu
2004 – 2009 adalah: 1 meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat,
2 meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, 3 meningkatkan derajat kesehatan lingkungan permukiman, 4 meningkatkan pendapatan petani, 5
meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam berbasis pada pelestarian lingkungan hidup, 6 memberdayakan peran masyarakat dalam pembangunan, dan 7
meningkatnya sarana dan prasarana umum. Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten
Pontianak Tahun 2014 yang disusun pada tahun 2003, dapat dikemukakan beberapa hal pokok berkaitan dengan kebijakan penataan ruang wilayah
Kabupaten Pontianak.
88 Secara umum tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Pontianak adalah:
mewujudkan rencana pemanfaatan ruang kabupaten yang optimal, sesuai dengan daya-dukung sumberdaya yang ada, serta serasi dan sejalan dengan kebijakan
pembangunan nasional dan daerah. Sasaran yang hendak dicapai dalam penataan ruang 10 tahun ke depan adalah:
1 Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dengan titik-berat pada perkebunan dan pertanian tanaman pangan dalam rangka memantapkan
swasembada pangan nasional dan pengembangan agroindustri dan agrobisnis di kawasan perdesaan.
2 Peningkatan dan perluasan pembangunan perdesaan secara terpadu agar tumbuh dan berkembang secara serasi
3 Peningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan ke daerah selatan, terpencil dan daerah perbatasan
4 Penyediaan kebutuhan pokok rakyat, yaitu pangan dan sandang dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau oleh masyarakat, serta penyediaan
perumahan yang layak, baik di perkotaan maupun perdesaan 5 Peningkatanperluasan lapangan dan kesempatan kerja serta kesempatan
berusaha bagi masyarakat golongan ekonomi lemah 6 Peningkatan sumberdaya manusia sebagai penggerak pembangunan daerah
memperluas kesempatan pelayanan kesehatan, pendidikan, transmigrasi dan keluarga berencana
7 Pembinaan dan peningkatan aparatur yang terampil, cakap, bersih dan berwibawa yang ditopang oleh penyediaan sarana dan prasarana yang baik.
Berdasarkan tujuan penataan ruang dan pendekatan konsepsional yang mencakup pertimbangan eksternal dan internal, serta potensi masalah
pengembangan Kabupaten Pontianak, kemudian disusun konsep struktur tata ruang wilayah Kabupaten Pontianak sebagai berikut:
Pengembangan kawasan budidaya berupa zona-zona kegiatan budidaya utama yang didasarkan pada potensi dan permasalahan wilayah, yang selanjutnya
dijadikan dasar untuk memberikan arahan “spesialisasi” pada setiap sub-wilayah atau kecamatan di Kabupaten Pontianak. Pengembangan wilayah yang berpotensi
memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi. Pengembangan wilayah ini
89 ditujukan untuk memacu perkembangan wilayah Kabupaten Pontianak secara
keseluruhan di samping menciptakan pengaruh positif dari wilayah ini ke wilayah sekitarnya trickling-down effects dengan jangkauan yang lebih luas dengan
syarat aksesibilitas dari wilayah inti ini adalah kegiatan-kegiatan industri, perdagangan dan jasa, serta pertanian lahan basah dan lahan kering yang meliputi
pertanian tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Wilayah yang berpotensi memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi ini adalah Kawasan Kusikarang
dengan kawasan pusat perekonomiannya adalah Kota Ambaya dan Kota Pontianak.
Pengembangan wilayah selatan dengan mengembangkan kegiatan- kegiatan sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk memacu pertumbuhan
wilayah tersebut dalam upaya mengurangi disparitas perkembangan antar wilayah tersebut dengan wilayah tengah dan utara yang relatif lebih berkembang agar
terciptanya pemerataan pertumbuhan wilayah. Pola pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan pertanian, yakni kegiatan
budidaya pertanian yang didominasi oleh kegiatan pertanian lahan basah, lahan kering, perkebunan, peternakan dan kehutanan, dengan disertai oleh penyediaan
prasarana dan sarana serta fasilitas dasar, seperti pergudangan pupuk, hasil panen, dan mesin-mesin pertanian, perbengkelan mesin pertanian, dan pusat
pengumpul pasar. Di bagian timur Kecamatan Terentang akan dikembangkan perkebunan
Kelapa Sawit oleh PT. Bangun Taman Indah dengan pencadangan areal seluas 45.000 ha. Di bagian baratnya telah dikeluarkan rekomendasi Bupati Pontianak
untuk lokasi Transmigrasi Umum dan perkebunan inti rakyat PIR pada lahan seluas 31.675 ha.
Berkaitan dengan konsep tersebut, perlu dikembangkan wilayah inti baru yang secara struktur sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi
pusat pertumbuhan wilayah bagian selatan guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Pusat pengembangan utama wilayah selatan ini adalah Kubu. Pusat
pengembangan ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah selatan secara menyeluruh dengan meningkatkan aksesibilitas guna produktivitas dan
90 memperlancar pemasaran untuk setiap kegiatan usaha yang telah diarahkan
perkembangannya. Konsep perwilayahan pembangunan Kabupaten Pontianak yang terdiri dari
3 sub-wilayah pengembangan dengan pusat pengembangan utamanya adalah Kota Ambaya Orde I dan Kota Mempawah Orde II. Pusat pengembangan penunjang
adalah Sungai Pinyuh Orde III, Kubu Orde III, dan Rasau Jaya Orde II. Sedangkan sub-pusat pengembangan adalah semua ibukota kecamatan lainnya
beserta desa-desa pusat pertumbuhan potensial, yaitu Punggur, Jeruju Besar, Korek, Durian dan Batu Ampar. Berdasarkan sistem hirarkinya, Rasau Jaya
termasuk kedalam kota Orde II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan regional PKR.
1. Pemanfaatan Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan kawasan pembatas perkembangan fisik kota
yang harus dijaga kelestariannya terutama karena memiliki fungsi lindung bagi kawasan itu sendiri, kawasan dibawahnya dan atau kawasan di sekitarnya.
Kawasan lindung itu ada yang bersifat kendala dan ada yang bersifat limitasi. Kawasan lindung bersifat kendala merupakan kawasan yang memiliki fungsi
perlindungan, namun dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya sepanjang budidaya tersebut tidak mengganggu fungsi kawasan. Kawasan lindung bersifat
limitasi merupakan kawasan lindung mutlak yang sama sekali tidak dapat dibudidayakan.
Beberapa kawasan lindung yang ditetapkan adalah: cagar alamcagar budaya, hutan lindung sebagai resapan air, kawasan bergambut, jalur sempadan
sungai, danau dan pantai, ruang hijau pengaman objek vital, dan kawasan hijau sempadan jalan
2. Pemanfaatan Kawasan Budidaya Pertanian tanaman pangan lahan basah sawah di wilayah bagian selatan
diarahkan melalui pengembangan areal yang ada saat ini. Secara spasial, alokasi lahan pertanian tanaman pangan lahan basah diarahkan di Sungai Kakap, Siantan,
Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Pinyuh dan Toho. Pertanian tanaman pangan yang
91 diarahkan untuk dikembangkan diantaranya adalah komoditas unggulan padi
gogo, ubi rambat, ubi kayu, jagung, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Pengembangan ke tujuh komoditas tersebut diarahkan secara berturut: 1
Padi gogo di prioritaskan di Kecamatan Terentang; 2 Ubi rambat di Kecamatan Terentang, Kubu, Sungai Ambawang dan Sungai Kunyit; 3 Ubi kayu di
Kecamatan Terentang, Kubu, Sungai Ambawang dan Sungai Kunyit; 4 Jagung diprioritaskan di Kecamatan Rasau Jaya, Kubu, Terentang, dan Teluk Pakedai; 5
Kacang tanah diprioritaskan di Kecamatan terentang, Kubu dan Toho; 6 Kedelai diprioritaskan di Kecamatan Batu Ampar, Kubu dan Terentang; dan 7 Kacang
hijau diprioritaskan di Kecamatan Batu Ampar, Kubu dan Sungai Kunyit.
3. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Pengembangan transportasi udara di wilayah Kabupaten Pontianak
mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam RTRWN dan RTRWP yaitu memfungsikan Bandara Supadio di Kota Ambaya sebagai simpul
transportasi udara sekunder yang melayani penerbangan antar kabupaten, propinsi bahkan antar negara di wilayah Asia Tenggara Singapura dan Malaysia.
Sistem transportasi laut di Kabupaten Pontianak didukung dua pelabuhan laut yang akan dikembangkan, yaitu pelabuhan samudera di Tanjung Bakau dan
pelabuhan penunjang kegiatan perkebunan Kelapa Sawit di Pulau Temajo. Kedua pelabuhan ini mempunyai peranan penting dalam pengangkutan barang keluar
masuk wilayah Kabupaten Pontianak. Karena itu pengembangan sistem transportasi laut Kabupaten Pontianak adalah melalui pembangunan kedua
pelabuhan tersebut yang diiringi dengan pembangunan jalan dari lokasi tersebut ke pusat-pusat pertumbuhan regional dan sub regional serta sentra-sentra produksi
berskala besar. Prasarana transportasi darat merupakan elemen utama dalam sistem
transportasi di Kabupaten Pontianak, meskipun belum seluruh wilayah dapat dijangkau oleh sistem transportasi darat. Pengembangan prasarana transportasi ini
terutama diarahkan untuk memperlancar hubungan daerah terisolir oleh keberadaan sungai besar dalam memperlancar arus pemasaran. Rencana
pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah kabupaten Pontianak meliputi:
92 1 Peningkatan kualitas jalan arteri primer pada ruas: Sungai Duri
– Mempawah – Sungai Pinyuh – Pontianak – Ambaya – Supadio dan Tayan – Ambaya -
Rasau jaya 2 Pembangunan jalan dan jembatan pada ruas arteri primer: Rasau jaya
– Kubu – Sungai Dungun – Padu Empat – Batu Ampar – Tanjung Bakau dan Padu
Empat – Masbangun
3 Peningkatan kualitas jalan kolektor primer: Sungai Pinyuh – Anjungan –
Ngabang dan Anjungan – Toho – Sepang – Bengkayang.
4 Pembangunan jalan kolektor primer ruas Ambaya – Sebangki.
5 Peningkatan kualitas dan pembangunan jalan lokal primer jalan kabupaten dengan ruas: a Toho-Pentek-Ambawang-Suak barangan-Samalantan; b
Ambawang-Bumbun-Bukit batu-Sungai Duri II; c Peniti Luar-Peniti Dalam II; d Ambaya-Kuala mandor-Kubu Padi; e Ambaya-Durian-Bengkarek-
Pasak-Simpang Kanan-Korek; f Ambaya-Sungai Ambangah-Tebang Kacang-Gunung Tamang; g Pontianak-Jeruju Besar-Sungai kakap-Pal IX;
h Sungai Kakap-Punggur Besar - Bintang Mas - Rasau jaya –Sukalanting –
Ambaya; i Pinang Luar-Pasir Putih-Teluk Pakedai-Teluk Gelam-Air Putih- Kampung Baru; j Sungai Dungun-terentang-Permata; k Sungai Nibung-
Tanjung Bunga-Sungai Selamat-Kubu; l Sungai Selamat-Seruat III-Dabung; dan m Tanjung Harapan-Padang Tikar-Tanjung Bakau.
Arahan pengembangan transportasi sungai terutama ditujukan pada sungai-sungai yang merupakan alur vital untuk pelayaran sungai khususnya untuk
angkutan barang skala besar yaitu: Selat Padang Tikar, Sungai Kerawang, S. Durian Sebatang, S. Lida, S. Mendawak, S. Jenu, S. Haur, Selat Panjang, S. Kubu,
S. Seruat, S. Ambawang, Selat Remis, S. Kapuas Besar, S. Punggur Besar, S. Punggur Kecil, S. Jeruju, S. Kapuas Kecil, S. Landak, S. Mandor, S. Peniti Besar
dan S. Mempawah.
4. Rencana Pengembangan Wilayah Prioritas Rencana pengembangan wilayah prioritas yang berupa kawasan strategis
atau kawasan cepat tumbuh, kawasan kritis terkait dengan kepentingan penanganan masalah lingkungan dan kawasan belum berkembang. Kriteria
93 wilayah prioritas yang akan dikembangkan di Kabupaten Pontianak adalah: 1
identifikasi wilayah prioritas, termasuk kawasan kritis, kawasan terbelakang atau belum berkembang dan kawasan strategis atau kawasan produksi yang potensial,
2 identifikasi sektor-sektor unggulanstrategis, 3 penetapan dan pemantapan fungsi kawasan-kawasan yang berada di dalamnya, 4 perumusan strategi
pengembangan, dan 5 penyusunan program-program prioritas dan proyek tahunan pada tahap lima tahun pertama tercakup perumusan sarana prasarana
yang dibutuhkan. Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Pontianak, terdapat tujuh
wilayah fungsional yang diprioritaskan pengembangannya, yaitu: 1 kawasan Andalan Kusikarang, 2 kawasan kritis lingkungan Pantai Mempawah-Sungai
Duri, 3 kawasan perkotaan Ambaya, Kubu, Rasau Jaya, Batu Ampar, dan 4 kawasan sentra produksi Kubu.
4.5.4 Kebijakan Pengembangan Kawasan KTM Rasau Jaya